

TASIKMALAYA – Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) melalui program kemaslahatan bersama Lazismu menyerahkan bantuan mobil dakwah untuk Pondok Pesantren Muhammadiyah Al-Furqon, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Proses penyerahan dilakukan di Pondok Pesantren Muhammadiyah Al-Furqon, Tasikmalaya, oleh BPKH yang diwakili oleh Anggota Badan Pengawas BPKH Deni Suardini kepada Pimpinan Pondok Pesantren Uum Syarif Usman pada, Jum’at, 21 Februari 2025.
Seremoni penyerahan bantuan program kemaslahatan itu disaksikan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Barat, Bapak Mahmud, Badan Pengurus Lazismu Pusat Muarawati Nurmalinda, Deputy Program Kemaslahatan BPKH Miftahudin dan Manager Program Kemitraan Lazismu Pusat Upik Rahmawati.
Anggota Badan Pengawas BPKH Deni Suardini mengucapkan terima kasih atas terselenggaranya acara ini. “Kami mengapresiasi perkembangan pondok pesantren Al-Furqon, selanjutnya dalam mendukung sarana prasarana yang ada, BPKH pada kali ini bisa memberikan jalan kemudahan untuk meningkatkan kinerja pondok pesantren berupa mobil operasional dakwah,” jelasnya.
Perlu kami sampaikan, sambung Deni, keberadaan BPKH dengan amanahnya berpijak dari UU Nomor 34 tahun 2014. Badan hokum public yang melakukan pengelolaan keuangan haji.
“Mandatnya dalam tata kelolanya, BPKH harus berprinsip pada syariah salah satunya melaksanakan ajaran islam secara kafah, terbebas dari unsur riba, dan unsur penipuan serta judi. Selain itu prinsipnya juga harus terbebas dari sesuatu yang haram dan subhat. Itulah prinsip pengelolaan keuangan haji oleh BPKH, termasuk prinsip memberikan nilai manfaat yang seluas-luasnya,” urai Deni.
Sementara itu, Badan Pengurus Lazismu Pusat Muarawati Nurmalinda, juga mengucakan rasa syukur dan terima kasihnya bahwa BPKH telah melakukan penugasan kepada Lazismu melalui amanah program kemaslahatan untuk menyerahterimakan mobil operasional dakwah untuk pondok pesantren Muhammadiyah Al-Furqon.
“Alhamdulillah amanah tersebut dapat kami tuntaskan. Ini adalah pengadaan sarana mobil dakwah dan rasanya senang jika Lazismu melakukannya untuk keluarganya sendiri,” pungkasnya.
Program ini diamanahkan ke Lazismu sejak Desember 2024, dan bisa terwujud hari ini, semuanya berjalan dengan lancar.
Ini bukan pertama kali pondok pesantren Muhammmadiyah Al-Furqon menerima bantuan dari BPKH. Bersama mitra kemaslahatan lainnya, ada juga bantuan beasiswa untuk siswa sebanyak 10 penerima manfaat.
“Mudah-mudahan ada kesempatan lagi buat para santri di sini. Semoga semua santri di mana pun berada mendapat kesempatan yang sama dengan anak-anak lainnya menerima layanan pendidikan yang baik,” tandasnya.
Pada kesempatan yang sama, Deputy Program Kemaslahatan BPKH Miftahudin hadir memberikan motivasi seru kepada para santri. Mihtahuddin tidak meragukan lagi motivasi para santri yang telah memilih pondok pesantren Al-Furqon sebagai tempat mencari ilmu.
Untuk menghibur para santri dengan motivasi edukatif, Miftahudin mengajak santriwan dan santriwati bermain peran dengan kata-kata motivasi seperti disiplin, berprilaku baik, konsisten, percaya diri, dan fokus dengan melontarkan kata-kata itu diartikan dengan bahasa sunda.
