RELAWAN DAPUR UMUM GEMPA CIANJUR, PANGGILAN HATI UNTUK KEMANUSIAAN

Ditulis oleh Doddy
Ditulis pada 15:38, 28/11/2022
Cover RELAWAN DAPUR UMUM GEMPA CIANJUR, PANGGILAN HATI UNTUK KEMANUSIAAN
KABUPATEN CIANJUR -- Bencana seringkali memanggil mereka yang memiliki jiwa empati untuk berbagi. Gempa di Kabupaten Cianjur salah satunya. Di dapur umum milik Muhammadiyah, aktivitas mulai terasa sejak pukul tiga pagi. Semua juru masak berkumpul untuk memenuhi nutrisi para relawan Muhammadiyah yang berjumlah sekitar tiga ratusan orang. Mereka datang silih berganti dalam rangka misi kemanusiaan, membantu para penyintas gempa di Kabupaten Cianjur dan sekitarnya.

Pukul setengah lima pagi, Sabtu (26/11), aroma sedap opor ayam dengan asap mengepul terendus tajam dari lokasi parkir. Di bawah tenda, delapan orang pengelola dapur umum sibuk menyiapkan menu untuk sarapan pagi para relawan Muhammadiyah. Sebagian yang lain mengupas sayuran untuk menu makan siang. Ada yang mengupas bawang, mengiris cabai, dan ada juga yang menyiapkan bumbu dapur. Sisanya mencuci peralatan masak melalui kran air tersedia langsung di dapur umum.

Komalasari, salah satu relawan yang aktif di Pimpinan Cabang Aisyiyah Sukaluyu, Kabupaten Cianjur menuturkan, pasca gempa mengguncang daerahnya, tim dapur umum masih berjumlah empat orang untuk melayani relawan Muhammadiyah pada hari kedua. Memasuki hari ketiga, relawan sudah berdatangan. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan makan relawan, konsumsi beras melonjak hingga lebih dari 100 liter.

Tim dapur umum ini, terang Komalasari, terdiri dari guru-guru, anggota Aisyiyah, Nasyiatul Aisyiyah, serta Immawan dan Immawati yang siap bergabung agar menu makanan tetap tersedia. "Alat-alat masak lengkap di hari ketiga baru terpenuhi setelah relawan Muhammadiyah datang dari beberapa daerah," terangnya.

Melewati hari ketiga, lanjut Komalasari, setiap harinya menghabiskan kurang lebih 100 liter beras. Pagi hari 20 liter, siang hari 20 liter, dan malam hari 20 liter. Ia mengatakan, kendala pasti ada, mulai dari persoalan waktu hingga ketepatan tim untuk belanja bahan-bahan masakan yang harus cepat. Letih itu pun terbayar ketika melihat para relawan Muhammadiyah datang menanyakan menu makanan hari ini dan menyantapnya dengan lahap. "Relawan staminanya harus terjaga agar tidak sakit, karena mereka ditugaskan di lokasi bencana yang jauh dari poskor utama," pungkasnya.

Ahmad Taufiq yang turut bergabung dalam tim dapur umum menceritakan, ia mengatur menu makan untuk setiap harinya. "Variasi menu makanan ditulis di papan menu agar relawan Muhammadiyah membacanya dan dapat mengetahui informasi di dapur umum," ujarnya.

Dalam mengatur menu makanan, imbuh Taufiq, ditargetkan pada pagi hari pukul 06.00 sarapan harus sudah tersedia di meja hidangan. Pagi hari menurutnya adalah waktu yang krusial, karena para relawan Muhammadiyah jangan sampai perutnya kosong. "Mereka kan akan disebar di titik-titik lokasi, apalagi di lapangan kondisi tubuh harus tetap bugar," imbuhnya.

Untuk makan siang ditargetkan sebelum waktu dzuhur tiba harus tersedia. Jika relawan Muhammadiyah tidak datang ke Poskor pada siang hari, relawan tersebut akan meminta kepada tim dapur umum untuk membungkus sarapannya sebagai makan siang di lapangan. Menu makan yang disediakan berupa sayur acar, empal gentong, sayur sop ayam, sayur buncis, sayur kangkung, sayur tumis labu tumis, oseng bihun, oseng kol, karedok, dan menu lainnya.

Sementara itu, bahan-bahan yang ada tidak boleh terbuang sia-sia. Jika ada sisa harus bisa diolah menjadi makanan seperti bakwan atau gorengan lainnya yang bisa menjadi cemilan relawan. Prinsipnya adalah mengenyangkan, bergizi, dan bervariasi dari bahan yang ada. Ada kol, wortel, timun, buncis, dan lainnya, semua hasil donasi masyarakat dari Bekasi, Cianjur, Bandung, Tangerang, Cianjur, dan daerah lainnya. "Bahan-bahan ini hasil donasi masyarakat, jadi jangan sampai mubazir, harus bisa dimanfaatkan sebaik mungkin," papar Taufiq.

Antono, seorang relawan yang berasal dari Cilacap dan ikut menyediakan menu makan untuk relawan mengatakan, baru kali ini ia dan kawan-kawan di tim dapur umum merasakan bagaimana tahap-tahap untuk menyiapkan menu makan untuk relawan. "Ini baru pertama kali jadi tim dapur umum," ujarnya.

Biasanya, kata Antono, dulu saat menjadi relawan, ia hanya tinggal makan kemudian bergerak ke lapangan. Tapi kali ini, ia ikut bergabung menjadi tim dapur umum yang harus bangun pagi untuk menyiapkan menu makan.

[Kelembagaan dan Humas Lazismu PP Muhammadiyah/Nazhori Author]