

Sragen – LAZISMU. Lima orang mengecat
dinding serambi Masjid Jami' An Nur di Dukuh Taskerep, Desa Karanganyar,
Sambungmacan, Sragen, Rabu (27/3/2019). Dengan mengenakan kaus berwarna orange,
di punggung mereka ada tulisan “Bekerja sepenuh hati”.
Mereka bergotong-royong
dengan para pegawai Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara dan para amil dari Lazismu
Sragen.
Kepala Lembaga
Pemasyarakatan Kelas 2A Sragen, Yosef Benyamin Yambise, mengatakan, Direktotat Jenderal
Pemasyarakatan Pusat menginstruksikan untuk melaksanakan bakti sosial di
rumah-rumah ibadah.
Kegiatan itu
dilakukan dalam rangka memperingati Hari Bhakti Pemasyarakatan 2019. Lapas
seluruh Indonesia serentak melaksanakan bersih-bersih rumah ibadah.
"Sesuai
jadwal, kegiatan bersih-bersih masjid ini kami lakukan hari ini, 27 Maret 2019.
Bersih-bersih masjid bukanlah kali pertama dilaksanakan. Sebelumnya rutin dengan
menggandeng Lazismu Sragen, seperti kegiatan di taman kota dan masjid-masjid
yang lainnya kemarin-kemarin," ucap Yosef.
Purwanto, salah
satu warga binaan Lapas yang ikut kegiatan ini mengaku senang. Warga asal Tangen itu menilai dapat memberikan
kesibukan, banyak manfaat sekaligus mampu menggugurkan dosanya.
Mengetahui masjid
yang ia kelola dibersihkan, Ketua Takmir Masjid Jami' An Nur, Djarot bersyukur.
"Kami dapat bantuan cat dan segala macam. Terima kasih kepada Lapas Sragen
dan Lazismu Sragen,” pungkasnya.
Semoga ke depannya
masjid ini bisa berjalan dengan baik dan dapat memancarkan cahayanya bagi warga
Desa Karanganyar, Sambungmacan, Sragen, tutur Djarot. (ls)

Gresik – LAZISMU. Ada banyak
kisah pilu yang terjadi di negeri ini. Bagi yang mengalaminya adalah bentuk
ujian sebarapa kuat menghadapinya. Bukan baru kali ini peristiwa kemiskinan
yang melahirkan ketakberdayaan menghantui manusia, setiap waktu senantiasa datang
mewartakan.
Hampir
seminggu yang lalu, kepiluan ini ditemukan pada seorang lelaki berusia 40 tahun
bernama Kasipun yang tinggal sebagai warga Desa Ketanen, Panceng, Kabupaten
Gresik.
Kasipun bersama keluarganya didapati kekurangan gizi. Tekanan hidup menghampirinya hingga tak mampu dilawannya. Beban berat menggelayuti pikirannya karena minimnya pengetahuan serta tekanan ekonomi yang tidak kunjung memperoleh solusi.
Seorang
aparat sipil bernama Raden Jamal, terketuk hatinya ketika melihat Kasipun harus
dirawat di RSUD Ibnu Sina, Gresik, pada Maret lalu. Rasa kemanusiaannya terusik
menyaksikan Kasipun lemah tanpa gizi yang memadai.
Dokter
mengabarkan Pak Kasipun tekanan darahnya tinggi. Kadar garam ditubuhnya berdasarkan
diagnosa juga tinggi, demikian Raden mengisahkan informasi dari dokter di rumah
sakit itu. Ditengarai Kasipun makan nasi hanya dengan garam. “Kondisi miskin
inilah yang membuat dirinya menjadi lemah,” ujar Raden.
Berdasarkan
penelusuran Raden, Kasipun memiliki istri dan dua anak. “Anak pertama berusia
15 tahun, lulus SD dan tidak mau bersekolah. Sekarang menganggur di rumah. Sementara
adiknya yang masih balita, kesulitan dalam berkomunikasi,” pungkasnya.
Sebagai
ibu rumah tangga, isterinya mengalami nasib yang sama. Pemahamannya tentang
hidup sehat masih minim. “Yang membuat sedih Raden, ketika diajak berkomunikasi
kadang tidak dapat direspons dengan jawaban yang pas,” sambungnya.