Mudir pondok pesantren Muhammadiyah Al-Furqon Uum Syarif Usman begitu bahagia menyaksikan para santri hadir dalam acara tersebut dan mendapat motivasi. Selaku mudir ia bergembira menerima bantuan program kemaslahatan BPKH berupa mobil operasional dakwah, dan insyaallah akan dimanfaatkan dengan semestinya.
[Kelembagaan dan Humas Lazismu PP Muhammadiyah]

JAKARTA – Panggilan kemanusiaan untuk Palestina kembali bergema. Lazismu yang menjadi anggota Perkumpulan Organisasi Pengelola Zakat (POROZ) melalui komitmen lanjutannya dalam Join Action for Palestine 2 untuk satu pekan ke depan akan melakukan aksi nyata kemanusiaan kepada masyarakat Palestina.
Delegasi dari Poroz ini dilepas secara simbolis oleh Waryono Abdul Ghafur Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kemenag di Kantor Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kemenag RI, Jakarta (21/2/2025).
Bersama dengan anggota Poroz lainnya, Lazismu memberangkatkan tim yang terdiri dari Lazismu Pusat, Lazismu Wilayah DIY, Lazismu Wilayah Jateng, Lazismu Wilayah Jabar dan Lazismu Wilayah Lampung.
Direktur Program Lazismu Pusat, Ardi Lutfi Kautsar mengatakan sebelumya Lazismu bersama Poroz menyalurkan bantuan melalui Yordania. Adapun untuk kesempatan kali ini di tahun 2025, misi kemanusiaannya melalui Mesir.
“Program kemanusiaan ini juga dilakukan Lazismu dengan dukungan Muhammadiyah melalui MuhamnmadiyahAid. Bantuan yang disalurkan tidak hanya karitatif, namun bersama mitra terpercaya, Lazismu memberikan bantuan pemberdayaan di bidang pendidikan, kesehatan, dan peningkatan kapasitas warga Palestina,” ujarnya.
Ardi menambahkan, sebagian warga Palestina itu juga mendapatkan kesempatan untuk kuliah di Indonesia melalui kerjasama dengan perguruan tinggi Muhammadiyah. Sejalan dengan program kemanusiaan itu, Lazismu juga melibatkan pimpinan cabang istimewa Muhammadiyah untuk berkolaborasi.
Adapun dalam Join Action for Palestine 2, sambung Ardi, Lazismu bersama PCIM Mesir akan mengunjungi rumah sakit Palestina di Mesir dan camp pengungsian warga Palestina di Mesir. Agenda utama lainnya adalah Lazismu bersama Poroz akan mengunjungi duta besar RI untuk Mesir.
Selama satu pekan ini, seperti disampaikan Ardi, Lazismu juga memohon dukungannya dari semua pihak untuk saling bahu membahu agar misi kemanusiaan ini berjalan sukses. Yang tak kalah pentingnya, dalam menyambut bulan Ramadhan, Lazismu akan selalu memberikan dukungan penuh bagi warga Palestina.
Agenda jangka panjangnya, Lazismu akan terus melakukan inisiasi melalui pertemuan-pertemuan strategis dengan organisasi kemanusiaan internasional. “Memperkuat jaringan kerja sama internasional merupakan langkah nyata untuk meningkatkan kerjasama sebagai wujud mengembangkan dakwah lewat internasionalisasi Muhammadiyah di sektor kemanusiaan,” pungkasnya.
Dalam kesempatan berbeda, pelepasan delegasi pertama dari Lazismu telah diberangkatkan pada 20 Februari 2025, yang dipimpin oleh Sekretaris Badan Pengurus Lazismu Pusat, Gunawan Hidayat, dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
[Kelembagaan dan Humas Lazismu PP Muhammadiyah]

KALTENG -- Bulan suci Ramadhan 1446 H semakin dekat. Menyambut kedatangannya, Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kalimantan Tengah (DPD IMM Kalteng), menggelar koordinasi kegiatan Sebarkan Mubalig dengan Lazismu Kalteng, pada Rabu, 19 Februari 2025, di kantor Lazismu, Jalan RTA. Milono. 1,5, Palangka Raya.
