

JAKARTA – Lazismu mendapat kepercayaan dari PT. Mondelez Indonesia, untuk menyalurkan bantuan kepada penerima manfaat, terutama yatim dan duafa berupa makan ringan “Biskuat” sebanyak 1000 paket. Sinergi ini merupakan kepedulian PT Mondelez Indonesia dalam meringankan beban masyarakat dengan membantu masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19, sekaligus mendukung program Lazismu dalam penanganan pandemi Covid-19.
Komitmen itu, menjadi bagian penting untuk berbagi kebahagiaan dengan anak-anak yatim dan dhuafa, khususnya di masa pandemi saat ini. Sementara itu, Manager Program Lazismu Pusat, Divisi Kemansuiaan dan Lingkungan, Nazhori Author, mengatakan, kegiatan ini disalurkan di wilayah Jabodetabek dan Banten.
"Kami mengucapkan terima kasih kepada PT. Mondelez Indonesia, atas kepercayaannya untuk bersinergi, sehingga dapat berbagi kegembiraan dengan menyenangkan mereka yang yatim dan duafa melalui cemilan sehat Biskuat," ujarnya.
Author menambahkan bahwa kegiatan ini adalah kali kedua PT. Mondelez Indonesia berkolaborasi dengan Lazismu. Sebelumnya, produsen makanan ringan multinasional itu menyalurkan bantuan senilai lebih dari Rp. 290 juta kepada 1.000 yatim dan duafa melalui Lazismu.
"Alhamdulillah penerima manfaat telah menerima bantuan tersebut, Lazismu berharap kerjasama ini dapat ditingkatkan kembali dengan jangkauan yang lebih luas. Kali ini, penerima manfaat terdiri dari yatim dan duafa yang ada di panti asuhan Muhammadiyah, yayasan dan panti umum lainnya," imbuhnya.
PT. Mondelez Indonesia mulai bekerjasama dengan Lazismu dan lembaga-lembaga filantropi lain sejak ada pandemi. Donasi yang diberikan dalam bentuk produk biskuit.
Maria Purwaningsih, Government Affairs PT Mondelez Indonesia berharap agar bantuan tersebut bisa membantu kegiatan penerima manfaat sehari-hari, mengingat banyak orang yang terdampak oleh pandemi global. Ia juga berharap agar Lazismu bisa menjangkau orang-orang yang membutuhkan, sampai ke seluruh pelosok negeri.
"Kemaren laporan dari Lazismu, mereka benar-benar bisa masuk ke pedalaman dan benar-benar kerjasama dengan aparat setempat. Maka semoga kita bisa merangkul semua elemen masyarakat agar manfaat bisa diterima secara lebih luas," jelasnya kepada lazimu.org.
Santriwan dan santriwati Panti Asuhan Hasanuddin Pandeglang, sebagai salah satu penerima manfaat mengucapkan terimakasih kepada Lazismu secara serentak. "Kami dari masyarakat mengucapkan beribu terimakasih kepada Lazismu. Semoga kedepan Lazismu lebih baik dan berjaya. Terimakasih," ujar salah satu penerima manfaat. (Yusuf)

BANDUNG - Paket sembako hasil kerjasama antara Yayasan Anak Bangsa Bisa dengan Lazismu Pusat terus disalurkan di berbagai daerah. Pada hari Senin - Rabu (23-25/11) 500 paket sembako disalurkan di beberapa Kabupaten/Kota di Jawa Barat, antara lain Kota Bandung, Depok, Kota Cirebon, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Purwakarta, Cianjur, dan Kabupaten Bandung.
Yosis Salman, Staff Program Lazismu Jawa Barat menyebut bahwa penyaluran paket ini dilaksanakan oleh Lazismu Daerah di Kabupaten/Kota terkait dan Lazismu Wilayah Jawa Barat. Setiap Lazismu Daerah menyalurkan 50 paket sembako, sedangkan sisanya disalurkan oleh Lazismu Jawa Barat di sekitar Bandung Raya.
Paket sembako disalurkan ke driver ojol, guru honorer, petugas parkir, petugas kebersihan, janda, dan lain-lain. "Paketnya berisi beras, terigu, minyak goreng, susu, dan sarden. Hari Rabu semua pendistribusian di daerah-daerah sudah selesai. Kita tinggal menunggu laporannya saja," jelasnya.
Lazismu Kota Bandung, menurut keterangan Febriyani Nuril, Sekretaris Badan Pengurus Lazismu Kota Bandung mendistribusikan paket sembako dari YABB pada Senin (23/11) di MI-MTs-MA Muhammadiyah Tegalega, Bandung. Penyaluran ini juga dihadiri oleh Lazismu Jawa Barat.
Kerjasama antara Lazismu dengan YABB telah dilaksanakan untuk kedua kalinya. Dalam hal ini, Lazismul akan menyalurkan 2.144 paket sembako senilai Rp. 220.000.000,- ke Sumatra Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DKI Jakarta. Masing-masing provinsi akan mendapatkan 500 paket sembako. Sementara sisanya akan disalurkan ke penyandang disabilitas.
