LAZISMU AJAK PEMANGKU KEPENTINGAN SELESAIKAN MASALAH PENDIDIKAN
KOTA BANJARMASIN -- Sekolah-sekolah Muhammadiyah masih sangat memprihatinkan dari sisi kualitas. Terlebih saat ini sudah berada pada era yang sangat kompetitif atau era disrupsi. Demikian disampaikan oleh Wakil Ketua Majelis Pendidikan Dasar Menengah dan Pendidikan Non Formal (Dikdasmen dan PNF) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Kasiyarno pada kesempatan Ramah Tamah Pencerahan Pendidikan dengan tema "Akselerasi Digitalisasi dan Sekolah Unggul Muhammadiyah". Acara ini berlangsung pada Senin (11/12) di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, Jalan S. Parman, Kelurahan Pasar Lama, Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin.
Orang yang dapat bertahan hidup di era disrupsi ini, menurut Kasiyarno, bukanlah orang yang paling kuat dan pintar, melainkan mereka yang paling cepat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya. "Dengan memanfaatkan berbagai fasilitas yang ada dan kerja bersama," ungkapnya.
Saat ini, sekolah-sekolah Muhammadiyah memiliki tugas yang cukup berat. Bahkan banyak yang memiliki jumlah siswa sangat sedikit. Ia pun mendorong agar para penggiat pendidikan di Muhammadiyah tidak hanya menjadi penonton bagi kesuksesan pihak lain.
"Sekolah yang hebat tidak hanya bergantung dari kepala sekolah, namun juga bergantung kepada guru yang hebat dan siswa yang hebat. Jadi semua komponen berperan untuk menciptakan sekolah yang hebat," ujar Kasiyarno.
Di samping itu, lanjut Kasiyarno, kita perlu membangun pola pikir. Jangan sampai kita bertahan dengan pola pikir yang statis dan cepat puas dengan zona nyaman. Kita harus harus mengembangkan cara berpikir untuk terus tumbuh, berkembang, dan terbuka.
Wakil Ketua Badan Pengurus Bidang Pendayagunaan dan Pendistribusian Lazismu PP Muhammadiyah, Muarawati Nur Malinda menyebutkan, dari enam Pilar Program Lazismu, pendidikan menjadi salah satu yang diutamakan. Hal ini sejalan dengan Muhammadiyah yang memang berfokus pada pendidikan. Ada banyak persoalan pendidikan yang harus dituntaskan.
"Ada sekolah yang terseok-seok untuk membangun. Ada pula sekolah yang sudah mulai redup. Kita punya banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan bersama-sama," ujar Muarawati.
Revitalisasi amal usaha pendidikan menjadi hal yang diutamakan. Tidak hanya fisik, namun juga kualitas pengelolanya, lanjut Muarawati. Masalah ekonomi guru pun harus diperhatikan, di samping persoalan lain yang juga dihadapi oleh pada siswanya.
Senada dengan apa yang dijelaskan sebelumnya oleh Kasiyarno, Muarawati menegaskan bahwa Muhammadiyah merupakan sebuah lembaga filantropi, bahkan yang tertua di Indonesia. "Sekarang ini menjadi tugas Lazismu bagaimana melanjutkan kerja-kerja yang sudah dilakukan oleh pendahulu kita di berbagai daerah yang bisa bermanfaat," sambungnya.
Terakhir, Muarawati mengajak kepada semua pemangku kepentingan di Muhammadiyah agar bersama-sama menyelesaikan permasalahan pendidikan, tidak hanya Lazismu saja. Dengan demikian, Lazismu dapat menyelesaikan berbagai persoalan lainnya di luar bidang pendidikan.
Ramah Tamah Pencerahan Pendidikan ini berlangsung di sela-sela kegiatan monitoring dan evaluasi program EdutabMu bersama Majelis Dikdasmen dan PNF PP Muhammadiyah serta Enuma. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka untuk menilai kemajuan dan evaluasi terhadap pelaksanaan program yang telah berjalan selama satu setengah tahun di lingkungan sekolah-sekolah Muhammadiyah yang ada di Kalimantan Selatan. EdutabMu merupakan program Inovasi Sosial Lazismu pada bidang pendidikan.
[Kelembagaan dan Humas Lazismu PP Muhammadiyah]