PALESTINA -- Muhammadiyah kembali menunjukkan kiprahnya di dunia internasional. Solidaritas kepada warga Palestina ditunjukkan melalui penyaluran bantuan ekonomi di Aqsa, Yerusalem, Ramallah, Tepi Barat, dan Gaza. Bantuan ini disalurkan melalui kerja sama yang dijalin dengan tiga mitra organisasi lokal bersertifikat. Sebelumnya, Muhammadiyah juga telah menyalurkan ribuan paket Ramadhan dan Idul Fitri di daerah-daerah tersebut.
Pada bulan Juni ini Muhammadiyah melakukan Kick Off Program Pemberdayaan Ekonomi sebagai kelanjutan dari kerja sama untuk membantu warga Palestina. Dana yang disalurkan sekitar 5 miliar rupiah melalui mitra-mitra yang dipilih. Kick Off Program Pemberdayaan Ekonomi dilakukan pada Kamis-Jumat (29-30/06) oleh Rahmawati Husein selaku anggota Muhammadiyah Aid dan Gugus Tugas Palestina di kantor Waafa Microfinance and Capacity Building yang bertempat di Ramallah serta di kantor Wowen's Center Al Thouri Silwan (AWC), sebuah organisasi yang bermarkas di komplek Masjid Al Aqsa.
Dalam pertemuan dan Kick Off Program Pemberdayaan Ekonomi dengan mitra tersebut, Rahmawati menjelaskan bahwa bantuan ini merupakan bukti dan komitmen Muhammadiyah untuk terus mendukung Palestina. Dukungan yang tidak surut selama puluhan tahun terakhir. Ia juga menyampaikan bahwa ketiga mitra menyampaikan terima kasih kepada rakyat Indonesia yang terus membantu dan memberikan dukungan kepada masyarakat Palestina. Mereka berharap dukungan terus ada untuk masyarakat Palestina yang masih mengalami masalah kemanusiaan.
Bentuk kegiatan ekonomi yang digagas di Yerusalem berupa kegiatan yang dikhususkan untuk perempuan dan pemuda, seperti usaha jahit atau sulam khas Palestina, desain dan pembuatan kaos, fotografi, dan lain sebagainya. Sementara di Tepi Barat difokuskan untuk kegiatan pertanian seperti ternak lebah/madu, green house, penanaman pohon, serta peternakan ayam. Untuk di wilayah Gaza, kegiatan juga difokuskan ke bidang pertanian.
Bantuan melalui program ini didasarkan kenyataan bahwa masyarakat Palestina perlu mendapatkan bantuan yang sifatnya jangka panjang dan berkelanjutan. Masyarakat Palestina mengalami kesulitan untuk mendapatkan penghidupan yang layak, khususnya di daerah Yerusalem yang dikuasai Israel. Pajak yang tinggi, sulitnya mendapatkan akses kebutuhan menjadikan masyarakat Palestina menderita serta kadang harus melepaskan lahannya dan diduduki oleh Israel. Sementara di daerah Ramallah, Tepi Barat, masyarakat Palestina tidak memperoleh akses untuk ke Aqsa maupun ke Gaza, demikian pula penduduk Gaza tidak memperoleh akses ke Aqsa/Yerusalem maupun Tepi Barat. Keterbatasan mobilitas ini mempengaruhi kehidupan ekonomi dan kesejahteraan warga Palestina. Oleh karena itu dukungan masyarakat Indonesia masih dibutuhkan untuk masyarakat Palestina bisa bertahan dan menjaga tanah suci Baitul Maqdis.
Direktur Utama Lazismu Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Edi Suryanto para mitra dipilih berdasarkan hasil penilaian dari Muhammadiyah Aid. Setelah melalui berbagai pertimbangan, dipilihlah mitra-mitra tersebut, salah satunya Waafa Microfinance and Capacity Building.
"Pemberdayaan Masyarakat di Palestina dilakukan melalui kerjasama dengan Waafa, NGO (Non-Government Organization) lokal yang berdasarkan assessment oleh Muhammadiyah Aid dapat direkomendasikan, dengan pertimbangan bahwa secara geografis lebih aman utk program pemberdayaan. Lazismu akan mendanai keseluruhan program dan manajemen tatakelola mulai dari standarisasi, pengawasan dan evaluasi yang dijalankan oleh Muhammadiyah Aid," jelas Edi.
Dipilihnya tiga organisasi lokal di tiga daerah Palestina merupakan bagian dari pengarusutamaan pelokalan dan "Grand Bargain" yang merupakan hasil dari pertemuan puncak kemanusiaan sejak tahun 2016. Hal tersebut penting untuk menjalin dan bekerja sama dengan NGO lokal serta memberikan bantuan dana secara langsung dan jumlah yang lebih besar kepada mitra lokal.
[Kelembagaan dan Humas Lazismu PP Muhammadiyah]