Nazhori Author, Manajer Program Kemanusiaan dan Lingkungan menyebut bahwa Lazismu bersama mitra, baik di internal Muhammadiyah maupun diluar Muhammadiyah, akan terus memberikan bantuan kepada siapapun yang membutuhkan, khususnya yang terdampak pandemi. (Yusuf)

Delapan bulan sudah pandemi Covid-19 menghantam Indonesia. Dalam kurun waktu yang relatif singkat itu, Indonesia pun resmi masuk ke dalam resesi setelah 2 kuartal berturut-turut ekonomi terkontraksi. Belajar dari krisis 1998, UMKM disebut-sebut sebagai penyelamat ekonomi Indonesia.
Tahun ini, Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, mengeluarkan pernyataan yang hampir serupa, bahwa UMKM dapat menjadi “buffer” ekonomi nasional. Sejalan dengan pernyataan Teten, pemerintah kini juga fokus membantu UMKM melalui berbagai program, diantaranya relaksasi bunga, dan juga stimulus modal.
Hadirnya program-program tersebut memberi angin segar kepada kita, namun, kenyataan di lapangan, penetrasi program tersebut ternyata dirasa belum optimal. Segudang kendala teknis menjadi penghambat lajunya program pemerintah dalam penguatan UMKM. Beberapa kendala yang saat ini solusinya berada dalam jangkauan “dua ibu jari” dari 66% masyarakat Indonesia adalah pencatatan & penggunaan data yang belum maksimal, serta kesempatan untuk melakukan penetrasi ke pasar yang lebih luas yang belum banyak ditekuni.
Tanpa data yang riil, perbankan, LKBB (Lembaga Keuangan Bukan Bank), maupun lembaga filantropi sebagai distributor bantuan akan kesulitan menarget dan menyalurkan bantuan kepada “the real” UMKM disebabkan mayoritas UMKM tidak memiliki pencatatan keuangan yang baik. Tanpa akses ke pasar yang lebih luas, pencatatan UMKM yang sudah baik pun tidak akan berpengaruh banyak, karena ketiadaan transaksi yang dapat mendukung ketahanan usaha tersebut kedepannya.
Jika UMKM sudah go-digital, mereka dapat mengakses pasar yang lebih luas. Data McKinsey pada Juni 2020 menyatakan terjadi peningkatan transaksi e-commerce sebesar 26% atau setara 3,1 juta transaksi per hari sejak pandemi. Disini kita bisa melihat bahwa terjadi pergeseran perilaku berbelanja masyarakat, dari offline menuju online. Ditambah lagi, platform digital kerap menawarkan beragam insentif untuk mendorong konsumsi masyarakat, UMKM perlu memanfaatkan fenomena ini untuk meningkatkan probabilitas mereka dalam meraih transaksi-transaksi baru di luar jangkauan toko offline mereka.
Kemudian, transaksi UMKM yang sudah go-digital akan tercatat dengan baik, apalagi jika transaksi tersebut juga dilakukan secara digital misalnya dengan menggunakan uang elektronik atau metode pembayaran digital lainnya, UMKM akan memiliki 2 sumber pencatatan, yaitu pada platform digital tempat terjadinya transaksi, dan juga pada akun bank yang mereka miliki. Pencatatan transaksi dan keuangan yang baik inilah yang dapat mereka jadikan sebagai referensi ketika hendak mengajukan pinjaman modal kepada perbankan, maupun LKBB.
Selain digitalisasi, pemberdayaan UMKM berbasis syariah juga menjadi area yang patut diperkuat. 87% dari total populasi masyarakat Indonesia adalah Muslim (229 juta jiwa). Dengan jumlah yang begitu besar ini, produk dan jasa berbasis syariah mulai dilirik baik dari sisi supplier maupun pasar. Hal ini dapat dilihat dari paparan Bank Indonesia pada “Laporan Ekonomi dan Keuangan Syariah 2019”, bahwa pada tahun 2019, performa ekonomi syariah mengungguli PDB nasional dengan pertumbuhan hingga 5,72%, dengan sektor makanan halal sebagai kontributor terbesarnya.
Momentum naiknya tren UMKM berbasis syariah ini dapat kita manfaatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Meskipun begitu, berdasarkan survei kolaborasi Lazis Muhammadiyah (Lazismu) bersama platform Gojek dan Gopay kepada UMKM syariah binaan Muhammadiyah, nampak jelas bahwa pelaku UMKM terkena dampak pandemi dari segi produksi dan konsumsi seperti; harga bahan baku yang meningkat (73%), serta penjualan yang menurun selama pandemi (78%). Selebihnya, UMKM syariah masih belum optimal dalam memanfaatkan teknologi digital. Survei yang sama menunjukkan 52% UMKM syariah belum terdigitalisasi karena tidak mahir menggunakan teknologi digital, sementara 37% mengatakan tidak paham cara mendaftar ke platform digital.
