2 Tahun Pasca Gempa Donggala, MDMC Bersama NGO Swiss Terus Dampingi Sulteng
DONGGALA - Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) bersama Solidar Suisse, NGO asal Swiss menggelar Workshop Survei Ketangguhan Desa di Balai Desa Lende, Kecamatan Sirenja, Donggala, Sulteng, Selasa (2/3).
Workshop ini merupakan bagian dari program Disaster Risk Resiliance in Central Sulawesi (DiRiReCS), sebuah program hasil kerja sama antara MDMC PP Muhammadiyah dengan Solidar Suisse.
Arif Jamali Muis, Wakil Ketua MDMC PP Muhammadiyah menyebut bahwa dalam workshop tersebut terdapat agenda pemaparan hasil survei ketangguhan desa, sosialisasi pengajuan keluhan kepada warga, dan pembentukan kelompok kerja. Narasumber yang hadir adalah Sam Lukas, fasilitator Monitoring Evaluation Accountability and Learning (MEAL) program DiRiReCS.
Menurut keterangan Arif, dalam program DiRiReCS ini, MDMC bersama Solidar Suisse menyasar 21 desa di 3 kecamatan yaitu Sirenja, Balaesang dan Balaesang Tanjung yang masuk kawasan terdampak parah dalam bencana gempa bumi, tsunami dan likufaksi yang melanda Sulawesi Tengah tahun 2018 silam.
Ke-21 desa tersebut adalah Tondo, Dampal, Jonooge, Tanjung Padang, Sipi, Balentuma, Lompio, Tompe, Lende, Lende Tovea, di Kecamatan Sirenja. Kemudian Meli, Lombonga, Labean di Kecamatan Balaesang dan Walandano, Malei, Kamonji, Rano, Pomolulu, Palau, Ketong, Manimbaya di Kecamatan Balaesang Tanjung
"Program DiRiReCS akan berlangsung selama 24 bulan dengan tujuan utamanya adalah memberi edukasi dan pendampingan kepada masyarakat desa sasaran terkait sistem pengurangan resiko bencana di desa," ujarnya.
Ia menyebut dua tahun lebih sejak terjadinya bencana gempa, tsunami dan likuifaksi pada September 2018 silam, MDMC hingga kini masih terus hadir di Sulawesi Tengah mendampingi warga penyintas bekerja sama dengan Solidar Suisse.
Pada saat yang sama, National Program Coordinator (NPC) DiRiReCS dan MEP MDMC PP Muhammadiyah, Yocki Asmoro mengatakan selain program DiRiReCS yang sudah berlangsung sejak 1 Desember 2020, MDMC dan Solidar Suisse juga melaksanakan program Micro Enterprise Program (MEP) yang sudah berlangsung sejak 1 Juli 2019 untuk tahap pertama di 10 Desa yang ada di Kecamatan Sirenja dan 1 Juli 2020 untuk tahap kedua di 21 Desa tersebut.
“Tahap pertama MEP, MDMC dan Solidar hanya intervensi di 10 desa yg ada di Sirenja. Pada tahap kedua ini, MEP dan DiRiReCS intervensi 21 Desa,” kata Yocki.
Yocki menambahkan, berbeda dengan program DiRiReCS yang merupakan program pengurangan resiko bencana, MEP adalah program penguatan ekonomi masyarakat dengan pemberian bantuan modal usaha dan pendampingan. Baik bantuan individu maupun bantuan kelompok.
Untuk bantuan individu diberikan bantuan modal sebesar antara Rp3,5 juta sampai Rp4 juta perorang dan bantuan kelompok antara Rp40 juta sampai Rp80 juta perkelompok.
“Salah satu contoh aktifitas dari program MEP ini pada Senin (01/03) lalu di lima Desa yakni Lende, Tondo, Meli, dan Lompio, dilaksanakan pencairan dana masing-masing 50% dari bantuan modal sebesar Rp80 juta kepada setiap kelompok usaha kopra putih, yakni kelompok Sintuvu Jaya Lende di Lende, kelompok Sintuvu Singgani di Tondo, kelompok Nyiur Sintuvu dan kelompok Meli Sejahtera di Meli, serta kelompok Mevoli Pasanggani di Lompio,” pungkasnya.