BEDAH RUMAH LAZISMU DAN IKHTIAR KARTINI DARI SIDOARJO UNTUK PENDIDIKAN TINGGI SANG BUAH HATI

Ditulis oleh Doddy
Ditulis pada 08:48, 17/04/2024
Cover BEDAH RUMAH LAZISMU DAN IKHTIAR KARTINI DARI SIDOARJO UNTUK PENDIDIKAN TINGGI SANG BUAH HATI

KABUPATEN SIDOARJO -- Emi Mariam adalah potret Kartini masa kini. Sebagai perempuan "single parent", ia berjuang keras untuk menjalani hidup. Suaminya yang mencari nafkah sebagai buruh bangunan telah berpulang tiga tahun yang lalu. Situasi ini semakin membuat Emi semakin terpuruk, terutama dari sisi ekonomi.

Tinggal berdua dengan putri semata wayangnya, Emi menempati sebuah rumah yang jauh dari kata layak. Saat dikunjungi amil Lazismu Kabupaten Sidoarjo, Yekti Pitoyo, ia menceritakan keadaan tempat tinggalnya tersebut. Kondisinya sudah sangat memprihatinkan, terlebih saat hujan datang. Bagian depan rumahnya terutama kayu penyangga atap rumah ambruk karena sudah rapuh. Genteng pun banyak yang melorot. "Maklum rumah lama peninggalan orang tua, saya tidak ada biaya untuk memperbaiki," ujar perempuan 50 tahun ini lirih.

Keadaan rumah yang ditempat Emi mendapatkan perhatian dari salah satu tetangganya. Bergegas, laporan pun disampaikan kepada Lazismu Kabupaten Sidoarjo agar mendapatkan bantuan. Setelah melewati berbagai tahap, Emi mendapatkan bantuan program Bedah Rumah. "Alhamdulillah, rumah sekarang tidak bocor dan air hujan tidak membanjiri seluruh ruangan lagi karena atapnya sudah diperbaiki oleh Lazismu Sidoarjo," ujarnya.

Berada di bawah Pilar Sosial Dakwah, Bedah Rumah Lazismu menyasar kediaman kalangan yang tidak mampu. Seperti yang didapatkan oleh Emi, program ini berupa perbaikan atau renovasi tempat tinggal keluarga yang kesulitan secara ekonomi sehingga bisa menempati rumah yang layak huni. "Aini bisa belajar dengan tenang," imbuh Emi menceritakan putrinya.

Vidi Nur Aini, gadis berusia 20 tahun yang disapa Aini ini adalah putri semata wayang Emi. Dorongan dan semangat pun selalu diberikan oleh sang ibu agar Aini bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Saat ayahnya meninggal, Aini sempat patah semangat dan tidak ingin melanjutkan sekolahnya lagi. Ia kasihan melihat ibunya bekerja membanting tulang jika harus membiayai kuliahnya.

Meski demikian, Emi tetap terus berusaha agar putrinya bisa kuliah. Ia terus memohon kepada Yang Maha Mendengar agar diberikan jalan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Aini. "Saya ingin putri saya bisa sekolah. Tidak seperti saya yang hanya lulusan sekolah dasar. Setiap hari saya usahakan jam dua malam memohon kepada Allah, Senin Kamis saya berpuasa," ungkapnya sambil mengusap air mata.

Untuk pendidikan putri tunggalnya, Emi rela melakukan pekerjaan apapun asalkan halal. Diawali pada jam dua dini hari, Emi sudah terbangun untuk melakukan salat tahajud. Ia kemudian bekerja sebagai ojek untuk mengantar tetangganya berbelanja di pasar. Selepas subuh setelah pulang, Emi pun membereskan rumah dan jam enam kembali berangkat untuk bekerja. Kali ini ia mencari nafkah dengan membantu mengasuh anak tetangganya. Penghasilan yang diperoleh selalu disisihkan dan ditabung untuk kebutuhan pendidikan Aini, sang buah hati tercinta.

Ikhtiar dan doa seorang ibu yang tulus ini pun dikabulkan Allah. Aini akhirnya diterima untuk mengenyam pendidikan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Surabaya. Ia menempuh jalur Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). Tidak hanya itu, Aini juga berhasil mendapatkan beasiswa program Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah yang telah disetujui oleh pihak kampus.

"Saya sujud syukur, anak saya diterima kuliah," kenang Aini bangga.

[Komunikasi dan Digitalisasi Lazismu PP Muhammadiyah/Yekti Pitoyo]