Mojokerto - LAZISMU. Kebaikan ibarat air yang mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah. Bergerak dengan cepat, membasahi setiap tempat yang disinggahi. Karena terus mengalir, seperti suatu kebaikan yang membekas pada diri manusia.
Kebaikan itu tercermin pada tiga orang ibu-ibu di Kecamatan Trawas. Ketiganya mengawali impiannya dengan ‘patungan’ melalui kaleng infak 3S yang diedarkan Lazismu. Rupiah demi rupiah, lembar demi lembar, koin per koin, tak terasa selama sebulan terkumpul angka Rp 400 ribu.
Nilainya tidak seberapa, namun kaleng infak tersebut membuka mata dan hati setiap orang untuk menggugah kesadaran berbagi. Ibu-ibu di sekitar Dusun Kemlagi, Desa Kesiman, Kecamatan Trawas tertarik ikut infak serupa. Ibu-ibu pegiat Aisyiyah yang juga Ketua Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Trawas berinisiasi mengundang Lazismu untuk menjelaskan lebih jauh tentang program Lazismu kepada ibu-ibu Aisyiyah.
Kegiatan itu dihadiri sekira 20 orang yang terdiri dari ibu-ibu dan empat orang lainnya bapak-bapak dari pengurus Muhammadiyah.
Ketua Pimpinan Cabang Trawas, Abdul Wahab mengatakan, itu cerita yang disaksikannya 15 Juni lalu. Karena itu, barang siapa mengadakan pertemuan yang bertujuan baik dan mencegah perbuatan buruk, Insya Allah bernilai kebaikan, dan kita ini termasuk di dalamnya.
Dalam kesempatan yang sama, Manager Lazismu Kabupaten Mojokerto, Khoirul Azmi Ridho menyampaikan bahwa potensi zakat di bumi Majapahit ini masih sangat besar. Dari mpopulasi dan jumlah penduduknya berdasarkan data Badan Pusat Statistik, tak sampai satu persen yang sudah menyalurkan zakatnya. “Padahal yang daftar haji sampai antre-antre, tapi zakatnya nanti-nanti,” ujarnya.
Berbuat kebaikan dilakukan oleh setiap orang. Termasuk berbagi dengan infak dan sedekah tak perlu menunggu menjadi kaya dahulu. Slogan itu sudah sejak lama digaungkan Lazismu kepada calon donatur. Memang tak perlu menunggu kaya agar bisa bersedekah. Maka langkah Lazismu untuk menyapa mereka yang ingin berbagi rejeki, kaleng filantropi keluarga sakinah disediakan untuk memudahkan.
Kaleng infak itu bisa ditempatkan di masing-masing rumah, sehingga seluruh anggota keluarga bisa berinfak. Setiap bulan, lanjut Ridho, jika sudah penuh amil Lazismu yang akan menjemputnya untuk dikumpulkan.
Tak menunggu lama, kaleng infak langsung diserbu hadirin. Masing-masing antusias mengambil kaleng infak yang siap dibawa pulang ke rumahnya. Berawal dari dari tiga orang, tumbuh menjadi puluhan orang. Semakin banyak kaleng infak yang terisi, semakin banyak penerima manfaatnya. (ich)