Kasipun bekerja serabutan sebagai kuli bangunan. Setelah sakit, tidak ada yang mengajaknya sebagai kuli karena fisiknya lemah. “Budi baik tetangganya kepada Kasipun sedikit banyak membantunya dengan bekerja sebagi pencari rumput untuk kambing tetangga,” kata Raden yang juga Ketua Ranting Muhammadiyah setempat. Keresahan
Raden Jamal tak berhenti sampai di rumah sakit. Tak berapa lama, raden menceritakan
apa yang telah disaksikannya kepada Lazismu Gresik. Kabar gembiranya, informasi
yang diceritakannya langsung dijawab Lazismu Gresik untuk mendampingi keluarga
Pak Kasipun.
Trauma
Bersekolah
Kemiskinan
yang melilit keluarga Kasipun tidak semata persoalan kecukupan gizi. Di luar
masalah itu, ada masalah lain yang dihadapi anak perempuannya yakni trauma
bersekolah.
Menurut
amil Lazismu Gresik, Liesna Eka tentang kabar anak pertama Pak Kasipun yang
trauma bersekolah dikarenakan anaknya sering disudutkan oleh teman-temanya saat
itu. Informasi ini diperoleh Liesna dari ibunya dan tetangga dekatnya.
“Dulu
waktu sekolah dasar, kecerdasan dia di bawah rata-rata anak-anak pada umumnya.
Baru bisa membaca saat kelas 4 SD. Keterlambatan kognitif dan psikomotorik
inilah yang kemudian menjadi buah penyudutan kawan-kawannya kepada anaknya Pak
Kasipun hingga merasa terpojok,” cerita Liesna.
Hingga
akhirnya setamat dari sekolah dasar, dia tidak mau melanjutkan sekolah ke
jenjang berikutnya karena trauma itu, sambung Liesna. Harusnya dia sudah masuk
kelas 2 SMP. Kondisi ini tentu harus segera dicari solusinya.
Liesna
mengatakan Nasyiatul Aisyiyah (NA) Lemah Ireng Panceng juga sudah tahu
informasi ini. Lazismu bersama NA ikut mendampingi keluarga Pak Kasipun. Dalam
waktu dekat akan dicari pendekatan secara psikologis. Hal ini diakui, Pimpinan
Ranting NA, Matsubah Noor, dan tahuan ajaran baru, Juni mendatang kita bantu untuk bersekolah lagi.
Menurutnya, anaknya sudah dibujuk, katanya akan dipikir kembali untuk bersekolah. Matsubah turut prihatin, jika keluarga Pak Kasipun sampai kekurangan gizi. “Rumah keluarga Pak Kasipun juga tidak memiliki MCK,” katanya.
Nasyiatul
Aisyiyah kemarin mendampingi. Diberikan motivasi sekolah lagi, serta mengecek kesehatan
keluarganya yang dilakukan oleh PDNA Gresik, Nurul Afianah, bidan yang juga tim
departemen sosial.
.jpeg?access_token=0c7f7062-659b-4029-8278-b632f7e5c344)
Berbagi Solusi
Sebagai
langkah nyata, Lazismu mendesak untuk segera menolong keluarga Pak Kasipun. Kehadiran
Lazismu sebagai misi dakwah pencerahan PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem)
Muhammadiyah.
Amil
Lazismu, Miftakhul Huda dan Khoirul Fitroh yang ikut mendampingi pada Jum’at kemarin
mengatakan memberikan tambahan gizi untuk keluaga duafa tersebut. “Pak Kasipun
bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan berbelanja di warung yang sudah
ditunjuk Lazismu untuk turut berpartisipasi menolong Pak Kasipun,” pungkasnya.
Pak Kasipun tinggal mengambil kebutuhan pangan yang diperlukan untuk memenuhi kucupan gizinya, tambah Miftah. Selain itu, Lazismu juga berupaya mengedukasi dan memberdayakan keluarga Pak Kasipun dengan memberikan 1 ekor kambing betina untuk diternak. Kebetulan kambing ini sedang mengandung yang kelak jika melahirkan dapat dirawat untuk membantu perekonomiannya.
Langkah
selanjutnya adalah Lazismu akan merenovasi hunian yang layak untuk Pak Kasipun.
Rumahnya tidak memiliki sanitasi, gentengnya banyak yang bocor, serta
berlantaikan tanah.
Untuk
itu, Lazismu yang diwakili Miftah mengajak masyarakat dan donatur pada
khususnya untuk bersama-sama membantu keluarga Pak Kasipun. Lazismu juga
mengucapkan terimakasih kepada donatur yang selama ini telah memercayakan
donasinya kepada kami. (lsn)

Bulukumba –
LAZISMU.