Tujuan diselenggarakannya kegiatan ini untuk mempererat dan memupuk semangat dakwah Muhammadiyah khususnya di Kalimantan Tengah, bersama dengan Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) serta menyusun strategi dakwah yang lebih efektif menjelang Ramadhan.
Sebagai bulan yang penuh keberkahan, Ramadhan menjadi momentum penting bagi para mubalig atau kader Muhammadiyah dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah yang mencerahkan, konstruktif serta memberikan manfaat bagi umat.
Ketua DPD IMM Kalteng yang juga Kader PKUM, Aris Pratama G, mengatakan bahwa mubalig adalah penyambung lidah organisasi Muhammadiyah yang menegakkan dakwah yang ma’ruf dan berani mencegah kemunkaran.
Lebih jauh lagi, menurutnya, gerakan tajdid membawa pembaharuan dan kemurnian yang mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. "Masyarakat kita semakin beragam dalam pola pikir dan pemahaman keagamaan. Oleh karena itu, mubalig harus mampu menghadirkan dakwah yang inklusif, membangun, dan menyejukkan,” pungkasnya.
Kita tidak hanya menyampaikan dakwah mimbar, tetapi juga harus mampu menjadi fasilitator bagi umat dalam memahami dan mengamalkan Islam dengan penuh makna.
Senada dengan hal itu, Muhammad Fitriani dari Lazismu mengutarakan bahwa momen Ramadhan ini bagi Lazismu Kalteng serta daerah, harus hadir di tengah masyarakat. “Banyak memberi manfaat yang berkelanjutan, sehingga dengan adanya program mubalig berkemajuan ini dapat menjadi salah satu solusi bagi masyarakat dalam menyerap informasi yang edukatif.
Selain itu, sambungnya, kegiatan ini nanti dapat memantik kader untuk sama-sama menciptakan ekosistem berorganisasi yang sinergis di Muhammadiyah terutama dalam program kemitraan antara majelis, lembaga serta organisasi otonom (ortom) di berbagai tingkatan.
“Peran dakwah Muhammadiyah sangatlah penting jika dilakukan dengan kolaboratif, sehingga penyampaian dakwah tepat dan berguna bagi masyarakat, maka dari itu Lazismu Kalteng mendukung penuh mubalig berkemajuan ini” tutupnya.
Mewakili Lazismu Kalteng, kami mengajak para donatur untuk mendukung program ini melalui saluran donasi zakat, infak, dan sedekah melalui Lazismu Kalimantan Tengah. Donasi dapat disalurkan lewat nomor rekening BSI : 104 683 6886 (Infaq/Sedekah), BSI : 709 9271 7138 (Zakat), Muamalat : 6310037466 (zakat), BPK : 1002020000221587 (Hibah & Program Terikat) rekening an. LazisMu PWM kalteng Konfirmasi Donasi WA. 0822-5546-9065 (Lazismu Kalteng).
[Kelembagaan dan Humas Lazismu PP Muhammadiyah/MF]

Tema yang disuguhkan Lazismu memantik saya, dan saya suka sekali dengan istilah Zakat Memakmurkan Semua.
“Istilah yang hemat saya begitu inkulisif, dan senafas dengan buku kecil yang pernah saya tulis bersama dengan peniliti lain bahwa inklusif dalam konteks fundraising dan distribusi hemat saya, menjadi strategis karena salah satu problem bagi lembaga filantropi adalah eksklusifitasnya,” terangnya .
Pertanyaan pernah dilontarkan ke saya, “Ini kan kita filantropi berbasis agama, bagamana harus inklusif? Ternyata filantropi yang inklusif itu justeru kuat bahkan dilakukan oleh lembaga filantropi berbasis agama,” paparnya menceritakan atas pengalaman dari pertanyaan itu.
