Warga tak Punya WC, Lazismu Bekasi Salurkan Bantuan untuk Bangun Septictank
Ditulis oleh berita
Ditulis pada 10:00, 29/06/2021
BEKASI - Pada hari Senin (28/6), Lazismu Kota Bekasi menyerahkan bantuan donasi kepada Ibu Main. Ia adalah warga Jatisari, Jatiasih, Kota Bekasi.
Menurut hasil asesmen Lazismu Kota Bekasi, Selama berumah tangga 11 Tahun, Main tidak memiliki jamban/WC. Untuk keperluan buang air, ia menumpang ke saudara sebelah rumahnya yang kadang sering ketus dan marah-marah jika ditumpangi.
Lazismu Kota Bekasi menyerahkan bantuan dari donatur senilai Rp. 2.164.569,- untuk membangun septictank (tanki septik) di rumahnya.
Main merasa terbantu oleh bantuan tersebut. Ia mengucapkan terima kasih kepada donatur.
"Terima kasih para donatur atas bantuannya. Bantuan ini akan saya pakai untuk membangun saptictank. Terima kasih Lazismu Kota Bekasi, semoga berkah," ujarnya.
Dalam penyerahan bantuan tersebut, Wati Setianingsih, Ketua Lazismu Kota Bekasi mendoakan agar dana yang disumbangkan oleh para donatur menjadi berkah, diberikan usia yang panjang, ditambahkan rezekinya, diberikan kesehatan.
"Semoga Ibu Main bisa menerima dengan baik dan menjadi manfaat bagi semua. Mudah-mudahan berkah," ujar Wati sebagaimana keterangan yang diterima oleh Lazismu.
Wati turut bersyukur karena sekarang Ma'in tersenyum bahagia sudah terbangun WC dan kamar mandinya dan menghaturkan terima kasih kepada para donatur.
Ibu Main beserta keluarga sehari-harinya hidup di dalam rumah yang hanya terdiri dari satu petak serta hanya berukuran 2,5 x 5 meter saja. Rumah yang jauh dari kata layak tersebut pun juga tidak dilengkapi dengan ventilasi udara. Sehingga, tak heran Pak Main, istrinya (34), serta kedua anaknya, Meisa (9) dan Arvan (3), bertahun-tahun merasakan pengap di pernafasannya. Bahkan, Meisa dan Arvan sering mengalami demam, flu, serta batuk-batuk. Jika kondisi ini terus dibiarkan, sungguh sangat mengancam kesehatan mereka.
"Saya hanya seorang buruh serabutan yang penghasilannya tak menentu. Kadang dapat uang 20 ribu atau 30 ribu, bahkan kadang tidak dapat uang sama sekali. Upah itu hanya mampu digunakan untuk menghidupi istri serta kedua anak saya yang sering sakit-sakitan. Itu pun saya dapat kalau ada tetangga atau orang lain yang menyuruh saya bekerja di tempatnya. Maklum, saya orang tak berpendidikan, SD pun saya tidak tamat. Istri saya juga tak bisa berbuat banyak, dia hanya lulusan SD. Sesekali dia hanya disuruh jadi buruh cuci di tetangga yang merasa iba terhadap kondisi keluarga kami. Tak seberapa yang didapat," ujar suami Ibu Main.
Reporter : Yusuf
Menurut hasil asesmen Lazismu Kota Bekasi, Selama berumah tangga 11 Tahun, Main tidak memiliki jamban/WC. Untuk keperluan buang air, ia menumpang ke saudara sebelah rumahnya yang kadang sering ketus dan marah-marah jika ditumpangi.
Lazismu Kota Bekasi menyerahkan bantuan dari donatur senilai Rp. 2.164.569,- untuk membangun septictank (tanki septik) di rumahnya.
Main merasa terbantu oleh bantuan tersebut. Ia mengucapkan terima kasih kepada donatur.
"Terima kasih para donatur atas bantuannya. Bantuan ini akan saya pakai untuk membangun saptictank. Terima kasih Lazismu Kota Bekasi, semoga berkah," ujarnya.
Dalam penyerahan bantuan tersebut, Wati Setianingsih, Ketua Lazismu Kota Bekasi mendoakan agar dana yang disumbangkan oleh para donatur menjadi berkah, diberikan usia yang panjang, ditambahkan rezekinya, diberikan kesehatan.
"Semoga Ibu Main bisa menerima dengan baik dan menjadi manfaat bagi semua. Mudah-mudahan berkah," ujar Wati sebagaimana keterangan yang diterima oleh Lazismu.
Wati turut bersyukur karena sekarang Ma'in tersenyum bahagia sudah terbangun WC dan kamar mandinya dan menghaturkan terima kasih kepada para donatur.
Ibu Main beserta keluarga sehari-harinya hidup di dalam rumah yang hanya terdiri dari satu petak serta hanya berukuran 2,5 x 5 meter saja. Rumah yang jauh dari kata layak tersebut pun juga tidak dilengkapi dengan ventilasi udara. Sehingga, tak heran Pak Main, istrinya (34), serta kedua anaknya, Meisa (9) dan Arvan (3), bertahun-tahun merasakan pengap di pernafasannya. Bahkan, Meisa dan Arvan sering mengalami demam, flu, serta batuk-batuk. Jika kondisi ini terus dibiarkan, sungguh sangat mengancam kesehatan mereka.
"Saya hanya seorang buruh serabutan yang penghasilannya tak menentu. Kadang dapat uang 20 ribu atau 30 ribu, bahkan kadang tidak dapat uang sama sekali. Upah itu hanya mampu digunakan untuk menghidupi istri serta kedua anak saya yang sering sakit-sakitan. Itu pun saya dapat kalau ada tetangga atau orang lain yang menyuruh saya bekerja di tempatnya. Maklum, saya orang tak berpendidikan, SD pun saya tidak tamat. Istri saya juga tak bisa berbuat banyak, dia hanya lulusan SD. Sesekali dia hanya disuruh jadi buruh cuci di tetangga yang merasa iba terhadap kondisi keluarga kami. Tak seberapa yang didapat," ujar suami Ibu Main.
Reporter : Yusuf