Tidak semua manusia dilahirkan dengan sempurna. Sesempurnanya manusia pasti memiliki
keterbatasan yang sudah menjadi takdir yang kuasa. Namun manusia tidak boleh
pasrah dan menyerah dengan keadaan. Harus bangkit menjadi manusia yang siap
mengaktualkan potensinya.
Kondisi
ini dialami Derby, bocah 10 yang memiliki keterbatasan fisik dan mental. Jangankan
untuk berdiri, mengucapkan sepatah dua patah kata pun sulit baginya. Bila
keadaan ini normal pada dirinya, maka usianya sama dengan teman sebayanya yang sudah
menginjak kelas 3 SD.
Demikian Lazismu Bulukumba mengabarkan saat berbagi kepedulian lewat agenda program peduli kesehatan di Desa Bontonyeleng, Dusun Seka, Kecamatan, Gantarang Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan (2/4/2019), yang disampaikan amil Lazismu Bulukumba, Sahirudin kepada tim media Lazismu 9 April 2019.
Derby diberikan keterbatasan oleh yang Maha Kuasa, sehingga masih sangat menginginkan uluran tangan semua pihak untuk membantu pengobatannya. Keperluan sehari hari, seperti makanan sehat, dan lain-lain sangat diperlukan.
Lazismu
berdoa agar Derby bisa mendapatkan kesembuhan layaknya anak-anak pada umumnya. Bantuan
Lazismu yang diberikan berupa kebutuhan sehari hari, seperti susu, biskuit,
popok, beras dan lainnya.
Lina
selaku amil mengatakan, saya yakin semua pihak lewat informasi ini tergerak
untuk membantu kebutuhan Derby. “Atas nama Lazismu Bulukumba, kami ucapkan terima
kasih kepada segenap donatur yang telah memercayakan amanahnya kepada Lazismu.
Dalam
kesempatan itu, Lina menambahkan bagi donatur yang akan berpartisipasi membantu
Derby dapat menghubungi posko bantuan yang berlamat di Jl. Sarifin No. 05, persis
di depan Masjid Muhammadiyah Bulukumba. (ln)

Surabaya –
LAZISMU.
Masa kecil adalah masa paling indah dalam hidup manusia. Bermain dengan teman
sepermainan terutama, seperti kelereng, bola kaki, kejar-kejaran, bersepeda dan
lain permainan tradisional lainnya yang membuat suasana bahagia meski dengan
cara sederhana.
Bermain
ayunan merupakan salah satu kegiatan si kecil yang mengasyikkan. Beberapa anak bisa bermain ayunan pada usia 3
tahun, 4 tahun atau lebih. Tapi tidak bagi Adik Sandy Habizal Saputra yang baru
bisa bermain ayunan saat usia 5 tahun.
Kegembiraan
bermain ayunan hanya dinikmati sebentar saja. Di saat sedang asyik bermain
ayunan Sandy terjatuh yang menyebabkan kelumpuhan.
Si
kecil yang aktif, apalagi saat belajar berjalan, tentunya sering terjatuh.
Umumnya, jatuh saat berjalan tidak akan menimbulkan akibat yang serius. Namun,
saat balita terjatuh dari kursi, tempat tidur,
kursi makan, atau ayunan misalnya, orang tua perlu waspada.
Sandy
Habizal Saputra kini berusia 13 tahun, hanya bisa bermain dengan duduk dan
berbaring. Untuk sekedar berdiripun tidak bisa, tanpa pegangan. Siswa kelas 4 SD
itu pulang dan pergi sekolah harus di antar ibunya.
Sabtu 6 April 2019, bantuan kursi roda dari Lazismu Kota Surabaya sampai di kediamannya, di Simo Gunung Baru Jaya C/2, melalui program Sahabat Disabilitas. Lazismu berharap, Sandy bertambah semangat dalam belajar, bisa bermain dengan adiknya kendati di atas kursi roda.
Di
lokasi berbeda, Mbah Sumiatin (60) juga mendapat bantuan kursi roda. Setahun
lalu, ia mengalami kecelakaan jatuh terpeleset yang menyebabkan sakit di sekitar
tulang pangkal pahanya. Salah satu penyebab sulitnya disembuhkan karena faktor
usia hingga membuatnya sulit untuk berdiri dan berjalan.
