Lazismu Serahkan Beasiswa Ulama Tarjih Muhammadiyah untuk 146 Mahasiswa
YOGYAKARTA – Misi utama Muhammadiyah, sejak awal didirikannya sebagai organisasi keagamaan Islam yang mengedepankan pembaharuan (tajdid) pemahaman agama Islam. Sejak 1968, memandang pentingnya pendidikan yang diorientasikan secara khusus menjadi ulama ahli fikih yang sejalan ideologi Muhammadiyah di masa depan.
Kebutuhan akan regenerasi ulama adalah keniscayaan untuk menjawab persoalan umat di era kontemporer. Oleh karena itu, terwujudnya lembaga pendidikan tinggi Muhammadiyah/Aisyiyah yang berkualitas dan mampu menyiapkan kader-kader ulama dan zuama merupakan upaya memenuhi kompetensinya dengan layanan kepakaran yang mumpuni kepada masyarakat.
Mengapa PUTM (Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah) memerlukan dukungan semua pihak dan Lazismu. Karena kami menyadari bahwa ulama bagi muhammadiyah sebuah keniscayaan, apalagi muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakatan yang gerakannya dakwahnya amar maruf nahi munkar, demikian disampaikan Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Divisi Pendidikan Keulamaan, Fahmi Muqoddas, di Yogyakarta, saat penyerahan simbolis beasiswa tarjih muhammadiyah, pada Sabtu, 26 Oktober 2024.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah lama membina kader-kader ulama yang dididik dengan pendidikan ulama khusus yang mengajarkan turats (tradisi daras kitab kuning). “Melalui Pendidkan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) sebagai lembaga keilmuan dan kepakaran diharapkan ulama-ulama ini memahami dan menguasai Islam dari sumber ajarannya dan menguasai berbagai bidang ilmu lain yang terkait dalam rangka tafaqqahu fii ad-diin,” jelasnya.
Sehingga ulama yang dilahirkan nanti, ulama islam yang berkemajuan dan rahmatan lil ‘alamin, yang mencerahkan islam mampu membangun peradaban yang tinggi, peradaban yang beradab. Fahmi mengungkapkan, selama ini kami ketika menyelenggarakan sebuah kegiatan pendidikan sejak 1968 itu, menggunakan masjid, ketika itu masjidnya At-Taqwa Suronatan, yang peserta didiknya itu tidur di masjid, kuliah di masjid bahkan makan di serambi masjid.
Dalam perkembangannya, secara historis, kemudian PUTM menjadi bagian pimpinan muhamamdiyah DIY, yang saat itu difasilitasi dengan asrama di pinggir kali, yaitu Kalinongko. Barulah setelah selesai satu angkatan kemudian pindah lagi ke masjid At-Taqwa Suronatan. “Beberapa angkatan dihasilkan dari masjid suronatan itu, kemudian PUTM diambil alih oleh PWM DIY,” cerita Fahmi kepada tim media Lazismu.
Saat itu, kita diberi kesempatan untuk menyewa beberapa tempat dan akhirnya karena kondisi tempat yang kami sewa tidak memenuhi syarat, lalu kami akhirnya menyampaikan permohonan kepada pesantren luhur yang itu diberi amanah oleh Sri Sultan Hamengku Buwono ke – IX dan X, untuk menggunakan tanah Sri Sultan di Kaliurang, namun tempat itu hanya merupakan hak guna bukan hak milik. Sehingga tidak ada kebebasan buat kami utk membangun asrama dan tempat pendidikan di sana, karena hanya diberi kesempatan saja sebagai hak guna.
Fahmi mengisahkan, kebutuhan untuk peserta didik (thalabah) karena tuntutan zaman, dari proses kaderisasi ulama tajih muhammadiyah dan aisyiyah, akhirnya kami menyewa beberapa tempat, yaitu pertama di pusbang, jadi meski miliknya Majelis Dikti tapi kami diminta untuk ikut memberikan infak dalam rangka perbaikan gedung.
Akhirnya kami menyewa suatu tampat, kemudian untuk yang putri, kami menggunakan rumah kontrakan yang pertama di Tundan sebelah selatan UMY, di sana juga menyewa setahun, kemudian dipakai untuk peserta didik yang mengambil program studi, sarjana PAI UMY, untuk peserta didik yang ambil ilmu hadis dan al-Qur’an itu, kami gunakan tempat asrama lainnya.
Agar ada akses pengajar yang mudah sampai ke lokasi, lalu kami sampaikan ke Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, kemudian disarankan untuk supaya PUTM berusaha memiliki asrama pendidikan dan gedung pendidikan di suatu tempat meskipun nanti terpisah antara peserta didik yang putra dan putri.
Dalam prosesnya, alhamdulillah ada seorang yang mewakafkan tanahnya untuk dibangun gedung asrama dan studi pendidikan PUTM. Lalu kami menyampaikan kepada pimpinan pusat muhammadiyah bahwa kami tidak punya dana yang cukup untuk itu. Pada akhirnya, PP Muhammadiyah membentuk panitia dan di antara fundraisingnya itu Lazismu pusat dan fundraising yang lain beberapa perguruan tinggi muhammadiyah.
Kami punya harapan kalau kampus itu nanti bisa dibangun di Prambanan, insyaallah program studi belajar dan pendidikan itu bisa terpusat di satu tempat sehingga akan efektif dan efisien. Atas penyerahan bantuan beasiswa tersebut, Ketua Badan Pengurus Lazismu Pusat Ahmad Imam Mujadid Rais, mengatakan Lazismu dengan bangga menyerahkan bantuan beasiswa kepada 146 mahasiswa Ulama Tarjih Muhammadiyah dari program Beasiswa Sang Surya Lazismu. Penyerahan beasiswa sebesar Rp 481.800.000 ini dilakukan kepada Pusat Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM).
“Inilah bentuk komitmen Lazismu dalam mencetak generasi ulama tarjih yang kompeten dan berintegritas,” pungkasnya. Program beasiswa ini diharapkan dapat terus melahirkan ulama-ulama tarjih yang mampu mengawal gerakan amar ma'ruf nahi munkar Muhammadiyah.
Berdiri sejak tahun 1968, Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) telah menjadi garda terdepan dalam mencetak para ulama yang menjadi pembimbing umat dan penggerak dakwah yang lurus sesuai prinsip-prinsip Al-Quran dan As-Sunnah.
Melalui Beasiswa Sang Surya, Lazismu berkomitmen untuk mendukung perjalanan intelektual dan spiritual para mahasiswa tarjih, yang kelak akan menjadi ulama-ulama yang andal dalam menjawab tantangan zaman serta membawa misi dakwah Islam yang mencerahkan bagi masyarakat luas.
[Kelembagaan dan Humas Lazismu PP Muhammadiyah]