Di Balik Capaian Positif Program Terselip Hal Yang Tertinggal, Program Percontohan Berkesinambungan
JAKARTA -- Setumpuk masalah yang dihadapi masyarakat membutuhkan penanganan yang berkesinambungan. Tidak ada cara instans selain melakukan pendampingan dan kolaborasi antar aktor untuk penguatan pemberdayaan komunitas. Merangkul masyarakat adalah pendekatan persuasif sembari mengakomodasi keunikkan lokal ketimbang meninggalkannya dalam keadaan rapuh.
Tema pemberdayaan masyarakat (community development) di Muhammadiyah adalah bukan suatu isu yang baru. Inilah yang dilakukan Muhammadiyah sejak dahulu yang dalam hasil rekomendasi Rakernas Lazismu harus diimplementasikan.
Salah satu output rakernas, melakukan program percontohan (piloting) berupa Kampung Berkemajuan di 10 wilayah yang ada di Indonesia, demikian disampaikan Ahmad Imam Mujadid Rais Ketua Badan Pengurus Lazismu dalam sambutannya di acara pembukaan Workshop Panduan, Pelatihan LFA dan Asesmen Program Kampung Berkemajuan Inovasi Sosial Berbasis Kawasan, di Jakarta pada Kamis, 25 Juli 2024,. yang diikuti oleh Lazismu Wilayah Jateng, Jatim, Jabar, DIY, dan Lampung.
Dalam sambutannya, Mujadid Rais, mengatakan bahwa Lazismu bisa merujuk pesan yang disampaikan oleh Ketua Umum Muhammadiyah dalam pengkajian ramadhan tentang dakwah kultural. “Sudah banyak capaian yang diperoleh Muhammadiyah dari AUM-nya, hanya saja ada satu kerisauannya yaitu jejak pemberdayaan yang bisa dijadikan contoh,” kata Mujadid Rais.
Di tengah capaian itu kita masih ingat ada hasil penelitian yang cukup mengena tentang penurunan jumlah anggota persyarikatan. Apa pun itu hasilnya dari yang mengkritik, lanjut Mujadid Rais, ini merupakan suatu otokritik buat kita.
“Apakah kita selama ini hanya fokus pada satu aspek saja atau berusaha memperluas jangkauan dakwah yang sudah ada,” jelasnya. Kendati ada beberapa persoalan yang dihadapi sejauh ini pada dasarnya merupakan kenyataan yang harus dicari solusinya.
Sebagai contoh di Aceh, tepatnya di Bireun, mungkin kasusnya berbeda. Muhammadiyah tidak merasa sebagai ormas besar di sana. Namun, ada salah seorang pimpinannya yang mau datang ke komunitas masyarakat setempat dengan pendekatan inklusif.
“Karena orang asli Aceh, ia sangat menghormati kearifan lokal masyarakat setempat dan dakwah berbasis masjidnya bisa diterima kalangan masyarakat, ini suatu hal yang menarik,” ceritanya.
Belajar dari realitas yang ada, sambung Mujadid Rais bahwa selama ini kita melihat seolah ada capaian yang positif tapi di sisi lain ada yang tertinggal. Karena itu, pada pengkajian ramadhan yang lalu dalam salah satu kajiannya soal perluasan basis kawasan.
“Lazismu bisa berangkat dari kaijan itu bagaimana merangkul semua dengan pendekatan dakwah inklusif. Menghadapi komunitas tertentu tidak cukup dengan pendekatan amar maruf nahi munkar. Bahkan amar maruf itu bisa dimaknai sebagai sesuatu yang luas,” pungkasnya.
Mendampingi masyarakat memerlukan usaha keras. Maka dalam aksinya tidak bisa sendiri-sendiri. “Kita perlu kolaborasi dan sinergi sehingga ketika ada orang bertanya di mana contoh pemberdayaan masyarakat di Muhamamdiyah. Bisa kita jawab dengan kampung berkemajuan yang bisa dijadikan satu percontohan,” tandasnya.
Sejauh ini jika ada yang bertanya soal pemberdayaan di Muhammadiyah, lanjut dia, paling tidak dibawa ke sekolah atau kampus. Kita belum bisa menunjukkan suatu komunitas masyarakat sebagai komunitas pemberdayaan dan komunitas binaan.
Padahal kita ingin ada suatu yang berkelanjutan sehingga Muhammadiyah bisa dilihat ada sesuatu yang bernilai. “Mudah-mudahan langkah kecil kita untuk sembilan hari ke depan bisa bermanfaat,” terangnya.
Kita punya analisa sosial yang bisa dijadikan cara pandang. Semua aktor perlu dilibatkan dalam menempatkan kampung berkemajuan. Lazismu juga perlu melihat lokalitas yang akan menjadi agenda pemberdayaan sehingga tidak dilepas dan selalu berkelanjutan berdasarkan kebutuhan lokal di masyarakat setempat.
Semoga dengan ikhtiar ini lazismu dapat berkontribusi bagi persyarikatan dan umat, tutupnya.
[Komunikasi dan Digitalisasi Lazismu PP Muhammadiyah]