Dalam kondisi yang memungkinkan kita menghormati dan mengakui entitas lain. Lazismu saya pikir adalah contoh bagus dan berani untuk melakukan terobosan di mana donasi yang disalurkan tidak hanya di komunitas muslim tapi di komunitas non-muslim.
Konstruksi ijtihad dalam tarjihnya menurut saya luar biasa. Kalau kita mengikuti paradigma fikih yang lama, apakah kita melihat fikih yang lama ini dengan kasus mendistribusikan zakat fitrah menjelang idul fitri bisa saja dilakukan semua.
Pertanyaannya, dengan aksi itu apakah ada dampak yang kuat, effective giving atau tidak. Yang saya tahu bahwa zakat fitrah dalam kajian tarjih di Muhammadiyah bisa dilakukan sepanjang tahun sebelum idul fitri tahun selanjutnya. “ini luar biasa, mendorong ekosistem dan prakti filantropi kita semakin penuh impak,” imbuhnya.
Kemudian, dalam konteks berkelanjutan, jangan sampai kita lupa untuk masuk ke sektor itu, apalagi problem kita hanya dilakukan dengan cara yang lama. Upaya lembaga fialntropi termasuk Lazismu untuk masuk ke isu perubahan iklim saya pikir menjadi menarik dan luar biasa, karena Lazismu memberikan perhatian pada hal itu.
Sebagai penutup apa yang telah dijelaskan di awal, hemat saya dibutuhkan keberanian untuk mengkaji dan studi lebih dalam tentang persoalan-persoalan kontemporer. “Lazismu bagian dari muhammadiyah punya kekuatan dalam spirit pembaruan dalam melakukan ijtihad. Harapan saya upaya itu perlu dilakukan dengan penguatan zakat dan kelembagaannya,” tandasnya.
Karena itu langkah filantropi yang inklusif dalam konteks zakat memakmurkan semua yang saya pahami tidak sekadar dari sisi fisik, tapi juga inklusif masuk ke ruang-ruang yang lebih dalam, ruang untuk toleransi dan kebersaman. “Karena Indonesia dan dunia tidak bisa diselesaikan dengan satu kelompok dengan cara pandang ekslusif,” tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Mujadid Rais merespons bahwa ketika mendedah kontestasi masyarakat sipil dan negara, beririsan dengan reformasi tata kelola lembaga amil zakat, jadi sangat relevan dan memungkinkan untuk eksplorasi lebih jauh di lingkungan lembaga amil zakat.
Masih kuat dalam ingatannya, bahwa ada satu rekomendasi muktamar muhamamdiyah di solo, secara khusus ada enam, salah satunya tentang tata kelola reformasi filantropi di Indonesia.
Mujadid Rais menilai, tidak hanya soal tata kelola, lebih jauh lagi persoalan, sharing data juga penting dilakukan. Sejauh ini, Lazismu ingin mendorong penguatan bagaimana dengan ekosistem filantropi itu terutama pada aspek profesionalitas, transparani, akuntabilitas dan dampak program yang dijalankan tidak dalam kebutuhan jangka pendek tapi berkelanjutan.
“Pada perjalanannya ini menjadi diskusi kritis di Lazismu, dengan hadirnya R & D, persoalan kajian peta kemiskinan di Indonesia merujuk dari data TNP2K dan Kemenko PMK. Melihat angka kemiskinan turun tapi masih banyak kemiskinan ekstrem di banyak tempat,” kata Mujadid Rais.
Melihat fakta itu, adalah penting melihat realitas kemiskinan di luar Jawa, sementara lanjutnya, di Jawa sendiri juga masih ada. “Pekerjaan rumah untuk kita semua. Dan kita melihat potensi zakat dan hari ini kita bicara zakat memakmurkan semua, padahal menurut riset Baznas potensi zakat di Indonesia mencapai Rp 300 triliun lebih, dan yang terkumpul potensi diangka Rp 40 triliun,” paparnya.
