Kisah Mualaf Jembrana yang Mengabdi di Lazismu

Ditulis oleh jf
Ditulis pada 22:38, 12/04/2021
Cover Kisah Mualaf Jembrana yang Mengabdi di Lazismu

Namanya Ni Luh Putu Yunita Prihantni. Perempuan yang dipanggil Nita ini lahir di kecamatan Nagara, Jembrana, Bali sebagai seorang Hindu. Ia hidup bersama keluarga dan lingkungan Hindu sebagaimana anak-anak lain seusianya.

Hingga di masa SMA, ketika ia bersekolah di SMA Negeri Negara, ia mengalami penyakit non medis yang tidak biasa. Berbagai pengobatan alternatif yang ia alani tak kunjung membuahkan hasil. Singkat cerita, keluarga menyepakati bahwa ia harus dirawat oleh pamannya yang merupakan seorang muslim.

Tinggal bersama paman, ia melihat semua aktivitas pamannya dan keluarga pamannya. Maka, sedikit banyak ia mulai mengenal Islam. Fase ini pula yang mengubah pandangan Nita terhadap Islam. Sebelumnya, ia mengenal Islam melalui peristiwa Bom Bali, sehingga menganggap Islam adalah agama teroris.

Selama dalam perawatan pamannya itu, keyakinan beragama Nita mulai luntur. Ditambah lagi saat mendengar suara orang mengumandangkan seruan tidak jelas tapi membikin hatinya tenang dan rasanya ingin bersujud. Setelah mendengar seruan itu, Nita bertanya kepada pamannya, seruan itulah yang dikenal dengan azan.

“Pada saat mendengar seruan itu, saya berhenti total dari semua aktivitas dan hanya menikmati suara itu,” ujar perempuan dengan nama muslimah Yulia Hasan ini.

Tidak berapa lama, penyakit Nita sembuh. Ia pulang ke rumah orangtuanya. Sampai ketika lulus SMA dan masuk perkuliahan Nita tidak mengalami hal aneh lagi. Namun, saat kuliah Nita mendapat julukan dukun cantik dari negara, yang menurut sebagian teman, Nita aneh karena sering membicarakan ritual agama Islam yang tentu saja asing di kalangan teman kuliah yang mayoritas Hindu. 

Usai kuliah, Nita keluar masuk di perusahaan hingga pada tahun 2005 masuk di Perusahaan Daerah di Jembrana Bali. Pada saat bekerja di sebuah Perusahaan Daerah, Nita dipercaya perusahaan namun ada hal yang membuat Nita harus pulang ke Negara hal ini karena permintaan orang tua.

Setelah pulang, Nita sering bermimpi mencium batu hitam legam. Keluarganya tidak tahu-menahu apa makna mimpi tersebut dan apabatu hitam tersebut. Akhirnya, ia bertanya kepada pamannya yang merupakan seorangm muslim sekaligus pernah merawatnya. Pamannya mengatakan bahwa batu tersebut adalah Hajar Aswad, sebuah batu hitam yang terletak di dalam Masjidil Haram, tempat orang Islam sedunia menunaikan ibadah haji.

Tak berapa lama, Nita kembali bekerja di perusahaan daerah. Namun setelah kejadian itu, dia mulai goyah dengan agama lamanya dan mulai mencari tahu tentang agama Islam dengan membaca dan berdiskusi dengan paman serta seorang ustadz.

Ketika melakukan berbagai macam dialog dengan beberapasaudara dan temannya yang Muslim, ia mendapatkan jawaban yang masuk akal. Di antaranya adalah dosa seseorang itu hanya diterima orang tersebut dan kehidupan di dunia ini hanya sementara, yang kekal adalah kehidupan akherat.

Selain itu, diperkenalkannya hal-hal baik sejak kecil antara lain saat bayi sudah mulai didengarkan suara azan dan bacaan kitabnya yakni al-Quran. Pada saat itu, keyakinan Nita pada agamanya semakin goyah dan bimbang.

Karena merasa tidak lagi memiliki keyakinan di Hindu, akhirnya Nita mencari keyakinan di tempat Datuk yang beragama Muslim.

“Selama sepekan di sana saya selalu bermimpi tentang nenek moyang buyut yang datang membawa sesuatu. Di malam pertama mimpi dibawakan mukena, malam kedua dibawakan tasbih, dan malam ketiga ketiga dibawakan al-Quran,” katanya.

Selama di rumah Datuk, Nita mulai belajar kalimat syahadat, Rukun Iman dan Rukun Islam. Pada hari ke-4, setelah Ashar Nita berucap kepada Datuk supaya jangan dilepas dan minta dibimbing untuk menjadi umat Rasulallah.

Akhirnya, setelah Maghrib Datuk mengajak Nita ke rumah seorang ustadz untuk membaca kalimat syahadat. “Saat itu hati dan jiwa saya tenang damai, walau saya tahu orangtua akan sangat kecewa karena posisi saya pindah keyakinan saat masih gadis,” ucapnya sambil terisak-isak.

Sampai pada tahun 2017 saat Lazismu Jembrana berdiri, Nita diminta membantu semampunya. Kini, Nita dipercaya sebagai Manajer Pelaksana Lazismu Jembrana.

Selengkapnya baca disini.