Lansia
yang telah ditinggalkan oleh pasanganya ini menunjukkan kebahagiaan saat kursi
roda dari Lazismu mengantarnya untuk bergerak lebih leluasa di dalam rumahnya
yang berada di daerah Ampel Menara. (sk)
(sk)

Lamongan – LAZISMU. Bayi berusia 1
bulan bernama Aisyah waktu lahir dalam keadaan normal. Empat hari kemudian, Aisyiah
tak bisa buang air besar. Afrah sang ibu tak mampu menahan air mata. Akhirnya
memutuskan untuk membawanya ke RS Muhammadiyah Lamongan, dan selanjutnya dirujuk
ke RSAL Dr. Ramelan Surabaya untuk mendapatkan penanganan medis.
“Anak saya dalam
usia 4 hari kondisinya langsung berubah, tak tega saya,” kata Afrah sang ibu. Operasi
pertama harus dilakukan, ujian tak berhenti sampai di situ. Sepekan kemudian, ada
masalah di perutnya yang makin membuncit. “Operasi kedua sebelah di kiri
dilakukan yang membutuhkan biaya tidak sedikit,” pungkasnya.
Untuk sekali operasi dibutuhkan biaya kurang lebih sekitar Rp. 20 juta. “Belum biaya lain tapi demi anak kami rela mengorbankan apapun,” jelasnya. Berdasarkan penjelasan
dokter, rencananya adik Aisyah akan di operasi lagi setelah umur 6
bulan. “Aisyah sudah di RSAL kurang lebih sekitar 23 hari,” paparnya
Syukur Alhamdulillah
keadaan Aisyah direspons Lazismu. Melalui program One Click One Care, informasi Aisyah telah diterima Lazismu setelah
bibinya yang bernama Sania menyampaikannya kepada Lazismu Lamongan.
Layanan donasi
untuk Aisyah langsung dibuka, baik secara langsung maupun donasi online. Donasi
yang terhimpun akan diserahkan kepada keluarga. Secara simbolis donasi yang
terkumpul diberikan oleh Ketua Lazismu Lamongan, Sujudna sekaligus menyampaikan
perhatiannya kepada adik Aisyah.
“Amanah dari donator
telah tiba disampaikan, semoga dapat membantu meringankan beban yang ditanggung
oleh keluarga, dan menjadi berkah untuk kesembuhan adik Aisyah,” ungkapnya.
Sujudna,
menghimbau, kiranya saudara-saudari semua di mana pun berada dapat menyisihkan
rejekinya dan mendukung upaya Lazismu membantu adik Aisyah agar lekas sehat
kembali. (ll)

Tuban – LAZISMU. Ketua Lazismu Wilayah Jawa Timur, Zainul Muslimin pada Rabu malam (09/04/2019) bersama Syeikh Riyadh bin Abou Thalib, sebagai perwakilan yayasan dari Timur Tengah, berkesempatan berkunjung ke Tuban.
Syeikh asal Arab
Saudi itu menjadi donatur dalam pembangunan masjid Abdurrahman bin Auf dan
Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 2 di Palang, Tuban, yang menjadi program pendampingan
Lazismu di wilayah Jatim.
Saat
peresmiannya pada Desember 2018, terhitung dananya akan menelan sebesar Rp. 800
juta lebih. Selebihnya kira-kira 60 persen-nya akan dibantu oleh donatur dari
Arab Saudi tersebut. Dengan menempati tanah di area kompleks perguruan
Muhammadiyah Palang, penggunaan bangunan yang dikerjakan selama 3 bulan ini
selain untuk tempat ibadah juga tersedia 8 ruang kelas bagi kegiatan belajar
mengajar SD Muhammadiyah 2 Palang dan Taman Pendidikan al-Qur’an.
Setelah meninjau
bangunan dan menandatangani prasasti, donatur dari Arab Saudi ini bersedia
memberikan bantuan dana lagi untuk penambahan bangunan kelas bagi madrasah dan pondok
Tahfidzul Qur’an Muhammadiyah di Palang, Tuban.
Syeikh tampak
puas dan gembira atas hasil pembangunan gedung yang di luar dugaannya. Menurutnya.
pihaknya hanya memberikan bantuan sebesar Rp. 500 juta, dan ternyata panitia
mampu merampungkan pembangunan, dengan mengusahakan penambahan dana Rp. 300
juta lebih agar bangunan lekas selesai.
Secara kualitas
bangunannya pun dinilai bagus dan baik oleh Syeikh Riyadh. Karena itu, ia pun
berjanji akan menambah bantuan dana untuk membangun gedung Pondok
Tahfidz. (adt)