Maka ini harus ditilik lagi, bahwa pogtensi yang besar itu dan baru dicapai Rp 40 triliun, sementara bantuan sosial yang digelontorkan negara sebesar Rp 500 triliun. “Bayangkan itu, memang ada satu tata leola dan kedua harus betul dikejar potensi penghimpunan tersebut,” ungkapnya.
Oleh karena itu, menurutnya, sinergi dan sharing data adalah penting. Karena ini terkait dengan program-program yang dilakukan lembaga amil zakat. Tantangan di masyarakat kita dan kita tidak menyalahkan masyarakat, berbanding lurus bagaimana upaya edukasi dan pemberdayaan di sisi ain.
Keduanya perlu saling belajar dan terkait tema kita ini kita perlu mengukur dan diskusi seberapa jauh peran kita menurunkan angka kemiskinan. Barangkali dalam ekonomi makro, hemat saya baru pada tahap mengurangi dan untuk menurunkannya saya pikir itu peran negara.
Sebagai contoh kebajikanya misalnya, Lazismu belajar dari pemberdayaan masyarakat di Banggai Sulawesi. Selama ini masyarakatnya masih tertinggal. Mereka mulai dari belajar tentang kebutuhan mereka bagaimana pola hidup yang sehat, bagaimana akses belajar anak-anak mereka dan lainnya.
Secara bertahap, proses pemberdayaan itu tidak sebentar. Perlahan – lahan mereka sadar betapa pentingnya akses untuk memperkuat hidup yang bermakna. Dibangunlah tempat belajar yang sederhana dan seterusnya. “Saya melihat dan menemukan di sana kampung kosong kemudian hidup, masyarakat bergerak mulai belajar bertani dan seterusnya. Ini perjalanan panjang selama lima tahun, itu baru satu di Banggai, bagaimana dengan daerah yang lain,” ungkapnya dengan tanya.
Sekali lagi, perlu kerja-kerja kolaboratif dan menjadi konsen bersama. Melihat kondisi yang ada apalagi perekonomian nasional, melihat data di akhir tahun kemarin, seiring adanya kenaikan pajak 12 persen yang secara ekonomi menurunkan angka kelas menengah.
Saya pikir ini jadi tantangan kita semua, saya setuju bagaimana peran zakat secara inklusif dan bisa menyentuh kalangan yang lebih luas, termasuk kelompok rentan difabel dan perempuan atau terbuka bagi kelompok lain yang rentan dalam situasi memperihatinkan.
[Kelembagaan dan Humas Lazismu PP Muhammadiyah]

JAKARTA - Dua pekan sebelum datangnya bulan Ramadhan, Lazismu menggelar Kick Off Program Ramadhan 1446 H/2025 yang diselenggarakan di Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta, pada Kamis, 13 Februari 2025. Ramadhan tahun ini Lazismu mengusung tema “Zakat Memakmurkan Semua”.
Ketua Badan Pengurus Lazismu Pusat, Ahmad Imam Mujadid Rais, dalam sambutannya mengatakan ini suatu tema besar dari suatu hasil refleksi yang juga menjadi tema tanwir muhammadiyah pada Desember 2024, yang diturunkan Lazismu dalam tema ramadhan.
“Masih banyaknya ketimpangan dan ketertinggalan di berbagai bidang, seperti sosial, ekonomi, pendidikan, kita ingin ada pemerataan,” ungkapnya. Hal ini sejalan dengan fungsi zakat yang nilai manfaatnya bisa dirasakan banyak orang.
Oleh krena itu, kata dia, penumpukan modal, keuangan atau sumber-sumber daya lainnya yang hanya terpusat pada satu pihak itu sesungguhnya merugikan kita semua.
Contohnya adalah alam ini yang diciptakan untuk menjaga keseimbangan. Jika keseimbangan ini tidak berfungsi maka akan ada satu pihak atau dua pihak yang menuntut untuk keseimbangan, tegasnya.
