LIMA MAKNA TAJDID DALAM PERSPEKTIF LAZISMU DIUNGKAP DALAM RAKERPIM
KOTA YOGYAKARTA -- Anggota Lazismu merupakan orang-orang terpilih dan memiliki kemampuan pada bidangnya, mampu mengkomparasi prestasi dengan pesaing yang sepadan, dan meraih prestasi dan menaikkan kelas. Demikian disampaikan oleh Ikhwan Ahada selaku Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DI Yogyakarta dalam Rapat Kerja Pimpinan (Rakerpim) Lazismu Wilayah DI Yogyakarta pasca Musyawarah Wilayah (Musywil) PWM DI Yogyakarta yang berlangsung di Hotel Tjokro Style. Acara yang berlangsung pada Sabtu (27/05) ini adalah untuk membahas program yang akan berjalan selama satu periode atau lima tahun ke depan.
Menurut Ikhwan, menurunkan dan menerjemahkan keputusan Musyawarah ke-13 Muhammadiyah DI Yogyakarta, Lazismu ke depan harus memiliki beragam keunggulan dalam pelaksanaan program. "Fastabiqul Khairat tidak akan berhenti dan harus memiliki karakter berkemajuan, seperti menegakkan tauhid murni (Mabni ila tauhid), bersumber Al-Qur'an dan Sunnah (al-ruju' ila al-Qura'n wa al-Sunah), menghidupkan ijtihad dan tadid (ihya' al-ijtihad wa al-tajdid), moderat (tanmiyat al-wasathiyyah), dan mewujudkan rahmat bagi semesta alam (tahqiq al-rahmah li al-'alamin)," terangnya.
Ikhwan juga menyampaikan, tajdid tidak hanya sebatas purifikasi ataupun dinamisasi yang selama ini kita pahami. Dalam perspektif Lazismu, tajdid memiliki 5 makna, yaitu memberdayakan mustahik agar dapat menjadi muzakki (Tamkiniyah), memajukan perkonomian masyarakat agar konsumen menjadi konsumen yang teredukasi atau dapat menjadi juragan atau kemandirian ekonomi (Taqdimiyah), menguatkan menggeser status orang yang membutuhkan pertolongan menjadi orang yang kuat dengan semangat teologi al-Maunnya (Taqwiyah), membuat program yang dapat memberikan pencerahan terhapap problem masyarakat dengan menggandeng berbagai lembaga internal dan eksternal (Tanwiriyah), serta persyarikatan menjadi pembebas ketergantungan manusia terhadap makhluk, yaitu misi mengangkat manusia dari kegelapan dan membebaskan ketergantungan manusia terhadap selain Allah (Tahririyah).
"Harapan Lazismu DI Yogyakarta punya tradisi yang berani disaing-saingkan," ujar Ikhwan Ahada saat memberi sambutan sekaligus membuka acara tersebut.
Sementara itu, Ketua Badan Pengurus Lazismu Wilayah DI Yogyakarta, Jefree Fahana menekankan agar evaluasi dari berbagai program-program yang sudah berjalan akan menentukan untuk dilanjutkan atau dihentikan dalam periode yang akan berjalan ini. Tentunya melalui pertimbangan dari pimpinan-pimpinan baru dengan gagasan maupun ide segar.
"Periode ini akan menjadi terasa tantangan luar biasa, menarget para donatur untuk bekerja sama program ke beberapa instansi maupun lembaga. Selain itu belum semua teredukasi terkait zakat, infak, dan sedekah," pungkas Jefree.
[Kelembagaan dan Humas Lazismu PP Muhammadiyah/Rizal Firdaus]