Kolaborasi Inovatif MPM dan Lazismu, Rekayasa Peternakan Ayam Petelur Tersertifikasi Melalui Model Kesejahteraan Hewan
YOGYAKARTA --- Pengembangan praktik kedaulatan pangan yang sejak lama digagas muhammadiiyah tidak hanya ditandai dengan pemberdayaan di bidang pertanian, belakangan ini ide tersebut dikembangkan dengan model pemberdayaan di bidang peternakan yang sehat dan fungsional. Ide konkret itu diwujudkan dengan meluncurkan Peternakan Ayam “TelurMoe” yang sehat dan kaya nutrisi.
Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah melalui Jaringan Tani Muhammadiyah (JATAM) yang didukung penuh oleh Lazismu secara resmi meluncurkan Peternakan Ayam Petelur Sehat dan Fungsional “TelurMoe” di Sleman, Yogyakarta, pada Rabu, 2 Oktober 2024.
Peluncuran ini secara simbolis dilakukan oleh Ketua Umum PP Aisyiyah, Salmah Orbaniyah. Dalam sambutannya, Salmah menerangkan program inovatif ini bisa memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat. Atas nama Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Aisyiyah, kami mengucapkan selamat atas peluncuran peternakan ayam tersebut,” pungkasnya.
Muhammadiyah dalam hal ini, membuka kesempatan untuk berkolaborasi dengan para pihak lain yang ingin bersinergi. Program pemberdayaan melalui peternakan ayam petelur ini dilandasi pada prinsip kerja sama yang tidak hanya untuk kalangan internal, melainkan melibatkan pihak eskternal.
Ide pembuatan peternakan ayam petelur fungsional ini, menurut Ketua MPM PP Muhammadiyah, M. Nurul Yamin merupakan bagian dari aksi jihad kedaulatan pangan. Program pemberdayaan peternakan “TelurMoe” sebetulnya sudah diaktivasi sejak dimulainya Kick Off pada 29 Februari 2024.
Nurul Yamin menjelaskan, secara konsepsional di sini designnya ada perpaduan modalitas antara lain, jenis ayam petelur yang berkualitas, kandang kebahagiaan hewan, dan tata kelolanya yang memprioritaskan partisipasi aktif penyandang disabilitas dari Bejen yang merupakan binaan JATAM.
“Prinsip utama pemberdayaan masyarakat adalah menjadikan masyarakat itu sendiri sebagai subjek dalam setiap aktivitas pemberdayaan, sehingga ruang gerak dan fasilitas yang memadai dapat menunjang kemandirian penyandang disabilitas agar berdaya,” jelasnya.
Label “TelurMoe” menurut Nurul Yamin memiliki kandungan telur dengan nutrisi yang tinggi, nilai lebihnya di samping sarat gizi, tata kelolanya dalam berternak ayam diumbar agar tidak stres yang memacu metabolisme ayam menjadi berkualitas dan berbeda dengan telur ayam pada umumnya. Telur ini sangat baik untuk peningkatan gizi dan pencegahan stunting.
Di samping itu, kata dia, dalam pemeliharannya dipadu dengan prinsip kesejahteraan hewan (welfare animal) di mana ayam bisa mengekplorasi gerak dalam kandang tanpa membuat ayam menjadi liar dan stres.
Nurul Yamin menegaskan, pada program ini ada keselarasan cara pandang antara Lazismu dan MPM dalam membaca program dari kacamata Islam Rahmatan Lil Alamin. “Islam yang membawa rahmat bagi seluruh alam, termasuk hewan,” ucapnya. Kerahmatan itu tidak hanya untuk manusia tapi juga untuk hewan.
Sementara itu, perihal kelompok difabel yang ada didalam ekosistem inovasi peternakan ini, hemat Nurul Yamin merupakan bagian dari mengusung spirit dan prinsip kesetaraan gender dan kepedulian terhadap kelompok rentan, yang dalam kerangka ini peran laki-laki dan perempuan berjalan harmonis dalam proses tata kelolanya.
Dia juga berharap, banyak masyarakat yang sebelumnya merupakan penerima manfaat zakat (mustahik) bisa bertransformasi menjadi pemberi zakat (muzaki). “Ini upaya kita untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, sehingga yang sebelumnya mustahik bisa menjadi muzaki,” terangnya.
Sebagai informasi, lanjut Nurul Yamin, TelurMoe sebagai inovasi brand sudah mendapat sertifikasi dari lembaga internasional Human Care Animal Farm (HCAF). Selanjutnya ditargetkan untuk memperoleh sertifikasi organik internasional. Kendati dalam praktiknya, kata dia, dalam proses pemeliharaan selama ini telah mengimplementasikan pendekatan organik.
Dalam kesempatan itu, Ketua Badan Pengurus Lazismu Pusat, Ahmad Imam Mujadid Rais, mendukung langkah yang telah dilakukan MPM PP Muhammadiyah. Lazismu mengapresiasi tinggi rekayasa inovatif program peternakan ayam petelur itu. Yang relevan di tata kelolanya, lanjut Mujadid Rais, dengan model pemeliharaan yang mengedepankan kesejahteraan hewan.
Ini harus didukung, manusianya juga harus sejahtera tak terkecuali dengan hewannya, maka konsep Islam sebagai rahmatan lil alamin menemukan signifikansinya dalam kacamata filantropi pemberdayaan. “Apa yang dilakukan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ini merupakan wujud nyata dari Islam rahmatan lil alamin,” tandasnya.
Senada dengan Nurul Yamin, Mujadi Rais sependapat bahwa dari pernyataan Yamin tersebut, meski ini ikhtiar yang kecil, tapi memiliki dampak yang besar dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat.
Dia berharap, program peternakan ayam petelur sehat dan fungsional ini bisa dikembangkan ke wilayah-wilayah yang lain. Dengan demikian, katanya, nilai manfaat dari program inovatif ini dirasakan oleh penerima manfaat di berbagai daerah di tanah air dengan kualitas yang memadai.
[Kelembagaan dan Humas Lazismu PP Muhammadiyah]