PERANTAU ALAMI KECELAKAAN DI NUNUKAN, LAZISMU BANTU BIAYA KESEHATAN

Ditulis oleh Doddy
Ditulis pada 08:56, 18/01/2022
Cover PERANTAU ALAMI KECELAKAAN DI NUNUKAN, LAZISMU BANTU BIAYA KESEHATAN
KABUPATEN NUNUKAN -- Merantau untuk mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang layak menjadi impian banyak orang. Namun kadang, keadaan yang terjadi justru sebaliknya. Seperti halnya yang dialami oleh Takwatul Iman, pemuda berusia 19 tahun asal Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah. Iman mengalami kecelakaan fatal saat berboncengan di daerah Bebatu, Kecamatan Sebatik Barat. Akibatnya, lengan kirinya harus diamputasi, kaki kirinya patah bahkan punggungnya bergeser. Setelah dibawa ke puskesmas di Sebatik, Iman harus dirujuk ke RSUD Nunukan karena luka yang dialaminya sangat serius.

Keadaan Iman yang terbaring lemah dan hanya sendirian di rumah sakit menarik perhatian salah seorang wanita bernama Suriana Bachtiar. Kebetulan, salah satu kerabatnya juga dirawat di rumah sakit yang sama. Mendapati Iman yang sebatang kara, Suriana pun mencoba membantu menemani dan akhirnya mengabarkan perihal kondisi Iman melalui media sosial. Gayung bersambut, kabar yang tersiar ini pun mengundang simpati banyak pihak, salah satunya Lazismu Kabupaten Nunukan.

Supriadin, Ketua Lazismu Kabupaten Nunukan menerangkan, pihaknya datang mengunjungi Iman di ruang Cempaka kamar 4 RSUD Nunukan pada Senin (03/01). Kunjungan ini adalah untuk memberikan bantuan yang merupakan amanah dari dermawan kepada Iman. Bantuan dari program Peduli Kesehatan Lazismu ini pun diterima langsung oleh Iman.

"Kami dari Lazismu Kabupaten Nunukan tanggal 3 Januari 2022 mendapat informasi itu. Setelah dzuhur kami bertiga, Lazismu Kabupaten Nunukan berkunjung ke sana dengan tujuan memberikan sedikit bantuan untuk biaya pengobatan saudara kita ini. Semoga dengan bantuan yang kami berikan itu bisa meringankan beban yang dia alami," terang Supriadin.

Kondisi pekerjaan Iman yang terdampak pandemi di Kabupaten Tolitoli memaksanya untuk merantau ke Sebatik. Di perantauan ini, Iman menjadi buruh petani rumput laut yang bekerja secara borongan. Sudah 3 bulan ia merantau untuk mengais rezeki di Sebatik guna menghidupi istri dan anaknya yang berusia 7 bulan di kampung halaman, sampai akhirnya musibah ini datang menimpa dirinya.

[PR Lazismu PP Muhammadiyah/Supriadin]