SROI, Membingkai Pendekatan Alternatif Lazismu Dalam Inovasi Sosial Program Berkelanjutan
JAKARTA -- Suatu program dikatakan berhasil ketika memiliki dampak nyata bagi masyarakat lebih-lebih jika dampak yang dihasilkan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Tapi bagaiamana cara mengukur dampak sebuah program inovasi? Sebuah program pastinya melibatkan banyak aktor yang saling berkontribusi dan sekaligus mendapatkan manfaat baik secara ekonomi, sosial bahkan lingkungan.
Keberhasilan program dinilai dari prosesnya sampai dengan evaluasi yang dilakukan dan dinyatakan ada nilai yang dicapai sebagai investasi sosial (social return of investment/SROI) suatu program. SROI inilah yang kemudian digunakan sebagai metode atau pendekatan yang komprehensif.
Empat hari yang lalu, Direktur Nasional Habitat for Humanity Indonesia, Susanto, berkesempatan untuk memberikan pelatihan mengenai Social Return on Investment (SROI) kepada Lazismu. Kesempatan emas itu, didalami oleh Manajer Research and Development Lazismu, Sita Rahmi bersama dengan dua orang amil Lazismu lainnya dari program yaitu Brilyan Octaviani Chandra dan Muhammad Umar dari fundraising.
Dalam pelatihan singkat itu, Santoso mengatakan bahwa SROI adalah metode yang digunakan untuk mengukur dan mengkomunikasikan nilai sosial, lingkungan, dan ekonomi yang dihasilkan oleh suatu proyek atau organisasi.
“Materi yang diberikan mengenai cara mengidentifikasi dan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders), mengumpulkan data relevan, serta menghitung rasio SROI untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang dampak dari kegiatan mereka,” jelasnya pada Senin, 5 Agustus 2024.
Menurut Santoso, pelatihan ini sangat penting bagi organisasi nirlaba dalam mengevaluasi dan menunjukkan dampak positif dari program-program mereka. Dengan menerapkan SROI, organisasi nirlaba dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, serta memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap kontribusi mereka dalam meningkatkan kesejahteraan sosial.
Berdasarkan materi pelatihan yang diterima, Sita Rahmi mengungkapkan SROI yang sudah digunakan oleh Habitat for Humanity Indonesia dalam melaksanakan programnya adalah wawasan berharga terutama bagi Lazismu. “Ada banyak informasi bagaimana dalam perencanaan program alokasi sumber daya memiliki peran penting untuk memaksimalkan nilai manfaat sosial dan ekonomi,” tuturnya menunjukkan materi pelatihan.
Melalui SROI, sambung Sita Rahmi, dalam aktivasi program dari proses awal sampai akhir diarahkan sedapat mungkin pengukuran objektif dilakukan karena berdasarkan nilai dari dampak. Tidak sekadar upaya investasi tapi membantu organisasi dan investor memahami dampak dari kegiatan yang direncanakan.
Sita Rahmi menekankan, metode SROI penting dikuasai baik oleh tim program maupun tim penghimpunan. Bagi tim penghimpunan, kemampuan mengukur SROI dari program yang didanai oleh muzaki khususnya perusahaan akan mampu meningkatkan trust mereka dan dampak positif program.
Adapun bagi tim program, kata dia, SROI dapat menjadi salah satu alternatif cara mengevaluasi efektifitas dari sebuah program yang dijalankan. Sementara itu, bagi Tim R & D, kajian SROI dilakukan guna menguji coba metode ini jika diterapkan untuk mengevaluasi karakteristik program-program di LAZISMU apakah cocok atau tidak.
Mengapa SROI penting bagi Lazismu, Sita Rahmi mengungkapkan bahwa Lazismu dengan enam pilar programnya memerlukan sinergi kebajikan untuk investasi sosial mengingat dampak program yang selama ini dilakukan juga memiliki dampak capaian yang bersentuhan dengan Sustainable Developmet Goals (SDGs).
{Kelembagaan dan Humas Lazismu PP Muhammadiyah}