Bunda Lila, Tak akan Berpaling dari Catering untuk Berbagi (2 - selesai)

Ditulis oleh
Lazismu Pusat
Ditulis pada
5 September 2019
Kategori :

Dari Kudapan
Keliling Jadi Pengusaha Catering

 

Bunda
Lila dalam kapasitasnya sebagai jamaah pengajian Sang Surya turut mewarnai
denyut nadi Lazismu di Kabupaten Probolinggo. Namun siapa sebenarnya Bunda Lila
ini, tim media Lazismu berhasil menemuinya lewat saluran ponsel untuk berbagi
cerita inspiratifnya (5/9/2019).

 

Selama
ini dia lebih dikenal sebagai pengusaha catering di Probolinggo. Perkembangan
usaha kulinernya terbilang moncer. Usaha catering besutannya sudah banyak
dikenal orang. Dia terbilang sukses, dan seorang muzaki. Di balik kesuksesannya
ada kisah yang beliau sampaikan yang berawal dari usahanya berjualan kue keliling
pada tahun 1988.         

 

Bunda
Lila berbagi cerita ini kepada Lazismu di tengah aktivitas sehari-harinya
mengelola catering. Dulu sewaktu suaminya menjadi buruh, dia juga berbagi peran
mencari penghasilan. Karena ingin anak-anaknya tetap bersekolah meski
ekonominya pas-pasan. Dari kampung ke kampung berjualan kue.   

 

Kendati
untungnya tidak seberapa, kerja kerasnya memantik semangatnya untuk terus
berjualan keliling kampung. Sampai pada akhirnya tidak hanya kue, Bunda Lila
memberanikan diri berjualan masakan matang berupa botok, pepes dan menu
sederhana lainnya. Setiap kali berjualan dari rumah ke rumah selalu ada yang
membeli.

 

Tak
hanya itu, terbesit ide dirinya menawarkan kepada tetangga dan langganannya untuk
kebutuhan makan sehari-harinya lauk dan sayur dia yang memasaknya. Ide ini
ternyata mewakili langganannya yang tidak sempat memasak karena aktivitas
rutinnya. Ada yang bekerja sebagai pegawai dan buruh pabrik.     

 

Dengan
bermodal kepercayaan, saya menawarkan kepada 5 orang agar keperluannya saya
yang masak dengan biaya Rp 10 ribu per orang. Kegitan rutin ini terus saya
jalankan hingga pada waktunya banyak orang yang tertarik.  

 

Pada
tahun 1993 silam, kurun waktu 5 tahun pelanggannyanya bertambah banyak. Bunda Lila
kewalahan harus memenuhi pesanan pelangganya. Dia mengajak tetangganya untuk
ikut bekerja membantu pesanan yang banyak. “Yang membantu saya terdiri dari
anak-anak yang miskin dan yatim yang saya karyakan sebanyak 20 orang,” ceritanya.

 

Bukan
tanpa alasan memilih anak-anak yang masih sekolah. Bunda Lila ingin mereka bisa
belajar dan bekerja paruh waktu tanpa kehilangan waktu untuk belajar. Alasan
lainnya, sambung Bunda Lila, tidak ingin melihat anak yatim dan miskin hidup
tidak bahagia. “Sekolahnya berantakan karena alasan ekonomi dan tidak makan
dengan nutrisi yang cukup,” jelasnya.

 

Niat
tulusnya mengkaryakan anak-anak yang duafa inilah yang berdampak besar dalam
perjalanan hidupnya dengan merintis masakan yang siap disantap. Sedikit demi
sedikit usahanya tumbuh besar. Bunda Lila selain membuat warung di rumahnya sendiri,
lalu membuka 5 warung lagi di lokasi berbeda.     

 

Pelanggan
terus bertambah hingga 300 orang, kebanyakan karyawan pabrik gula. Lalu Bunda Lila
memutuskan utnuk menambah karyawan lagi. Perlahan tapi pasti, usahanya
berkembang menjadi Lila Catering. Di jalur Deandles inilah perusahaan catering
miliknya berada. Tepatnya di Desa Kedungdalem, Kecamatan
Dringu, Kota Probolinggo,
     

 

Bunda
Lila di kalangan pegiat zakat dan jamaah pengajian Muhammadiyah sebagai orang
yang perhatian terhadap kondisi sosial di sekitarnya. Beberapa kali kegiatan
Lazismu di program sosial juga ikut berpartisipasi. Berawal dari usaha rumahan
inilah Bunda Lila sebagai seorang muzaki meniti karirnya.

 

Bahkan beberapa orang yang dikaryakannya dididik agar bisa membuka usaha sendiri. Kurang lebih lima orang karyawannya dulu sudah membuka usaha sendiri untuk menyejahterakan keluarganya. Catering-catering karyawannya yang sudah berkembang juga saling bekerjasama dengan Bunda Lila. Untuk urusan resep Bunda Lila tahu betul apa yang pas bagi lidah orang Indonesia, terutama orang jawa di bagian timur ini.

 

Di
sela-sela percakapan, Bunda Lila mengatakan, Hall yang dulu dibangunnya yang
belum ada setahun diperuntukkan untuk Lazismu. Bapak Tohir Luth dari pimpinan
Muhammadiyah di Jawa Timur, lanjut Bunda Lila sudah saya anggap sebagai kakak.
Dulu kak Tohir turut memberikan semangat.

 

Sewaktu menjadi mahasiswa Pak Tohir adalah seorang mahasiswa yang tinggal di masjid Takwa di kawasan Malang, Jawa Timur. Lewat pengajian-pengajiannya saya mendapat informasi tentang Muhammadiyah dan Lazismu, meski saya sendiri dari keluarga Muhammadiyah. Bunda Lila menilai, Lazismu harus maju. “Lewat program-programnya kekuatan gerakan Al-Maun di Probolinggo ada melayani masyarakat yang membutuhkan,” tuturnya. (na)   

Tag :
Bagikan Tulisan Ini :
LAZISMU adalah lembaga zakat nasional dengan SK Menag No. 90 Tahun 2022, yang berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan dana zakat, infaq, wakaf dan dana kedermawanan lainnya baik dari perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi lainnya. Lazismu tidak menerima segala bentuk dana yang bersumber dari kejahatan. UU RI No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

Alamat

Jl. Menteng Raya No.62, RT.3/RW.9, Kb. Sirih, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10340
Jl. Jambrut No.5, Kenari, Kec. Senen, Jakarta Pusat 10430
info@lazismu.org
0213150400
0856-1626-222
Copyright © 2025 LAZISMU bagian dari Persekutuan dan Perkumpulan PERSYARIKATAN MUHAMMADIYAH
cross