Jakarta – LAZISMU.
Dewasa ini, bantuan kemanusiaan banyak diperbincangkan. Hal tersebut tak lepas
dari bencana yang sering terjadi baik akibat ulah manusia maupun peristiwa alam.
Jika dulu bantuan kemanusiaan diberikan atas dasar belas kasihan dan rasa
sayang kepada sesama manusia, saat ini telah berubah menjadi pekerjaan profesional.
Layaknya
aktivitas pekerjaan, memberikan bantuan kemanusiaan menuntut sebuah
spesialisasi dan pelatihan khusus sesuai dengan tuntutan kondisi korban dan bentuk
bencana yang terjadi. Demikian disampaikan Barry Adhitya salah seorang Badan Pengurus
Lazismu Pusat, pada Kamis, 19 Desember 2019, di Business Center, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) dalam acara
Kuliah Tamu, Program Studi Ilmu Politik, dengan tema “Bantuan Kemanusiaan Internasional: Peran NGO Indonesia dan Peluang Karir Bagi Generasi Muda.”
Menurut
Barry, panggilan akrabnya, untuk menjadi pekerja kemanusiaan yang profesional,
seorang kandidat harus melengkapi dirinya dengan pendidikan dan pelatihan yang
diselenggarakan oleh badan-badan kemanusiaan, sehingga ia memiliki standar
kompetensi yang diakui secara internasional. “Tanpa sertifikasi itu, seorang
pekerja sosial akan sulit diterima masuk oleh negara yang mengalami bencana,”
teranganya.
Dalam
situasi lain, orang yang menjadi korban bencana membutuhkan penanganan yang
khusus dan cepat. Menurut Barry, kehadiran pekerja sosial jangan sampai menjadi
beban tambahan di tempat bencana. “Membantu dengan semangat saja tidak cukup.
Mereka harus berhitung bukan hanya membantu tapi juga survive di tempat bencana,” paparnya.
Dalam
kuliah tunggal yang dihadiri sekitar 60 mahasiswa, Barry juga mengatakan, Lazismu
sebagai organisasi Muhammadiyah telah banyak terlibat dalam berbagai bantuan
kemanusiaan baik di dalam maupun di luar negeri. Misalnya dimulai dengan
bantuan kesehatan untuk warga Palestina, bencana di Filipina, gempa di Nepal,
dan pengungsi Rohingya dari Myanmar. Bantuan yang disalurkan Lazismu, hasil
dari zakat dihimpun dari pribadi umat Islam dan perusahaan.
Ketika
salah seorang mahasiswa bertanya mengenai peluang karir di bidang bantuan kemanusiaan,
Barry menjelaskan, saat ini sudah
terbuka lebar pekerjaan sosial internasional baik yang ditangani oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) maun Lembaga Sosial Masyarakat (LSM)
internasional. Bahkan standar gaji pekerja sosial itu sangat tinggi, karena
mencakup asuransi hidup, biaya perjalanan dan tunjangan yang lain.
Untuk
terlibat di dalamnya, Barry menyarankan agar mahasiswa banyak bersilaturahim atau
membangun jaringan dengan lembaga sosial, menempa kemampuan berbahasa Inggris,
pengetahuan internasional, di samping pengetahuan teknis di lapangan. (zm/na)