

Sudah 8 tahun Ia melakoninya, setiap hari mangkal di Jalan Wonodri Baru, Kota Semarang. Bukan omong kosong, memang dia pernah menerima order untuk menjahit potongan rambut panjang dijadikan bahan dasar pembuatan Wig.
Sebagai tukang jahit, dia mengaku kesulitan menjalankan usaha di daerah asalnya Pekalongan, Ia memilih melanjutkan usahanya di Semarang. Ia tidak sendiri, Udin adik kandungnya juga menjalani profesi yang sama, bahkan merantau ke Semarang lebih dulu.
Modal utamanya sepeda motor bebek yang sudah dimodifikasi, mesin jahit menempel persis di belakang sepeda motornya. Bisa dipakai untuk berkeliling dan bisa juga untuk mangkal, apabila menjahit duduknya menghadap ke belakang.
Setiap ada panggilan azan, Ia hentikan pekerjaannya, barang-barang dikemas, di tutup dengan plastik dan ditinggal untuk berjamaah di masjid. Kebetulan tempat mangkalnya tidak jauh dari lokasi masjid At-Taqwa.
“Rejeki itu sudah ada yang mengatur mas, kalau sudah hak kita tidak akan lari kemana, yang penting kita jangan meninggalkan perintah yang mengatur rejeki itu” kata Slamet.
Dia menginginkan untuk mengganti payungnya yang sudah rusak dengan terpal menggunakan kaki penyangga dari besi yang mudah dibongkar pasang. “Kalau turun hujan agak repot mas menutup kain jahitan, jika basah kan kasihan pelanggan” tutur Slamet.
Lazismu menyambut impian Slamet, untuk memfasilitasi agar usahanya tetap berjalan tanpa gangguan jika musim hujan tiba. Akhirnya, Slamet menjadi mitra binaan LAZISMU di bidang usaha kecil.
Untuk membantu Slamet mengembangkan usahanya, Lazismu ucapkan sampaikan terimakasih kepada semua muzaki yang telah membantu Slamet. Bantuan lainnya dapat disalurkan melalui Bank BTN Syari’ah, dengan nonor rekening 714205 6970. (cs)