Dalam tema ini, Zakat Memakmurkan Semua juga bermakna tentang peran penting zakat dalam kehidupan masyarakat muslim. Maka, lanjutnya, upaya literasi dan edukasi juga menjadi penting.
“Melalui Kick Off ini juga menjadi penanda bagi Lazismu untuk senantiasa mensyiarkan tentan zakat fitrah dan zakat harta (maal) antara lain zakat profesi, perdagangan, dan lainnya. Termasuk bagaimana berbuat kebajikan (amal shaleh) lainnya seperti infak dan sedekah yang terus kita ingatkan kepad masyraakat,” jelasnya.
Pada prinsipnya Mujadid Rais menggaris-bawahi bahwa Lazismu adalah mitra kebajikan untuk berbuat dan berdampak bagi masyrakat luas. Lazismu mengajak siapapun untuk berkolaborasi.
Dalam kesempatan itu, Lazismu juga menanda tangani dua program kegiatan bersama Gramedia dan Tuku. Gramedia memercayakan amanahnya kepada Lazismu untuk menyalurkan sedakah Al-Qur’an ke pelosok negeri.
Sementara itu, Karya Tetangga Tuku melalui kerja sama strategis ini berkomitmen bersama Lazismu untuk berkolaborasi dalam program pendidikan agar anak-anak Indonesia dapat mengakses pendidikan di berbagai daerah.
Selain Majelis, Lembaga dan Organisasi Otonom serta Lazismu Wlilayah se-Indonesia yang mengadiri Kick Off, Lazismu juga mengundang mitra-mitra kolaborasi lainnya untuk bisa bersama – sama menggaungkan program-program kemitraan strategis untuk memakmurkan semua.
Di dalam kesempatan yang sama Kick Off Program Ramadhan kali ini dimeriahkan dengan Talkshow Zakat Memakmurkan Semua menghadirkan peneliti filantropi dari Social Trust Fund UIN Jakarta Amelia Fauzia dan ditutup dengan hiburan stanp up komedi yang diisi oleh Bachrul Alam.
Adapun program Ramadhan Lazismu secara nasional ini mempersembahkan kegiatan antara lain: Tebar Takjil, Kado Ramadhan, Mudikmu Aman, Taman Lansia dan Kiam (Kajian Ke-Islaman Mualaf).
[Kelembagaan dan Humas Lazismu PP Muhammadiyah]

JAKARTA – Ketimpangan dan ketertinggalan yang menyelimuti problem kemiskinan di Indonesia senantiasa menjadi pembicaraan menarik dari sudut pandang filantropi Islam. Zakat sebagai instrumen keuangan ekonomi Islam dinilai dapat memberikan alternatif dalam melengkapi solusi kemakmuran dan keadilan sosial.
Hal itu terungkap dalam acara Talkshow yang digelar Lazismu bersamaan dengan rangkaian Kick Off Program Ramadhan 1446 H/2025 di Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta (13/2/2025).
Dihadiiri oleh ratusan partisipan Lazismu Wilayah dan Kantor Layanan, se-Indonesia dan mitra strategisnya, Shofia Khoerunisa memandu Talkshow dengan bernas selama satu jam membesut tema Zakat Memakmurkan Semua, yang menghadirkan narasumber Ameli Fauzia Direktur Social Trust Fund UIN Jakarta dan Ahmad Imam Mujadid Rais Ketua Badan Pengurus Lazismu Pusat.
Shofia memantik problem kemiskinan di Indonesia dengan menarik benang merah peran lembaga amil zakat dan regulasi zakat. Tentu saja apa yang dilontarkan moderator disambut pertanyaan narasumber Amelia Fauzia.
