Sorong – LAZISMU. Seiring dengan perkembangan gerakan filantropi Islam, program pemberdayaan terus mencari bentuknya yang relevan sebagai bagian dari inovasi programnya. Tantangannya bagi filantropi Islam bukan terletak pada persoalan bagaimana pendanaannya, tapi tentang model kerjasama dan cara pandang membaca kesenjangan di suatu wilayah. Lazismu sebagai lembaga amil zakat memerlukan hal tersebut termasuk memastikan mitra kolaborasi yang dapat berjalan bersama menuju hal yang dimaksud.
Salah satu isu yang bergulir dan mendapat perhatian Muhammadiyah pada hasil Muktamar 2015 di Makassar adalah tentang kesenjangan wilayah. Pada kesempatan kali ini program yang dilaksanakan Lazismu bersama mitranya, MPM (Majelis Pemberdayaan Masyarakat) dan beberapa PTM (Perguruan Tinggi Muhammadiyah) berada di Sorong, Papua Barat.
Papua Barat dalam gerakan dakwah sosial Muhammadiyah, bukanlah kawasan yang asing. Di Indonesia bagian Timur ini, malah berdiri Universitas Muhammadiyah Sorong (UNIMUDA) yang cukup representatif, dan salah satu kampus terbesar di Papua Barat. Lahan yang dimilikinya, lebih dari 50 hektar.
Sebetulnya Papua Barat telah menjadi medan gerakan filantropi sebelum muktamar Makassar, bagi Lazismu yang bermitra dengan MPM. Kemitraan yang solid ini dibuktikan dengan beberapa program yang pernah dilakukan di sana yakni pemberdayaan masyarakat, khususnya warga Kampung Warmon, Kokoda.
Dalam catatan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan di Papua Barat, diketahui dari total jumlah mahasiswa di UNIMUDA, 60 persennya penganut Kristen. Artinya, keberadaan UNIMUDA sudah diterima dengan baik oleh warga dan pemerintah setempat.
Dalam kesempatan kali ini, Lazismu kembali berkunjung. Kunjungan yang melibatkan Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, bersama rombongan yang terdiri dari Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Lazismu, Majelis Pemberdayaan Masyrakat (MPM) PP Muhammadiyah, LP3M UMY, Rektor dan LP3M Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) ke lokasi dampingan MPM PP Muhammadiyah dan KKN Tematik di kawasan terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Kampung Warmon, Kokoda, TK Paud Aisyiyah, SMP serta SMA Muhammadiyah Pulau Arar, Sorong, Papua Barat, pada Sabtu - Senin, 21 - 23 September 2019.
Dalam kunjungannya, beberapa kelompok masyarakat binaan Muhammadiyah di Sorong yang ada di pesisir, pulau-pulau dan sebagian di daratan menjadi perhatian penting. Pulau Arar dipilih sebagai sasaran kunjungan tim tersebut antara lain, MPM, Lazismu, UMY, UMS, UMP dan tentu saja UNIMUDA sebagai "local host".
Direktur Utama Lazismu, Hilman Latief, mengatakan, salah satu masalah yang dihadapi lembaga pendidikan di Pulau Arar adalah transportasi untuk para guru menuju sekolah yang ada di seberang pulau. “Ketersediaan perahu motor menjadi prioritas,” katanya.
Menurut pengakuan kepala suku di Pulau Arar, guru sering terlambat datang karena terbatasnya fasilitas moda transportasi menuju pulau. Akhirnya, jam belajar-mengajar guru dan siswa sering tidak termanfaatkan secara efektif.
Realitas itu mengusik Muhammmadiyah, beberapa lembaga di bawah
naungannya inisitiaf ikut berpartisipasi. Sebagai solusi permasalahan
pendidikan di Pulau Arar, maka diluncurkan dan diresmikan tiga buah
perahu yang pembuatannya dibiayai Lazismu, UMS dan UMP. Ketiga perahu
ini merupakan ”Kapal Pendidikan” untuk memfasilitasi guru menuju sekolah
agar tidak terlambat lagi.
Hilman mengaku, baru pertama kali
menaiki perahu, yang sudah lama hanya dilihat dalam design kertas.
Hari ini menjadi kenyataan, perahu yang sesunguhnya. Perahu itu akan
digunakan juga untuk meningkatkan pendapatan pengelolanya melalui
kegiatan ekonomi dengan cara sewa-menyewa. “Dengan begitu pengelolaannya
dapat berkelanjutan,” pungkasnya.
