Jalan Lemu Berliku Lazismu Grobogan Raih Juara 3 Lembaga Zakat Terbaik Di Ajang Fajar 2024 se-Jawa Tengah
SEMARANG – Meracik ternak kambing lemu adalah usaha rintisan Lazismu Grobogan yang mengkombinasikan program kurban dengan kandang produksi yang dikelola untuk membuat peternakan sehingga bisa menjadi operasional peternak. Selanjutnya untuk mendapatkan hasil, saat hari kurban, kambingnya diserahkan ke pekurban yang penyembelihan dan pengelolaannya melalui Lazismu Grobogan.
Jalan berliku Lazismu Grobogan dalam merintis peternakan kambing hotel wedhus lemu menyajikan kisah sukses (success story) yang hasilnya dilirik Festival Jateng Syariah (Fajar) 2024 se-Jawa Tengah, untuk kategori Lembaga Zakat. Atas inovasi sosial tersebut, Lazismu Grobogan meraih Juara 3 sebagai lembaga zakat dengan program unggulan terbaik.
Di ajang Festival Jateng Syariah itu Lazismu Grobogan yang diwakili oleh Manajer Andi Waluyo membawa pulang penghargaan bergengsi, pada Minggu, 11 Agustus 2024. Fajar 2024 merupakan program tahunan yang dihelat Bank Indonesia (BI) untuk menilai kinerja positif lembaga zakat di Jawa Tengah. Kompetisi program unggulan itu diikuti oleh berbagai lembaga zakat terkemuka seperti Baznas, Lazismu, dan Dompet Dhuafa.
Manajer Lazismu Grobogan, Andi Waluyo mengatakan ini adalah jalan gemuk (lemu), tak seramping yang dikira bahwa dengan mengikuti lomba di Festival Jateng Syariah (Fajar) akan berjalan mulus, ternyata prosesnya memacu para amil Lazismu Grobogan untuk mengumpulkan data dan dokumen penting sebagai syaratnya.
“Berkas itu kita upload, kemudian dilakukan penilaian oleh dewan juri, dan diumumkan masuk 6 finalis tanggal 5 Agustus 2024, yang berikutnya diadakan wawancara proposal pada tanggal 9 Agustus 2024 dengan dewan juri. Kemudian diumumkan tanggal 11 Agustus 2024 untuk pemenang 1,2 dan 3,” cerita Andi saat dihubungi tim media Lazismu pada Senin, (12/8/2024).
Dikisahkan Andi Waluyo, peternakan kambing hotel wedhus lemu diawali tahun 2021 ketika penghimpunan kurban yang berasal dari pekurban. Durasi waktunya 150 hari sebelum hari H (Idul Adha). “Dana itu kita kelola untuk membuat peternakan sehingga bisa menjadi operasional peternak dan kemudian mendapatkan hasil pas hari H kurban,” jelasnya.
Lalu kambingnya, sambung Andi, diserahkan ke pekurban yang saat penyembelihan dan pengelolaanya melalui Lazismu Grobogan. Untuk meracik program ini dengan sentuhan inovasi sosial, Lazismu Grobogan mengintegrasikannya dengan produksi berkelanjutan. Pada prinsipnya agar kandang bisa jalan, maka tidak hanya ketika kurban baru diaktivasi.
Tetapi Lazismu Grobogan membuat skema bisnis yang turunannya bisa menjadi peluang usaha kelompok ternak. Jadi jalan yang gemuk tadi dirampingkan melalui pendekatan inovasi sosial dengan membuka lahan buat bank pakan (pakan ternak).
Apabila kelebihan dari yang dibutuhkan, lantas pakan ternak bisa dijual kembali, kemudian hasil kotoran kambing yang diolah menjadi pupuk. Selanjutnya rantai usaha dikembangkan dengan membuka warung makan dan aqiqah. “Semua harus mempunyai perhitungan dan ada nilai tambah ekonomi,” pungkasnya.
Ada nilai manfaat yang diperoleh dari model bisnis ini, bahwa dengan sekali membayar kebaikan dalam arti membayar kurban jauh-jauh hari, maka bisa memberikan banyak kebaikan dan manfaat. Terutama bisa menghidupi peternak dan membuat banyak rantai kelompok pemberdayaan.
Yang membedakan kata Andi Waluyo, dengan kurban pada hari H, membeli disembelih dan dibagikan, namun kebaikan dari membagikan daging tidak memberikan dampak ke yang lain. Karena itu, beberapa unsur penunjang di atas dibutuhkan supaya rantai bisnisnya tetap jalan dan berkembang, tutupnya.
[Kelembagaan dan Humas Lazismu PP Muhammadiyah)