Menurutnya negara kita sudah 7 tahun berturut-turut didapuk sebagai negara yang paling dermawan. Pertanyaannya, mengapa mustahik masih banyak dan problem sosial masih ada? Apakah potensi zakat tidak semuanya terkumpul dengan baik atau apa sebenarnya yang terjadi?
Saya memulai dari sini dulu sebagai tilikan, sementara kita memiliki budaya filantropi yang kuat. “Ada tradisi di masyarakat kita sangat mudah membantu, berbagi dan punya solidaritas yang tinggi,” pungkasnya.
Dalam perjalanan, dalam amatan saya, dulu dari tahun 2004 tidak ada donasi ke luar negeri, sekarang ada dan lembaga filantropi melakukan itu. Ini perubahan luar biasa. Maka kembali lagi, kenapa kemiskinan dan problem sosial itu masih ada?
Amelia menemukan, ternyata dari hasil studi yang lain, saya melihat ekosistem lembaga filantropi kita dan tata kelolanya masih belum maksimal.
Hal tersebut, memliki signifikansi dengan indeks kinerja lembaga filantropi antara lain ada doing well, doing good, doing enought dan doing okay. Untuk Indonesia, lanjut Amelia, ada di peringkat tiga Asia Tenggara. Contoh baiknya yang paling bagus itu doing well-nya negara Singapura dan Taiwan yang secara integrase sampai ke sistem pajak.
Cara pandang terhadap perkembangan filantropi ternyata ada lagi dengan hadirnya philanthropy freedom. Artinya menurut Amelia, kita punya keleluasaan untuk menyalurkan. “Berderma jangan dipaksa untuk menyalurkan ke lembaga tertentu, masyarakat sipil juga diberi kesempatan untuk mengelolanya,” tandasnya.
Dalam suatu suveinya, Hudson Institute misalnya, Indonesia dari 64 negara ada di urutan ke-56, sejauh mana kita sudah mempraktikan philanthropy freedom. Tata tata lembaga fialntropi kita masih perlu di perbaiki.
Peneliti filantropi dari Social Trust Fund UIN Jakarta ini menilai bahwa kemakmuran bukan hanya tugas lembaga filantropi, karena ini tugas bersama, pemerintah dan swasta (privat sector). Dengan demikian perlu dilihat lagi peran masing – masing antara lain sector negara, swasta dan masyarakat sipil.
Semua harus bersinergi, dan terjawab bahwa tata kelola kita dan sinergisitasnya perlu di teropong dari strategic giving-nya. Ini masih pekerjaan rumah bersama. Semuanya harus merata, tidak hanya karitatif tapi yang berkelanjutannya.
“Perlu ada keseimbangan dan penting disampaikan bahwa lembaga filantropi kita masih kurang dalam aspek upaya untuk mendorong penguatan ekosistem filantropi itu sendiri,” jelasnya.
Kita sudah ada FOZ dan Poroz, itu front line-nya, karena itu, dibutuhkan studi dan riset, kemudian istilah filantropi ini bagaimana bisa menggerakan sektor filantropi dalam perkembangannya.
Saya menyimak sejauh ini Lazismu sudah beberapa kali survei, secara internal itu penting agar ekosistem di dalamnya ada upaya lebih dalam lagi untuk melihat dalam perspektif yang lebih kritis dan konstruktif. Apalagi kata kunci keberlanjutan ini untuk menyingkap apa itu keseimbangan dalam distribusi, bukan hanya sekadar fakir atau miskin tapi ada keseimbangan gendernya, wilayahnya. Maka sektor penguatan sistem ekosistem filantropi kalau bukan dimulai dari kita, dari siapa lagi?
Dalam kerangka ini, Amelia dalam studinya mengatakan negara punya cara berbeda sehingga melakukan dengan caranya sendiri untuk memperkuat sektor filantropi dan sentralisasi zakat. Hemat saya itu bagus, tapi bisa juga tidak tepat untuk kondisi di Indonesia, itu poinnya. (Klik : Bersambung ke Bagian 2)

