

Saya rela tinggal di Pos Kamling samping rumah ini, jika saya belum mampu membangun rumah, itu memang karena keterbatasan ekonomi. Ia khawatir ada sesuatu dibalik niat baik seseorang. Ia menolaknya secara baik-baik tanpa harus mmebuat rasa kecewa yang menawarkan.
Pekerjaan Sugi setiap hari sebagai tukang cat mobil yang bekerja mandiri walaupun order masih belum lancar. Kata Hasan, salah satu amil Lazismu saat menemui Sugi (26/12/2017). Semua rejeki yang diterima seberapa pun jumlahnya harus disyukuri, kata Hasan meniru ucapan Sugi.
Sugi mengaku, kadang harus menjadi sopir pocokan bila ada yang memerlukan jasanya. Sesekali ikut membantu menggali kubur jika ada yang meninggal, ujarnya.
Bersama dengan isteri, dua anak dan satu mertua, Sugi menempati rumah sederhana berukuran kurang lebih 5 x 8 meter yang dibangun oleh mertuanya kira-kira 30 tahun yang lalu. Kondisi rumah ini sudah melengkung, “Saya kasih penyangga di tengahnya biar kuat, kalo hujan gentengnya bocor,” katanya.
Tembok yang tengah ini kalo digoyang bisa bergerak-gerak, saya sudah nggak berani memanjat takut ambruk mas, cerita Sugi.
Ditengah keterbatasan ekonominya, Sugi masih kuat untuk bekerja. Bekerja secara halal dan jika ada saudara-saudara muslim yang ingin membantunya, Ia akan menerima dengan rasa syukur.
Lazismu Kota Semarang, mendampingi Sugi sebagai calon penerima bantuan. Bantuan berupa program bedah rumah yang akan dilaksanakan pada 2018 mendatang. Lazismu membuka saluran infak dan sedekah untuk pembangunan rumahnya.
Donatur bisa menghubungi Lazismu Kota Semarang, dan segera konfirmasikan semua transaksi melalui SMS/WA di nomor 0856 4087 3531. (cs)

