PROGRAM PEMBERDAYAAN UMKM LAZISMU BANTU JUWARIYAH PENUHI BIAYA SEKOLAH SANG BUAH HATI

Ditulis oleh Doddy
Ditulis pada 17:00, 27/04/2024
Cover PROGRAM PEMBERDAYAAN UMKM LAZISMU BANTU JUWARIYAH PENUHI BIAYA SEKOLAH SANG BUAH HATI

KABUPATEN SIDOARJO -- Suami Juwariyah, Ismail, telah berpulang pada masa pandemi tepatnya tahun 2020 akibat penyakit diabetes. Sebelumnya ia telah memiliki usaha yang dijalani bersama sang suami hingga hampir 15 tahun. Buka sejak pukul 6 pagi hingga 9 malam, Juwariyah bergantian berjaga di pasar untuk menjalankan usaha. Sebelum Covid-19 melanda, pembeli ramai. Semua kebutuhan keluarga dapat dipenuhi dari hasil berjualan.

"Saya merasakan berjualan semakin sepi, tidak seperti sebelum Covid. Sekarang banyak yang membeli secara online, sehingga sangat berkurang yang belanja langsung di pasar. Apalagi dulu waktu Covid pasar ini ditutup, hanya boleh buka sebentar dari jam 9 sampai jam 12 siang. Sepi, penjualan anjlok," ungkap Juwariyah.

Kini Juwariyah menjadi seorang single parent. Demi memenuhi kebutuhan keluarga dan biaya sekolah, ia pun berjualan di kios Pasar Krian, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Perhiasan yang telah dikumpulkan hasil bekerja dengan almarhum suami satu persatu dijual. Saat suaminya meninggal, keempat anaknya masih duduk di bangku sekolah. Yang pertama di SMA, kedua SMP, dan yang ketiga serta keempat di sekolah dasar.

Kepada amil Lazismu Kabupaten Sidoarjo, Yekti Pitoyo pada Jumat (26/04), Juwariyah menceritakan bahwa saat ini anak yang pertama sudah bekerja di salah satu gerai ponsel. Sementara anak kedua yang baru lulus tahun kemarin menjadi kurir di sebuah perusahaan kargo, di samping membantu Juwariyah berjualan di kios. Persoalan menjadi berat karena anaknya yang ketiga mengenyam pendidikan di sebuah pondok pesantren dengan biaya yang cukup tinggi.

"Anak ketiga mondok di Mojokerto, biaya perbulan 1,2 juta. Sangat berat karena sekarang jualan juga tidak seperti ketika suami masih ada. Beberapa kali berniat memindahkan ke sekolah yang dekat, tidak mondok lagi. Ketika ditanya alasannya oleh kiai di pondok, ya karena biaya, tapi sama pihak pondok masih ditahan anak saya sudah hafidz 7 juz, sayang," terang ibu berusia 47 tahun ini.

Juwariyah berharap anaknya yang sudah bekerja bisa membantu karena perolehan kios tersebut hanya cukup untuk menopang makan sehari-hari. Ia pernah mendapat keringanan dengan hanya membayar 950 ribu rupiah setiap bulan. Namun karena sudah tiga bulan menunggak, ia tidak bisa membayar biaya sekolah anaknya tersebut karena berbarengan dengan adiknya yang masuk SMP.

"Waktu itu saya bingung kalau uang dipakai melunasi sekolah, saya tidak bisa berjualan. Kalau tidak bayar ya bagaimana, sudah amanah dari almarhum agar anak saya nomor tiga dipondokkan," ujar Juwariyah.

Masalah yang dialami Juwariyah mendapatkan titik terang. Berbekal bantuan modal usaha dari Lazismu Kabupaten Sidoarjo, ia dapat kembali berjualan. Bahkan pada Ramadhan lalu penjualannya meningkat, terutama saat sepuluh hari terakhir menjelang lebaran. Kios dengan dengan Yan Snak miliknya kemabali ramai disambangi pembeli.

"Dengan adanya bantuan modal usaha dari Lazismu Sidoarjo ini, sangat membantu saya bisa berjualan dan setiap hari saya menyisihkan uang dari penjualan 35 ribu untuk biaya di pondok," tutupnya.

Pemberdayaan UMKM menjadi ujung tombak program Pilar Ekonomi Lazismu Kabupaten Sidoarjo. Juwariyah telah merasakan manfaat dari program yang merupakan kolaborasi bersama Lazismu Pimpinan Pusat Muhammadiyah serta Bank Mega Syariah ini. Ia adalah salah satu penerima manfaat dalam kategori Keluarga Yatim.

[Komunikasi dan Digitalisasi Lazismu PP Muhammadiyah/Yekti Pitoyo]