WUJUD KOMITMEN ATASI PROBLEMATIKA UMAT, BPKH-LAZISMU RESMIKAN MASJID DI SLEMAN

Ditulis oleh Doddy
Ditulis pada 15:11, 02/11/2021
Cover WUJUD KOMITMEN ATASI PROBLEMATIKA UMAT, BPKH-LAZISMU RESMIKAN MASJID DI SLEMAN
KABUPATEN SLEMAN -- Dalam melaksanakan program kemaslahatan, Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) tentu saja tidak bisa berjalan sendiri. Berbagai pelaksanaan program kemaslahatan dilakukan bekerjasama dengan kemitraan strategis, membangun sinergi dengan prinsip syariah, nirlaba, manfaat, kehati-hatian, akuntabel, dan transparan. Sebagai salah satu mitra BPKH, Lazismu mewujudkan kerjasama ini dengan berbagai program penyaluran, di antaranya adalah untuk pembangunan Masjid Al Ittihad.

Bertempat di kompleks Masjid Al Ittihad, Dusun Nglempong, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, masjid ini diresmikan oleh Lazismu bersama BPKH melalui agenda tasyakuran pada Sabtu (30/10). Acara ini dihadiri oleh Kepala Badan Pelaksana BPKH RI Anggito Abimanyu, Anggota Badan Pelaksana BPKH Rahmat Hidayat, Deputi Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) R. Agus Sartono, Direktur Pengelolaan Dana Haji Kementerian Agama RI Jaja Jaelani, Ketua Badan Pengurus Lazismu Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Mahli Zainuddin Tago, Pengurus Masjid Al Ittihad Abun Nawawi, Ketua Badan Pengurus Lazismu Wilayah DI Yogyakarta Cahyono, serta Wakil Ketua Badan Pengurus Lazismu Wilayah DI Yogyakarta Eka Yuhendri.

Kepala Badan Pelaksana BPKH RI, Anggito Abimanyu menyebutkan bahwa program kemaslahatan ini merupakan wujud komitmen BPKH dengan turut mengambil peran dalam mengatasi problematika umat. Sumber pembiayaan program kemaslahatan berasal dari nilai manfaat pengelolaan investasi dana abadi umat. "Pengelolaan dana program kemaslahatan selama ini telah memberikan kontribusi dalam penanganan Covid, pengadaan mobil jenazah, ratusan pembangunan masjid, pembangunan kelas pendidikan Aliyah tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan masih banyak lagi. BPKH tetap istiqomah bangun kemaslahatan umat mencapai 3,5 triliun rupiah," jelasnya.

R. Agus Sartono selaku Deputi Kemenko PMK juga mengajak menjadikan masjid sebagai pusat peradaban. Baginya, hal ini akan memberikan dampak yang cukup luas. "Selain itu kita juga berkomitmen untuk menjadikan masjid sebagai pusat peradaban, berikan contoh termasuk kebersihan yang harus dijaga. Selain kegiatan-kegiatan masjid, ini akan memberikan multiplier effect yang dapat berikan pengaruh secara meluas dalam suatu kegiatan," ungkap Agus.

Sementara itu, Direktur Pengelolaan Dana Haji Kementerian Agama RI Jaja Jaelani menuturkan, pengelolaan atau manajemen masjid hendaknya dapat mencarikan solusi atas gejolak problematika jamaah masjid. Karena itu, dengan manajemen yang baik pengelola dapat memakmurkan masjid dengan beragam kegiatan agar bisa dirasakan oleh masyarakat sekitar. "Masjid sebagai pembinaan sosial. Harapannya ke depan masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah, namun juga memberikan solusi persoalan dan membangun tali silaturahmi," tutur Jaja.

Senada dengan Jaja, Pengurus Masjid Al Ittihad, Abun Nawawi menegaskan bahwa kita wajib untuk memakmurkan masjid. Dengan demikian, keberadaan masjid tersebut dapat menghasilkan imbas positif terhadap umat. "Rumah Allah adalah masjid-masjid. Sebagai umat Islam hal yang wajib dilakukan adalah memakmurkan masjid. Keberadaan masjid pun harus berdampak positif terhadap nilai sosial kehidupan masyarakat," ujarnya.

Mewakili Badan Pengurus Lazismu Wilayah DI Yogyakarta, Eka Yuhendri menyatakan harapannya atas pembangunan Masjid Al Ittihad ini. "Harapan dari pembangunan masjid ini, bisa jadikan sentral pembangunan ekonomi umat melalui program pemberdayaan masjid dengan strategi pembangunan masyarakat agar bisa jadikan contoh kepada masjid lainnya," harap Eka.

Masjid adalah sarana untuk membangun hubungan manusia dengan sang pencipta, tempat ibadah dan memohon, serta pengembangan spiritual, pengetahuan, dan kebudayaan. Beragam kegiatan dan peribadatan yang dilakukan di masjid juga mampu melahirkan ide-ide serta karya kemanusiaan dalam bentuk pemberdayaan umat.

Masjid Al Ittihad dibangun di atas lahan sebesar 1.276 M² yang merupakan tanah wakaf bersertifikat atas kepemilikan tanah wakaf. Masjid ini dibangun selama dua tahun sejak peletakan batu pertama, yaitu pada tanggal 18 November 2018 dan menghabiskan biaya sekitar 4,67 miliar yang diperoleh dari berbagai donatur, termasuk dari pihak BPKH dan Lazismu. Dengan adanya pembangunan serta renovasi ini diharapkan dapat membawa kenyamanan, keleluasaan serta kekhusyukan jamaah dalam melaksanakan ibadah. Selain itu masjid ini dapat menjadi kebanggaan masyarakat, khususnya yang berada di sekitar masjid.

[PR Lazismu PP Muhammadiyah/Marzuki]