Dalam suatu kesempatan diskusi, pulau ini juga bisa dipoles jadi kawasan destinasi wisata. Di tengah laut, rombongan singgah ke sebuah badan usaha milik desa (Bumdes), yakni sebuah perahu penangkapan ikan yang dikelola warga dari suku Kokoda dan suku lainnya.
Perjalanan ke Pulau Arar kembali dilanjutkan, sambutan warganya begitu meriah. Kelompok seni hadrah setempat yang terdiri dari para remaja menyambut dengan bersemangat. Di lokasi terpencil ini, seorang warga Papua mewakafkan tanahnya untuk ruang belajar sebuah taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar (SD). Romobongan juga sekaligus melakukan peletakan batu pertama TK. Tak hanya itu, pimpinan PTM yang hadir juga mengundang beberapa remaja untuk melanjutkan kuliah di PTM dengan beasiswa penuh.
Perjalanan berlanjut ke kawasan daratan. Rombongan datang menuju sebuah perkampungan agak dalam yang dihuni oleh sebuah suku dan kemudian dilakukan penanaman pohon buah-buahan yang produktif dan bernilai ekonomi.
Dalam agenda ketiga, rombongan menuju ke suatau tempat,
Distrik Warmon namanya, di sini Muhammadiyah membeli lahan seluas tiga
hektar yang dimanfaatkan warga dari Suku Kokoda.
Lahan itu
diibeli oleh Muhammadiyah dengan dana dari UMS dan UMM. Tempat ini
menurut Lazismu sudah lama menjadi aktivitas pemberdayaan Muhammadiyah.
Beberapa PTM, termasuk Lazismu dan MPM mengirimkan mahasiswa Kuliah
Kerja Nyata (KKN) 3T ke distrik ini.
Dulu hanya tanah kosong.
Selanjutnya dibangun rumah-rumah kayu. Berdasarkan hasil komunikasi
dengan Pemda setempat, akhirnya kementerian membanguan sekitar 60 rumah
baru. Meski jumlahnya masih kurang dari kebutuhan, tapi sudah sangat
membantu. Dalam kesempatan itu, UMY turut berpartisipasi dengan
membangun rumah baca, sedangkan Lazismu membangun kelas, sementara. MPM
melakulan pemberdayaan pertanian.
Pendekatannya menurut Hilman
cukup komprehensif dari Muhammadiyah. Meskipun tidak sedikit dana yang
dibutuhkan masyarakat untuk tidak terus menjadi warga yang
berpindah-pindah (nomaden). Pendidikan juga menjadi kunci. Perkembangan
kampung-kampung baru di Papua dengan fasilitas yang lebih lengkap memang
sangat dibutuhkan.
Partisipasi Muhammadiyah di sini tentu
penting untuk mewujudkan mimpi-mimpi besar masyarakat Papua dalam
menatap masa depan. Dalam bingkai Indonesia Berkemajuan, setidaknya
warga masyarakat binaan mendapat kesempatan untuk menikmati akses
pendidikan.
Tak lupa rombongan berkesempatan mengunjungi kantor
Lazismu Kabupaten Sorong yang sangat sederhana namun penuh dengan
semangat untuk melakukan perubahan. Makna penting dalam kunjungan ini
persahabatan dan kekeluargaan. Dari Anda untuk Indonesia. Mewakili
Lazismu, Hilman Latief mengucapkan terima kasih dari pada para donatur
di seluruh Indonesia yang mendukung program-program Lazismu di kawasan
terdepan, terluar, dan tertinggal (3T)
Sementara itu, Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Anjar Nugroho, mengatakan, program ini merupakan kontribusi nyata Muhammadiyah untuk bangsa. “Papua adalah bagian NKRI yang harus dirawat. Seluruh elemen bangsa harus terlibat dalam perawatan itu, termasuk Muhammadiyah yang di dalamnya ada perguruan tinggi Muhammadiyah,” katanya.
Pendampingan dengan pendekatan pemberdayaan di segala bidang bagi warga Suku Kokoda, lanjut Anjar telah dilakukan oleh Muhammadiyah dan berjalan sukses. Pemberdayaan yang sampai hari ini masih berlangsung di Sorong bisa menjadi percontohan bagi pendampingan suku-suku yang lain di Papua Barat.
Dalam kolaborasi program kali ini, Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan perguruan tinggi Muhammadiyah lainnya berkomitmen untuk bersama-bersama elemen bangsa lain merawat dan menjaga NKRI secara kongkrit dan nyata, karena kampus Muhammadiyah ini ada untuk Indonesia. (na)
.