Pena Amil Lebih Tajam dari Pedang

Ditulis oleh
Lazismu Pusat
Ditulis pada
5 Mei 2025
Kategori :
Jakarta – LAZISMU. Waktu bagaikan pedang, pepatah ini mewakili para jurnalis yang profesinya berbatas waktu. Hasil liputannya harus segera menjadi suatu berita yang menarik untuk dibaca khalayak. Begitu juga dengan kerja jurnalistik, bagi kuli tinta pena lebih tajam tinimbang pedang.

Era digital telah merubah kebiasaan setiap profesi dalam sebuah lembaga dan perusahaan. Apa pun profesinya gagasan menarik tidak akan bermakna jika tidak ditulis dan diekosistemkan sebagai kebiasaan yang baik.

Tak luput dengan kerja amil dalam suatu lembaga amil zakat. Informasi seputar bantuan, pemberdayaan dan aksi di lapangan penting untuk didokumentasikan dalam sebuah tulisan. Selain bentuk pertanggung jawaban kepada donatur (muzaki), berita juga sebagai instrumen untuk mengingat dan mengajak kembali donatur untuk peduli terhadap sesama.

Sebagai lembaga amil zakat nasional, Lazismu tidak hanya fokus pada kegiatan menghimpun zakat, infak dan sedekah. Saat ini Lazismu turut mengembangkan kemampuan jurnalistiknya bagi para amil. Di penghujung tahun 2017, Divisi Diklat mewujudkannya dalam kegiatan jurnalistik filantropi sebagai pilar fundraising.

Pelatihan itu berlangsung selama dua hari (13-14 Desember 2017) di Uhamka Pasar Rebo, Jakarta Timur. Badan Pengurus Lazismu, Nuryadi Wijiharjono mengatakan, bagi para amil, meliput berita itu jangan ada rasa takut, takut itu hanya kepada Allah. “Amil harus berani menulis dan memberitakan kegiatan berzakat sehingga dapat memberi pengaruh dan manfaat kepada orang lain,” katanya.

Menulis itu perintah dalam al-Qur’an, karena itu dengan menulis amil akan memiliki pengetahuan, kapasitas dan daya kritis. Kegiatan yang dihadiri oleh seluruh perwakilan Lazismu se-Indonesia penting untuk memberikan pencerahan. Sementara itu, Divisi Diklat Lazismu Pusat, Tatang Ruhiyat menyampaikan bahwa setiap kegiatan harus ditulis, karena itu tulislah apa yang anda lakukan.

Dalam pelatihan ini, wartawan andal dihadirkan untuk mengisi materi, antara lain: Joko Intarto (Praktisi Media), Imam Prihadiyoko (Pimred Kantor Berita Menara62), Brilianto K. Jaya (Direktur Program dan pemberitaan TVMu) dan M. Hilmi Faiq (Wartawan dan Fotografer Kompas)

Di hari pertama diklat itu, para amil setelah mendapat materi langsung praktik meliput berita di tempat-tempat yang telah ditentukan, seperti Mall Cijantung dan Tamini, Pasar Induk, dan sekitar kampus di Pasar Rebo.

Sebelumnya Imam Prihadiyoko dan Joko Intarto mengupas tuntas teknik penulisan. Pimpinan Redaksi Menara62, Imam Prihadiyoko mengatakan, menulis kreatif memerluka latihan. “Karena itu, syarat menulis adalah membaca, membaca dan membaca,” tandasnya. Dengan membaca, memudahkan seseorang menulis tentang apa saja bisa ditulis dengan menarik perhatian.

Sementara menurut Praktisi Media, Joko Intarto, mengungkapkan, sebetulnya menulis itu gampang dan asyik. “Paragraf pertama harus menggoda, selanjutnya terserah Anda,” paparnya. Sebagai pemula, jika masih belum percaya diri, Joko menyarankan untuk membuat blog pribadi sebanyak-banyaknya. “Maka dengan sendirinya kemampuan menulisnya akan terasah dan berani mengungkapkan sesuatu dengan bercerita,” kata praktisi Webminar ini yang suka tantangan berbisnis.

Tujuan terjun langsung ke lokasi, diharapkan amil memiliki keberanian dan kemampuan tajam melihat suatu peristiwa agar bisa menjadi berita yang menarik. Hasilnya ada kemajuan berarti, amil malam harinya langsung melaporkan dan mempresentasikan hasil liputannya di depan seluruh peserta.

Masing-masing memberi masukan dan tanggapan kepada setiap peserta yang mempresentasikan hasil liputannya. Semua saling belajar dan saling melengkapi, sambung Ginanjar dari Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

Hal senada disampaikan Yekti Pitoyo, peserta dari Sidoarjo. Setelah melihat fakta di lapangan siang itu, ada banyak informasi berharga yang bisa saya pulang untuk bisa dikembangkan di daerah bersama kawan-kawan Lazismu.

Dalam sesi materi liputan visual, Brilianto K. Jaya mengatakan, sudah saatnya lazismu mengkombinasikan berita tulis dan foto dengan berita dalam bentuk video. “Berita melalui audio visual juga memberikan pesan mendalam bagi para pemirsa yang melihatnya,” jelas Brili.

Para amil harus segera berlatih dan membaranikan diri untuk belajar langsung liputan berita melalui video. Semoga setelah mendapat wawasan dari sini, setibanya di daerah masing-masing dapat bisa dilakukan praktik langsung, kata Brili meyakinkan peserta.

Tak hanya itu saja, menurut Hilmi Faiq, amil-amil Lazismu sebisa mungkin merubah gaya dalam memotret objek gambar. Amil harus kreatif memotret dalam situasi yang berbeda-beda. “Amil sejatinya perlu berani juga memotret orang diluar kebiasaan selama ini,” pungkasnya.

Di sela-sela penutupan diklat, Ketua Badan Pengurus Lazismu, Hilman Latief mengharapkana amil hendaknya bisa memdokumentasikan setiap aktivitas yang dilakukan oleh Lazismu dengan baik. “Agar menjadi informasi berharga kepada muzaki yang telah percaya kepada Lazismu. Pertanggungjawaban kepada publik penting di mana setiap kegiatan harus dikemas semenarik mungkin,” tambahnya. (na)

Tag :
Bagikan Tulisan Ini :
LAZISMU adalah lembaga zakat nasional dengan SK Menag No. 90 Tahun 2022, yang berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan dana zakat, infaq, wakaf dan dana kedermawanan lainnya baik dari perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi lainnya. Lazismu tidak menerima segala bentuk dana yang bersumber dari kejahatan. UU RI No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

Alamat

Jl. Menteng Raya No.62, RT.3/RW.9, Kb. Sirih, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10340
Jl. Jambrut No.5, Kenari, Kec. Senen, Jakarta Pusat 10430
info@lazismu.org
0213150400
0856-1626-222
Copyright © 2025 LAZISMU bagian dari Persekutuan dan Perkumpulan PERSYARIKATAN MUHAMMADIYAH
cross