JAKARTA -- Puluhan warga memadati balai warga di RW 10, Kampung Sumur, Klender, Jakarta Timur. Bagi Ketua RW Munzir Tamam, informasi tentang keberadaan Kampung Sumur yang terkesan kumuh dan kampung pemulung tidak sepenuhnya melekat terutama bagi para warganya. Betul ada beberapa warga yang berprofesi sebagai pemulung. "Tapi mereka semua seperti halnya warga yang lain saling berinteraksi dan guyub," terang Munzir.
Kumuh dan miskin bisa ada di setiap daerah termasuk di sini, lanjut Munzir. Adapun mereka yang dhuafa memang bekerja sehari-hari sebagai pemulung. Bukan berarti semua warga adalah pemulung, karena itu kesan yang ada perlu dihilangkan. "Maka marilah bersama-sama untuk menjaga kampung ini untuk selalu melestarikan lingkungan sehingga berdampak pada kesehatan warga," imbuh Munzir dalam acara Sosialisasi Program Kampung Hijau pada Rabu (12/07) yang diselenggarakan oleh Lazismu Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah bersinergi dengan Swara Peduli Indonesia dan didukung oleh BSI Maslahat.
Sebelumnya, Lazismu telah mengantongi informasi dari Endang Mintarja yang setiap hari mendampingi warga di bawah payung Yayasan Swara Peduli Indonesia. Sejak 2015, kampung pemulung menjadi lokasi Endang dan Yayasannya dalam kegiatan edukasi dan advokasi. "Banyak anak-anak yang membutuhkan bantuan. Dulu pertama kali datang di Kampung Sumur langsung terbesit untuk membuat rumah singgah bagi anak-anak yang bekerja di jalan," paparnya.
Tidak mudah untuk membuka rumah singgah di sini, terang Endang, warga yang bekerja sebagai pemulung juga memiliki waktu yang terbatas ada di lapak-lapaknya. Mereka berkeringat mencari barang bekas untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, sementara anak-anak mereka ada yang ikut memulung. Sebagian lagi tidak ada akses untuk memperoleh pendidikan.
Pada 2017, Endang bersama kawan-kawan mendirikan lokasi untuk tempat belajar anak-anak dengan bangunan sederhana. Kendati berdiri di atas lahan garapan, warga mulai antusias berinteraksi dan membuka diri untuk mengantarkan anak-anaknya yang dhuafa belajar dan bermain bersama. Seiring waktu, Endang melakukan pemberdayaan kepada warga. Tahap demi tahap komitmen itu berhasil diwujudkan. Ini bukan kali pertama Endang mendampigi anak-anak dan warga, sejak 1998 aktivitas itu sudah digelutinya mulai dari lokasi yang ada di Cipinang dan Jatinegara.
Pemberdayaan yang dilakukan Endang adalah bagaimana membuka pikiran warga agar bisa hidup sehat dengan lingkungan yang bersih. Mengubah kebiasaan ini bagi mereka yang sehari-hari ada dalam lingkungan dan tumpukan barang bekas membutuhkan kesabaran. Agar warga tertarik dengan kegiatan itu, di belakang yayasannya ada sebidang tanah yang dimanfaatkan Endang untuk program penghijauan. Atas budi baik dan dukungan pendanaan perusahaan plat merah, program lingkungan yang dibalut dengan menanam buah melon serta penyediaan bibit tanaman produktif sukses dilaksanakan.
Tentu saja dengan eksperimen beberapa kali yang hasilnya menjadi suatu bukti bahwa di lahan yang sempit dan terbatas seperti di Jakarta, ikhtiar bertani bisa dilakukan dengan pendekatan hidropinik dan organik. Setelah melon hijau, Endang buka suara kepada warga bahwa ini bisa dilakukan bersama-sama dan ada kesempatan untuk memanfaatkan lahan terbatas. Dengan hasil melon yang manis setelah diketam warga semakin percaya kampung sumur yang terkesan kumuh dan miskin bisa menjadi sehat dan hijau.
Gayung bersambut, Endang melayangkan proposal ke Lazismu PP Muhammadiyah untuk mengaktivasi Pilar Lingkungan. Dia bercerita tentang agenda program yang telah direncanakannya dengan membuat Kampung Hijau. Atas informasi itu, Lazismu menyambut baik dan mendapat dukungan penuh dari BSI Maslahat. Sebagai tahapan pertama, dibuatlah Reaktor Biogas dengan harapan warga dapat memanfaatkan limbah organik rumah tangga di reaktor tersebut. Selebihnya, limbah non organik dapat dikumpulkan di Bank Sampah, dari sampah itu bisa ditukar dengan pupuk cair yang dihasilkan dari biogas.
Rembug Warga
Rabu siang, di balai warga itu mereka berkumpul bersama. Swara Peduli Indonesia dan Lazismu melakukan sosialisasi program Kampung Hijau di Kampung Sumur. Perwakilan dari Kelurahan Klender turut hadir, termasuk satuan pelaksana KPKP (Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian) Kecamatan Duren Sawit yang mendukung program ini untuk bisa dijalankan secara berkelanjutan. Dalam Sosialisasi ini, Nazhori Author selaku Manajer Program Kemanusiaan dan Lingkungan Lazismu PP Muhammadiyah mengatakan bahwa Lazismu tidak hanya bergerak dalam bidang lingkungan seperti melalui program Pelihara Daratmu. Lazismu dalam perannya sebagai Lembaga Amil Zakat (LAZ) juga berkhidmat melalui Pilar Pendidikan, Sosial dan Dakwah, Kesehatan, Ekonomi, serta Kemanusiaan.
Karena itu, lanjut Author, program Kampung Hijau manfaat dan dampaknya bisa dirasakan oleh warga. "Semoga pada masa yang akan datang dapat memperkuat dengan program dan kegiatan yang tepat sasaran. Lazismu mengucapkan terima kasih atas dukungan semua pihak yang telah mengikuti kegiatan ini dari awal, termasuk BSI Maslahat yang mendukung dari sisi pendanaannya," tegasnya.
Sementara itu, Endang akan terus melakukan pendampingan dengan tetap berkoordinasi dengan Kecamatan dan Kelurahan. Ada banyak tahapan yang perlu disampaikan untuk bisa mencapai tujuan utama dibentuknya program Kampung Hijau. Sejauh ini, setelah sosialisasi program akan dilakukan pelatihan dengan membentuk kelompok tani sebagai komitmennya. Selama acara berlangsung warga saling bertanya jawab untuk persiapan aksi kelompok tani. "Kelompok-kelompok tani inilah nanti yang akan melakukan gerakan kampung hijau yang didampingi oleh Swara Peduli Indonesia," pungkasnya.
[Kelembagaan dan Humas Lazismu PP Muhammadiyah/Nazhori Author]