Semarang – LAZISMU. Namanya Suyono, seorang guru sekolah madrasah di Semarang Timur. Pengabdian hidupnya sebagai guru sudah berjalan puluhan tahun. Meski demikian, tidaklah menjamin kehidupan ekonominya menjadi baik. Baginya menjadi guru adalah jalan dakwah, sekaligus pengabdiannya pada bangsa dengan mendidik murid-murid di sekolah yang sebagian mereka berasal dari keluarga duafa.
Untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya Suyono menjual kerupuk yang digoreng sendiri, dikemas
dalam kantong plastik ukuran kecil, lalu dititipkan ke warung-warung sekitar
rumahnya. Usaha itu sempat dilakoni beberapa tahun, namun karena keuntungannya
sangat kecil dan tidak mampu meningkatkan taraf ekonominya, dia mencoba
peruntungan dengan berjualan es dan minuman segar.
Di
awal usahanya dia merasa cukup bagus. Dia merasakan ada harapan untuk usahanya
bisa merubah nasibnya. Namun tidak berlangsung lama, belakangan dagangannya
kurang laku. Sehari hanya terjual sekitar 10 – 15 gelas, dan hasilnya tidak
kembali modal. “Kalo sehari dua hari mungkin masih kuat mas, kalo terus-terusan
siapa yang kuat, mending saya hentikan, kata Suyono.
Hari
Rabu, 27 November 2019, amil Lazismu sempat berkunjung ke rumah Suyono bersama Pimpinan
Cabang Muhammadiyah (PCM) Semarang Timur, Bapak homadi sebagai penunjuk jalan,
yang lebih menguasai peta wilayah tempat tinggal Suyono. Rumahnya terletak di
jalan Sleko, RT 03/011 Bandarharjo, Semarang Utara.
Tempat
itu berimpitan dengan sungai Semarang dan berdekatan dengan pusat kota lama
Semarang. Jalan masuk ke rumah Suyono cukup sempit, bahkan untuk parkir
kendaraan roda dua pun harus di luar gang agar tidak mengganggu orang lewat.
Gangnya gang buntu di mana rumah Suyono berada di sisi kanan ujung gang
tersebut.
Tampak
dari depan rumah Suyono, sebuah sumur gali tradisional yang sudah tua,
kira-kira seumuran orang tuanya yang tinggal di tanah itu. Di belakang sumur bangunan
rumah tinggal Suyono berada dengan lebar muka 3 meter dan ke belakang kira-kira
5 meter panjangnya.
Ruangan
disekat menjadi dua, ruang yang belakang dipakai sebagai tempat tidur,
sedangkan ruang depan dipakai sebagai ruang tamu, yang berfungsi juga sebagai
dapur. Lantainya dari semen yang sebagian ditutup menggunakan kertas agar lebih
nyaman untuk duduk.
Rumah
itu dibangun oleh orang tuanya, Mohadi pada 1980. Saat itu Suyono masih muda,
dia ingat betul orangtuanya membangun rumah dengan susah payah, sehingga dia
harus membantu mengaduk semen, mengangkut material dan menjadi kenek pelayan tukang.
Orangtua
Suyono meninggal pada 2000 yang lalu. Sejak itu, ia tinggal di rumah warisan
orang tuanya bersama kakak kandungnya
Sukemi. Kondisi fisik kakaknya yang sakit-sakitan dan tidak mampu bekerja,
menjadikan Suyono menanggung seluruh biaya hidup kakaknya.
Rumah
yang dibangun 39 tahun lalu itu belum pernah direnovasi, kayu penyangga sudah
lapuk dimakan usia, juga dimakan rayap. Kalau hujan turun atap banyak yang
bocor karena penyangga genteng sudah keropos, mengakibatkan gentengnya geser
dan tidak rapat. Ada keinginan Suyono untuk merenovasi rumahnya, disela-sela
kesibukannya dia sempatkan mengumpulkan kayu-kayu bekas bongkaran bangunan yang
dia perkirakan masih bisa dipakai. “tapi berat mas sepertinya saya nggak kuat
merenovasinya”.
Ketika
amil tanyakan di mana kamar mandi dan tempat buang air, Suyono menjawab sambil
menunjuk keluar “Tempat mandinya di pinggir sumur yang terbuka itu mas, kalo
mandi tetep pakai celana basahan, tidak telanjang” terang Suyono. Dia
menjelaskan bahwa sumur peninggalan leluhurnya itu dipergunakan untuk umum,
beberapa tetangga yang tidak berlangganan air PDAM juga mengambil air dari
sumurnya. “Kalau musim kemarau panjang saat PDAM sulit ngalir, yang mengantri
air di sumur saya bertambah banyak”. Suyono juga menyampaikan bahwa sebagian warga
kampungnya yang nggak punya WC kalau mau buang air besar mesti berlari ke pinggir
sungai, demikian keterangannya.
Melalui
program Benah Rumah, Lazismu menyalurkan zakat, infak juga sumbangan
kemanusiaan guna membantu memberdayakan yang lemah, yang terhimpit keadaan
sehingga sulit bangkit dari keterpurukan. Dalam penilaian Lazismu rumah Suyono
perlu dibenahi dan di bangun MCK supaya memenuhi standar kesehatan lingkungan
dan standar rumah layak dihuni. Saat ini sedang direncanakan tindakan renovasi
rumah dan kamar mandi milik Suyono oleh tim Lazismu Kota Semarang bekerjasama
dengan beberapa pihak terkait.
Zakat
berarti bersih, dengan zakat akan membersihkan harta kita dari hak-hak orang
lain yang masih menempel pada harta yang kita dapatkan. Zakat juga berarti
berkembang, bertambah, dengan zakat menjadikan harta bertambah, dan manfaat
berkembang. Semoga Allah memberikan barokah kepada umat-Nya yang selalu
memenuhi perintah melaksanakan zakat dan bersedekah karena Allah. Barokallahu
fiikum. (cs)