Lembaga Zakat dan Perannya Dalam Penanganan Tuberkulosis
Ditulis oleh jf
Ditulis pada 00:00, 12/04/2021
Jakarta – LAZISMU. Wakil Ketua Lazismu, Barry Adhitya menjadi pembicara utama dalam diskusi nasional pegiat kesehatan, Kamis (15/6/2017) di Hotel Sofyan. Kegiatan ini difasilitasi Rumah Sehat BAZNAZ dan Forum Zakat (FOZ).
Mengupas tema penyakit tuberkulosis atau TB, Barry mengemukakan lebih dari 50% pasien TB meninggal dunia karena tidak segera diobati. “India mengalahkan Indonesia, dari jumlah penderita TB karena faktor jumlah penduduk. Ini mengerikan, kita harus aktif terlibat,” kata Barry, yang juga sebagai Technical Working Group TB di Kementerian Kesehatan RI.
Tuberkulosis menyerang paru-paru, namun juga berdampak pada bagian tubuh lainnya. Tuberkulosis menyebar melalui udara ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau menyebarkan butiran ludah mereka melalui udara. Infeksi TB umumnya bersifat asimtomatik dan laten. Namun hanya satu dari sepuluh kasus infeksi laten yang berkembang menjadi penyakit aktif.
Penyakit TB adalah pekerjaan yang tidak akan ada berhentinya dalam SDGs. Selain itu, musti ada pendekatan multi disiplin. Seluruh pihak dapat terlibat di sini.
Ada organisasi internasional bernama Global Fund, yang memiliki program khusus TB. Mereka menggandeng organisasi Aisyiyah Muhammadiyah dan Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama. Pendampingan berbasis ormas Islam ini cukup efektif di 191 kabupaten tersasar, di seluruh desanya sampai 2018.
Pengobatan TB ini harus berkelanjutan, tidak boleh putus. Selama setengah tahun terus menerus. Bila putus harus mengulangi dari awal.
Dalam fase pengobatan, pasien TB membutuhkan kader komunitas yang mendampingi. Kader komunitas dilatih untuk mendampingi seorang pasien sampai dia sembuh. Mereka dilatih, mendampingi minum obat, jangan sampai drop out.
Dalam pendampingan ala TWG itu, tetangga diberi insentif Rp 300 ribu untuk enam bulan, agar tetangga itu mendampingi pasien tetangga.
“Aktifitas pendampingan ini sebetulnya membangkitkan kepedulian ala Islam. Tetangga memiliki perhatian khusus ke tetangga,” tutur Barry.
Bagaimana misalnya dana ZIS dipakai untuk gantikan ala Global Fund ini? Berupa insentif untuk tetangga, hanya Rp 50 ribu per bulan per orang. “Murah untuk menangani penyembuhan TB,” sambung Barry.
Dokter Muhammad Ridlo dari Rumah Sehat Baznas menyampaikan, kita bisa melakukan advokasi temuan dan layanan pengobatan. “Salah satunya adalah pengadaan shelter atau rumah singgah di sekitar RS untuk keluarga yang menunggu pasien berobat kontinyu,” kata dr Ridlo. (rilis/nd)
Mengupas tema penyakit tuberkulosis atau TB, Barry mengemukakan lebih dari 50% pasien TB meninggal dunia karena tidak segera diobati. “India mengalahkan Indonesia, dari jumlah penderita TB karena faktor jumlah penduduk. Ini mengerikan, kita harus aktif terlibat,” kata Barry, yang juga sebagai Technical Working Group TB di Kementerian Kesehatan RI.
Tuberkulosis menyerang paru-paru, namun juga berdampak pada bagian tubuh lainnya. Tuberkulosis menyebar melalui udara ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau menyebarkan butiran ludah mereka melalui udara. Infeksi TB umumnya bersifat asimtomatik dan laten. Namun hanya satu dari sepuluh kasus infeksi laten yang berkembang menjadi penyakit aktif.
Penyakit TB adalah pekerjaan yang tidak akan ada berhentinya dalam SDGs. Selain itu, musti ada pendekatan multi disiplin. Seluruh pihak dapat terlibat di sini.
Ada organisasi internasional bernama Global Fund, yang memiliki program khusus TB. Mereka menggandeng organisasi Aisyiyah Muhammadiyah dan Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama. Pendampingan berbasis ormas Islam ini cukup efektif di 191 kabupaten tersasar, di seluruh desanya sampai 2018.
Pengobatan TB ini harus berkelanjutan, tidak boleh putus. Selama setengah tahun terus menerus. Bila putus harus mengulangi dari awal.
Dalam fase pengobatan, pasien TB membutuhkan kader komunitas yang mendampingi. Kader komunitas dilatih untuk mendampingi seorang pasien sampai dia sembuh. Mereka dilatih, mendampingi minum obat, jangan sampai drop out.
Dalam pendampingan ala TWG itu, tetangga diberi insentif Rp 300 ribu untuk enam bulan, agar tetangga itu mendampingi pasien tetangga.
“Aktifitas pendampingan ini sebetulnya membangkitkan kepedulian ala Islam. Tetangga memiliki perhatian khusus ke tetangga,” tutur Barry.
Bagaimana misalnya dana ZIS dipakai untuk gantikan ala Global Fund ini? Berupa insentif untuk tetangga, hanya Rp 50 ribu per bulan per orang. “Murah untuk menangani penyembuhan TB,” sambung Barry.
Dokter Muhammad Ridlo dari Rumah Sehat Baznas menyampaikan, kita bisa melakukan advokasi temuan dan layanan pengobatan. “Salah satunya adalah pengadaan shelter atau rumah singgah di sekitar RS untuk keluarga yang menunggu pasien berobat kontinyu,” kata dr Ridlo. (rilis/nd)