Mengetuk Pintu Surga, Kampanye Zakat Kreatif Lazismu Kebumen

Ditulis oleh berita
Ditulis pada 10:32, 12/11/2021
Cover Mengetuk Pintu Surga, Kampanye Zakat Kreatif Lazismu Kebumen
Zakat adalah salah satu Rukun Islam. Umat Islam yang telah mencapai kekayaan tertentu wajib membayarkan zakat. Di Indonesia, salah satu cara terbaik membayar zakat adalah melalui lembaga zakat. Meskipun, bisa juga zakat diberikan secara langsung kepada 8 asnaf, 8 kelompok masyarakat yang berhak menerima.

Hal inilah yang menjadi pesan utama dari film Mengetuk Pintu Surga produksi Lazismu Kebumen. Film pendek yang terbagi menjadi 3 part ini dibagikan melalui kanal YouTube Lazismu Kebumen. Direktur Lazismu Kebumen Hasbilah Rifai menyebut bahwa film ini berangkat dari kegelisahan masyarakat yang tidak banyak mengenal zakat, khususnya zakat profesi.

Film yang disutradari oleh Gempar Pribadi ini bercerita tentang Rahman (Trian Hidayat), anak muda dengan karir yang sukses dan kekayaan yang melimpah, namun merasakan kehidupan yang kering. Problem yang dihadapi oleh Rahman adalah problem masyarakat secara umum, di mana masyarakat semakin maju, namun jiwanya begitu hampa.

Krisis manusia modern ini, menurut banyak pemikir, disebabkan oleh modernitas dan pembangunan yang hanya mengedepankan aspek-aspek materi, sekaligus meninggalkan aspek-aspek rohani. Di film ini, krisis manusia modern digambarkan dengan sifat Rahman yang tidak bersyukur sekaligus merasa banyak kesialan yang selalu ia hadapi.

Meminjam istilah Buya, Rahman mengalami "rancak di labuah” atau “mentereng di luar, remuk di dalam". Ia dilihat masyarakat sebagai anak muda yang kaya dan sukses. Namun, ia memiliki beberapa masalah krusial. Pertama, ia harus bolak-balik ke rumah sakit karena memiliki penyakit yang relatif parah, di usia yang masih sangat muda. Kedua, ia kehilangan beberapa proyek besar. Ketiga, ia selalu gagal masalah jodoh. Padahal, banyak perempuan yang diam-diam kagum dengannya dan ingin menjadi pendamping hidupnya.

Singkat cerita, Rahman mendengar percakapan adiknya dengan teman adiknya tentang zakat. Waktu itu, adiknya yang masih kuliah tengah mengerjakan skripsi tentang zakat. Salah satu kalimat yang didengar secara tidak sengaja oleh Rahman adalah tentang kewajiban zakat. Selama ini, ia hanya tahu tentang zakat fitrah.

Karena tengah dirundung masalah, maka Rahman memutuskan untuk datang ke salah satu lembaga zakat, Lazismu. Di Lazismu, ia mendapatkan pencerahan dari amil bahwa zakat bisa jadi akan mensucikan hartanya. Rahman kemudian berpikir bahwa jangan-jangan, kesialan yang selalu ia hadapi adalah karena ia tidak pernah membayar zakat. Padahal, ia jelas memiliki kewajiban tersebut.

Rahman kemudian berubah. Ia rutin menunaikan zakat. Tidak hanya itu, ia juga menjadi rajin silaturahmi, bahkan dengan karyawan-karyawannya. Kesialan-kesialan yang ia hadapi pun pelan-pelan sirna. Ia kembali mendapatkan proyek-proyek untuk menghidupi perusahaan yang ia pimpin.

Pesan film ini begitu apik dan mendalam. Hal ini adalah wujud kampanye ala anak muda kreatif yang harus mulai dilakukan oleh Lazismu di daerah lain.

Mengetuk Pintu Surga bisa menjadi salah satu referensi bagi pegiat zakat yang akan melakukan kampanye, khususnya melalui film. Film tersebut berperan penting untuk mengenalkan lembaga zakat seperti Lazismu kepada masyarakat luas, khususnya anak-anak muda.

Film tersebut juga layak mendapatkan dukungan dari seluruh warga persyarikatan untuk menyebarkan ke khalayak yang lebih luas. Ketika pertumbuhan teknologi digital begitu pesat, maka Lazismu, mau tak mau, harus mengikuti tren dengan memperbanyak kampanye-kampanye kreatif secara digital pula.

Menurut Hasbilah, ada beberapa dinamika yang dialami dalam produksi Mengetuk Pintu Surga, mulai dari pencarian talent yang tepat, hingga proses set lokasi untuk pembuatan film. Pihaknya juga perlu berhati-hati agar tidak menyalahi aturan-aturan agama, namun tetap relevan dengan perkembangan zaman.

"Selain itu, kami berusaha supaya plot dan alur cerita tidak mainstream seperti sinetron-sinetron di TV, namun tetap bisa diterima masyarakat," ujarnya.

Dalam hal publikasi, imbuhnya, ia perlu bantuan dari berbagai pihak agar film tersebut dapat dinikmati oleh banyak orang.

(Yusuf)