

SEMARANG -- Lembaga Resiliensi Bencana yang karib disebut Muhammadiyah Disaster Management Center (LRB-MDMC) Jawa Tengah menggelar rapat koordinasi daring untuk mematangkan kesiapan dukungan tim dalam penanganan darurat bencana di Sumatera Utara, pada Selasa (2/12/2025).
Pertemuan tersebut diikuti 28 relawan yang masuk dalam daftar tenaga terlatih (roster) pertama. Para relawan akan bertugas selama dua pekan, terdiri atas tenaga manajemen posko, data dan informasi, logistik, psikososial, serta layanan medis.
Wakil Ketua LRB-MDMC Jawa Tengah, Fathul Faruq, menjelaskan bahwa penugasan relawan dari Jawa Tengah berlandaskan surat dari LRB-MDMC Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam surat itu disebutkan bahwa tim Jateng dijadwalkan bertugas satu bulan penuh dengan dua sistem daftar tenaga relawan ahli yang dikelola (rosterlist).
Mereka akan ditempatkan di wilayah Tapanuli Selatan dan diarahkan untuk memberi dukungan layanan di empat daerah antara lain Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Sibolga.
“Relawan dari Jawa Tengah akan berada di Sumut selama satu bulan, dengan pembagian dua roster. Tim pertama bertugas dua pekan dan langsung melayani beberapa titik terdampak,” ujar Faruq dalam rapat koordinasit.
Ia menambahkan bahwa pembagian tugas dilakukan agar dukungan Muhammadiyah di lapangan berjalan optimal. Menurutnya, pelepasan tim dari PWM Jawa Tengah akan dilakukan pada Kamis malam, (4/12/2025). Setelah acara pelepasan, rombongan segera bergerak ke Jakarta untuk bergabung dengan tim dari Jawa Timur, Jawa Barat, dan DIY.
Seluruh tim gabungan kemudian akan dilepas secara resmi oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah sebelum bertolak menuju Sumatera Utara dan Aceh. Tim dari Jawa Tengah membawa sejumlah armada yang disiapkan untuk menunjang operasional lapangan.
Armada meliputi dua unit double cabin, satu ambulans, dan satu motor trail. Seluruh kendaraan diproyeksikan untuk mobilisasi relawan, distribusi logistik, serta akses menuju wilayah terdampak yang sulit dijangkau.
Faruq menyebut bahwa kesiapan armada dan relawan menjadi faktor penting mengingat kondisi medan di beberapa wilayah Tapanuli cukup menantang. Ia mengatakan tim harus mampu bergerak cepat, terutama pada fase tanggap darurat ketika kebutuhan masyarakat masih tinggi.
“Kami memastikan relawan siap baik dari sisi kemampuan maupun peralatan. Ini bagian dari komitmen Muhammadiyah dalam memberikan layanan kemanusiaan secara cepat dan tepat,” terangnya.
Sehari sebelum rapat koordinasi tersebut, pada Senin (1/12/25), LRB-MDMC Jawa Tengah juga telah menjalin koordinasi dengan Lazismu PWM Jateng. Koordinasi itu dilakukan untuk membahas dukungan pemberangkatan tim ke Sumatera Utara, terutama terkait logistik dan kebutuhan operasional perjalanan.
Ketua Lazismu PWM Jawa Tengah, Dwi Swasana Ramadhan, menyampaikan komitmennya dalam mendukung penuh misi kemanusiaan yang diemban para relawan Muhammadiyah. Ia mengatakan dukungan ini merupakan bagian dari amanah sosial yang harus dijalankan Lazismu, terutama ketika masyarakat membutuhkan bantuan cepat di masa darurat.
“Kami dari Lazismu siap mendukung penuh pemberangkatan tim ini. Ini adalah bentuk tanggung jawab bersama dalam misi kemanusiaan,” ujarnya. Melalui kolaborasi antara LRB-MDMC dan Lazismu, proses persiapan keberangkatan relawan diyakini semakin matang.
Struktur koordinasi juga diperkuat agar seluruh kebutuhan di lapangan dapat terpenuhi secara terencana. Kedua lembaga itu menegaskan bahwa misi kemanusiaan di Sumatera Utara bukan sekadar pengiriman relawan, tetapi upaya memastikan warga terdampak memperoleh bantuan yang cepat, tepat, dan berkelanjutan.
[Kelembagaan dan Humas Lazismu Pusat/MDMC Jateng]

