WAWASAN FILANTROPI AMIL KUNCI PEMBEKALAN STUDI LAPANGAN MAHASISWA UMJ

Ditulis oleh Doddy
Ditulis pada 14:14, 08/05/2024
Cover WAWASAN FILANTROPI AMIL KUNCI PEMBEKALAN STUDI LAPANGAN MAHASISWA UMJ

KOTA TANGERANG SELATAN -- Industri keuangan masih terus berkembang seiring dengan melesatnya teknologi informasi digital. Di saat yang sama, dunia zakat atau filantropi sebagai bagian yang tak terpisahkan dari industri keuangan non-bank dan asuransi turut berinovasi program di tengah persoalan zakat kontemporer.

Profesi amil yang di dalamnya menggerakkan tata kelola zakat dituntut memperkuat kompetensi untuk berinovasi sosial. Bagi perguruan tinggi seperti Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) yang melaksanakan Program Studi (Prodi) Manajemen Zakat dan Wakaf di Fakultas Agama Islam (FAI) perlu memperkuat kurikulumnya secara akademik. Karena itu, pada Selasa (07/05) UMJ menggelar pembekalan mahasiswa Program Studi Manajemen Zakat dan Wakaf di Aula KH Mas Mansoer, Gedung Fakultas Agama Islam.

Pembekalan yang diikuti sekitar 40 mahasiswa tersebut mengusung tema "Meningkatkan Kompetensi Mahasiswa Manajemen Zakat dan Wakaf dalam Mewujudkan Amil Profesional". Hadir sebagai narasumber, Ibnu Tsani selaku Direktur Utama Lazismu Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yang menyampaikan materi tentang Amil Zakat Profesional.

Dalam paparannya, Ibnu Tsani mengatakan bahwa kuliah tidak cukup di kampus, tapi perlu menyelami aktivitas kampus dan berorganisasi untuk menimba pengalaman dan wawasan agar mahasiswa punya bekal yang cukup ketika menamatkan kuliah nanti. "Pada hari ini, di hadapan para mahasiswa Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf, saya ucapkan terima kasih atas undangannya UMJ bisa berbagi wawasan dengan kawan-kawan mahasiswa," ujarnya.

Bicara zakat di Muhammadiyah, sambung Ibnu Tsani, tidak terlepas dari sejarah Lazismu di Indonesia. Secara resmi berdasarkan undang-undang Lazismu betul terbentuk pada tahun 2002. Namun, jika ditilik secara historis, roh gerakan zakat di Lazismu setidaknya sudah ada saat awal-awal gerakannya yaitu sewindu pertama Muhammadiyah, tepatnya di tahun 1920. Maka dalam perkembangannya sampai saat ini, Lazismu masih terus berbenah dan berusaha untuk berinovasi melalui enam pilar programnya di bidang Pendidikan dan Sosial Dakwah, Kesehatan dan Ekonomi, serta terakhir Kemanusiaan dan Lingkungan.

Ibnu Tsani melanjutkan, dalam program penyaluran Lazismu menargetkan penerima manfaat yang telah ditetapkan dalam fikih zakat yaitu delapan asnaf. Keberadaannya memiliki irisan dengan capaian Sustainable Development Goals (SDGs). Di samping itu, sebagai sandarannya wawasan fikih zakat kontemporer yang dikeluarkan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah memperkaya gerakan filantropi di Lazismu melalui bingkai Risalah Islam Berkemajuan.

Selain penyaluran manfaat program, Lazismu juga menghimpun dana zakat, infak, sedekah, dan dana sosial kemanusiaan lainnya yang semuanya dilakukan secara kolaboratif. Lazismu sadar tidak bisa bergerak sendirian, maka dibutuhkan mitra yaitu majelis, lembaga dan ortom serta mitra lainnya yang sejiwa dengan visi misinya.

"Lazismu pun dalam aksinya dievaluasi dan diaudit sehingga transparansi dan laporan program disampaikan kepada PP Muhammadiyah dan masyarakat sebagai wujud akuntabiltas kelembagaan," beber Ibnu Tsani.

Dalam sesi pembekalan, Reni Nur Khoerunnisa selaku mahasiswi Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf mengatakan, ia memiliki impian setelah lulus untuk menjadi seorang amil yang profesional. "Lewat pembekalan hari ini, saya ingin tahu tentang wawasan fundraising yang mana mampu mengajak dan mengedukasi masyarakat secara persuasif untuk berzakat," ungkapnya.

Menurut Reni, apa yang disampaikan oleh Ibnu Tsani untuk praktik lapangan sangat dibutuhkan. Ini merupakan kesempatan baginya untuk menambah wawasan dan mempersiapkan diri menjadi calon seorang amil profesional. "Tentu saja, saya harus siapkan beberapa hal yaitu wawasan untuk menjadi seorang amil profesional dengan mampu memahami karakter lembaga atau badan amil zakat, dan saya bersama teman-teman dituntut untuk mampu memahami bagaimana regulasi zakat yang ada di Indonesia," ujar Reni yang sekarang berada di tingkat semester delapan.

Dalam kesempatan yang sama, Rizki Anggi yang menempuh pendidikan pada prodi dan semester yang sama mengaku bahwa sebagai mahasiswa Manajemen Zakat dan Wakaf, ia tertarik karena amil adalah satu-satunya profesi yang disebut dengan jelas di dalam Al-Qur'an. Selain itu, amil belajar tentang manusia yang berdikari serta bermanfaat bagi sekitar dengan masih tetap bisa berdakwah melalui media konvensional dan media sosial.

"Amil adalah pelopor atau pelaku aksi kemanusiaan untuk menyalurkan bantuan kepada penerima manfaat dengan spirit berbagi untuk sesama manusia," pungkas RIzki.

[Komunikasi dan Digitalisasi Lazismu PP Muhammadiyah/Nazhori Author]