Maslahat Ternak Penggemukan Sapi Perah Bantuan LAZISMU – BPKH di Pasuruan
PASURUAN – Dia bernama Wahid. Seorang peternak sapi yang bergiat merawat sapi di kelompok ternak Dusun Gesing, yang terletak di Desa Randupitu, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Sehari-hari Wahid dan kawan-kawannya mengelola peternakan mulai dari memberi makan, membersihkan kandang dan memantau tumbuh kembang serta kesehatan sapi. Ada 10 ekor sapi dilokasi peternakannya yang diperoleh dari bantuan kolaborasi program kemaslahatan BPKH dan Lazismu.
Dia juga berperan sebagai penanggung jawabnya. Menurut keterangan dari Muhammad Syaifuddin, Manajer Lazismu Kabupaten Pasuruan, Wahid adalah Sekretaris Kelompok Ternak Dusun Gesing yang didalamnya semua yang terlibat diorganisir dengan apik.
Rabu, 10 Juli yang lalu, Lazismu dan BPKH bertandang melihat kondisi sapi yang dikelola Wahid dan kawan-kawannya. Didampingi Syaifuddin, Manajer Kemitraan Lazismu Pusat Upik Rahmawati, Wakil Ketua Bidang Pendayagunaan dan Pendistribusian Lazismu Wilayah Jawa Timur, Aditio Yudono, kunjungan Wakil Ketua Badan Pengurus Lazismu Pusat, Erry Ahmad Sunandar dan Asisten Manajer Pencairan dan Pelaporan Program Kemaslahatan BPKH, Emy Charisma ingin memastikan perkembangan ternak sapi di Dusun Gesing yang berada di kawasan Tapal Kuda itu manfaatnya berdampak.
Syaifuddin kepada tim media Lazismu (15/7/2024), menjelaskan, bantuan program kemaslahatan BPKH sebenarnya tidak hanya di Dusun Gesing, tapi ada di daerah lain yaitu Desa Ngembal, Kecamatan Tutur, dan Bromo II, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan.
Untuk lokasi di Dusun Gesing sendiri, kata Syaifuddin, bantuan 10 ekor sapi itu diserahterimakan pada bulan Mei 2023. Jika dihitung sudah setahun lebih sampai bulan Juli 2024 program penggemukan sapi ini berjalan.
“Monitoring dan evaluasinya dilakukan bertahap. Dokter hewan dan petugas dinas peternakan rutin datang satu bulan sekali untuk memantau perkembangan dan kesehatan sapi,” jelasnya.
Jenis sapi di lokasi ternak Dusun Gesing terdiri dari 7 ekor sapi Simental (Gacoan) dan 3 ekor sapi Limosin. Semua sapi itu, lanjut Syaifuddin, berjenis kelamin betina. “rata-rata bobot sapinya sekitar 190-250 kilogram,” terangnya.
Sejak bantuan program kemaslahatan itulah sapi-sapi yang ada di sini bulan demi bulan mulai terlihat perkembangannya.
Bahkan saat dilakukan monitoring-evaluasi pada 10 Juli 2024, kata Syaifuddin, dari 2 ekor sapi yang ada sudah melahirkan 2 ekor sapi. Sementara 5 ekor sapi lainnya yang sedang bunting 7 bulan dan 2 ekor sapi di usia bunting 4 bulan, diperkirakan pada Oktober nanti akan melahirkan lagi.
“Targetnya mudah-mudahan tercapai jika Oktober nanti 4 ekor sapi itu melahirkan, maka akan ada tambahan sapi yang semuanya menjadi 16 ekor sapi,” pungkas Syaifuddin dengan nada semringah.
Mengapa targetnya 16 ekor sapi? Syaifuddin menjelaskan bahwa kelahiran 4 ekor sapi lagi diperkirakan jatuh pada bulan September – Oktober. Dan kelompok ternak menargetkan di tahun depan menjadi 20 ekor sapi. Di tengah upaya itu, kelompok ternak juga sudah bisa membuat kosentrat dan probiotik sapi sendiri serta punya lahan pakan berjenis rumput.
Syukur Alhamdulillah dari program penggemukan sapi tersebut, sekarang 10 ekor sapi itu bobotnya mencapai 350 – 500 kilogram. “Semoga target kelompok ternak Dusun Gesing bisa dicapai dengan sukses,” ujarnya.
Di lokasi berbeda Syaifuddin menginformasikan ada 6 ekor sapi di Desa Ngembal Kecamatan Tutur. Di kecamatan yang sama khususnya di lokasi ternak Bromo II terdapat 5 ekor sapi.
Dalam perkembangannya kata dia, dalam proses peternakan ternyata penggemukan sapi tidak cocok di kawasan yang bersuhu dingin. Atas kondisi itu 1 ekor sapi di Desa Ngembal mati. Evaluasi dilakukan dan sebagai solusinya, dari 5 ekor sapi yang tersisa, 4 ekor sapi penggemukan ditukar dengan 4 ekor sapi perah agar lebih produktif. Sedang 1 ekor lagi berjenis sapi limosin.
Diperkirakan 7 bulan lagi sapi-sapi itu baru bisa diperah, katanya. Sedangkan di lokasi ternak Bromo II, awalnya ada 5 ekor sapi. Karena kondisi dingin yang tidak cocok untuk penggemukan, maka 1 ekor sapi dijual dan 4 ekor lagi ditukar dengan sapi perah.
Bobot keempat sapi itu sekitar 300 – 400 kilogram, katanya. Sebagai catatan sambungnya, bila dihitung nilai ekonominya bahwa sapi yang sudah dapat diperah dan menghasilkan 1 ekor sapi sebanyak 10 liter susu/ hari, maka sapi yang bisa diperah ada 3 sapi, sehingga 1 hari mendapatkan 30 liter susu, maka harga jual susu per liter sebesar Rp 7.000, dan jika dihitung lagi maka 30 x 7000 menghasilkan Rp 210.000.
Wahid dan kawan-kawan berharap peternakan sapi ini bisa terus berkembang. Semoga hasilnya bisa dirasakan sebagai manfaat yang bernilai ekonomi. Dia mengucapkan terima kasih kepada Lazismu dan BPKH atas bantuan program kemaslahatan ini.
[Komunikasi dan Digitalisasi Lazismu PP Muhammadiyah]