Diskusi Panel Lazismu - MPKSDI, Pendidikan Karakter dan Penguatan Literasi Orientasi Akhir Pendidikan di Muhammadiyah
JAKARTA -- Dewan Pakar Majelis Pemberdayaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) PP Muhammadiyah, Azis Aminuddin dalam Diskusi Panel bertema Pendidikan Berkemajuan: Peran Muhammadiyah dalam Menyongsong Indonesia Emas 2024, mengatakan bahwa penguatan literasi dan pendidikan karakter merupakan spirit pendidikan progresif yang ada dalam Muhammadiyah.
Muhammadiyah dengan pendidikan yang visioner dan berkemajuan orientasi akhirnya adalah pendidikan karakter, jelasnya pada diskusi panel setelah acara pentasarufan beasiswa sang surya untuk kader tahun 2024, di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta (20/9/2024), yang dipandu oleh Bambang Irawan Anggota Bidang Kaderisasi Persyarikatan dan Organisasi Otonom MPKSDI PP Muhammadiyah.
Melalui pertanyaan kunci, apa pendidikan dan apa yang diharapkan dari Muhammmadiyah? Menurut Plt Kepala Perpusnas RI, secara konseptual pendidikan memuat unsur kemampuan untuk menganalisis, mensitesis, dan memahami suatu hal.
Maka, kata dia, pendidikan karakter adalah tujuan luhur dari makna pendidikan di Muhammadiyah. Senada dengan hal itu, harus ada yang menjadi pembeda dan dari 400 orang yang menerima beasiswa dari Lazismu dan mitranya yang peduli terhadap pendidikan menginginkan masyarakat memiliki tradisi literasi yang kuat.
“Nilai tambahnya bagi Lazismu dan mitra yang berkolaborasi, akan memberikan kontribusi kepada muhammadiyah sehingga akan lebih bermakna,” katanya.
Untuk para penerima manfaat, mari amanat itu dilaksanakan, dan rasa bahagia yang saya rasakan, katanya, karena sudah menjadi bagian dari sebuah langkah maju dari muhammadiyah.
Jangan dilihat dari jumlahnya tapi lihatlah kontribusi muhammadiyah. Berapa pun jumlahnya ini bentuk kepedulian muhamamdiyah untuk memperlancara studi penerima manfaat, tegas Azis. Karena berada diposisi dalam melakukan hal yang terbaik.
Untuk melihat Indonesia ke depan, sambung Aziz, sebetulnya bisa ditelisik sejauh mana rata-rata lama sekolah anak-anak Indonesia. Faktanya, secara literasi 50 persen anak kita di sekolah tidak mampu membaca dengan baik. Artinya bukan teksnya tapi tidak mengerti maksud dari kandungan teksnya. Sehingga membaca dan menghitung tidak bisa. Maka ini tugas kita bersama untuk menjawab tantangan pendidikan yang semakin kompleks.
Secara terpisah, Direktur Utama Lazismu, Ibnu Tsani mengatakan berbicara tentang kualitas kader sama dengan berbicara tentang kualitas sumber daya manusia. Sebagaimana diketahui bersama, kenaikan status dari negara berkembang menjadi negara maju, menurutnya, dikarenakan melimpahnya ketersediaan sumber daya manusia yang unggul, selain faktor kuatnya budaya inovasi serta riset.
Sejak didirikan hingga sekarang, lanjut Ibnu Tsani, Muhammadiyah masih istiqomah mengupayakan berbagai strategi agar indonesia memiliki sumber daya manusia yang unggul dan berkemajuan. Salah satu strategi yang konsisten dijalankan adalah terbukanya akses dukungan beasiswa, termasuk beasiswa yang menjadi pilar program pendidikan Lazismu.
“Strategi tersebut menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah perjalanan Muhammadiyah sejak didirikan pada tahun 1912 sampai dengan sekarang,” tandasnya.
Pembentukan lembaga beasiswa, merujuk akar sejarahnya di Muhammadiyah, ungkap Ibnu Tsani, berawal dari Comite Fonds Dachlan pada tahun 1923 oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dalam rangka memberikan dukungan akses beasiswa menjadi salah satu bukti nyata komitemen Muhammadiyah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
[Kelembagaan dan Humas Lazismu PP Muhammadiyah]