Oleh sebab itu, transformasi digital kepada UMKM secara umum, dan UMKM syariah secara khusus, merupakan kebutuhan yang tak terelakkan. Tentu dalam melakukannya tidaklah mudah, edukasi yang intensif, masif, serta pendampingan secara berkala adalah keharusan. Kerjasama multi-sektor dan multi-stakeholder diperlukan untuk mendorong transformasi digital sangatlah krusial. Salah satu contoh nyata adalah kolaborasi Gojek, Gopay dan Lazismu dalam melatih dan membimbing UMKM syariah dalam ekosistem Muhammadiyah agar “melek” teknologi. Kerjasama ini telah terjalin sejak Maret 2019 dengan visi mendorong pertumbuhan ekonomi umat berbasis digital melalui program pelatihan Gojek Wirausaha yang membantu UMKM syariah memahami pentingnya go-digital dan cara pemanfaatan teknologi, serta digitalisasi pembayaran dan pengumpulan donasi pada ekosistem Lazismu melalui teknologi GoPay.
Namun, seperti yang telah disebutkan di atas, mentorship secara berkala juga diperlukan oleh UMKM, karena terkadang, apa yang telah disosialisasikan melalui pelatihan-pelatihan, seminar, dsb, dirasa cukup membingungkan untuk di terapkan oleh UMKM. Ketika kebingungan itu terjadi (yang biasa kita sebut dengan Gagap Teknologi atau Gaptek), kebanyakan UMKM memilih untuk melakukan apa yang sudah biasa mereka lakukan, yaitu berjualan offline. Bahkan sebagian memutuskan untuk tidak akan go-digital karena merasa kesulitan saat menggunakan teknologi dan platform digital.
Disinilah peran penting dari community development yang memanfaatkan community-based education, dimana UMKM dikumpulkan dalam satu wadah, dipantau, dan dibimbing oleh pribadi / instansi yang paham teknologi digital, sehingga pribadi / instansi itu bisa membantu menjawab dan memberikan solusi atas masalah yang dihadapi oleh UMKM di dunia digital. Komunikasi yang terjalin dalam komunitas itu juga dapat menjadi motivasi bagi UMKM untuk terus semangat memanfaatkan teknologi dan platform digital.
Transformasi digital tidak diragukan lagi dapat menjadi penopang pertumbuhan ekonomi. Tanpanya, akselerasi ekonomi tidak akan terjadi. Melalui transformasi digital yang merata dan menyeluruh, juga kolaborasi multi-stakeholder, diharapkan dalam 2-3 tahun kedepan, potensi UMKM syariah yang sebenarnya dapat semakin terbuka.
Oleh karena itu, kolaborasi dan sinergi lembaga filantropi Islam dan platform digital dalam memperkuat UMKM syariah setidaknya akan mengakselerasi pemberdayaan ekonomi di masa semua aspek kehidupan, terumata kehidupan ekonomi, sudah mulai memanfaatkan keunggulan digitalisasi.
Sumber: Bisnis.com
Penulis: Hilman Latief, Ketua Badan Pengurus Lazismu Pusat

Lazismu Pusat menyelenggarakan Bimbingan Teknis untuk menyongsong kegiatan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lazismu 2021. Bimtek ini dilaksanakan dalam rangka pelatihan penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja (RAPB) Lazismu.
Bimtek dilaksanakan pada hari Selasa (24/11) & Selasa (1/12) secara daring dan diikuti oleh Lazismu se Indonesia, dari Kantor Wilayah hingga Kantor Layanan. Pada Bimtek yang pertama, peserta diberikan pengarahan untuk membuat RAPB, sedangkan pada Bimtek kedua peserta akan dipandu untuk input RAPB ke sistem Lazismu Nasional.
Menurut Eny Muslichah Wijayanti, bagian Keuangan Badan Pengurus Lazismu Pusat, Bimtek dilaksanakan karena ada beberapa Kantor Layanan yang belum mampuu menyusun RAPB sesuai dengan format yang telah ditentukan.
Ia menyebut bahwa pelatihan RAPB yang dilakukan secara nasional akan lebih maksimal daripada harus melalui struktur Wilayah, Daerah, dan Kantor Layanan. "Bimtek diikuti oleh Lazismu se Indonesia hingga Kantor Layanan. Jadi informasinya bisa lebih cepat sampai. Pesertanya lebih dari 300 orang," jelasnya kepada lazismu.org.
Ia berharap pasca kegiatan Bimtek pertama, KL dan Daerah berkoordinasi dengan Wilayah agar setiap Wilayah bisa mengetahui angka RAPB yang akan diinput pada Bimtek kedua. Input RAPB ini menjadi RAPB Lazismu Nasional dan akan disahkan pada hari Sabtu (5/12) ketika penutupan Rakernas.
RAPB ini menjadi peta bagi pergerakan Lazismu selama satu tahun kedepan. Dalam perjalanannya, RAPB Lazismu Nasional selalu naik setiap tahun. Hanya saja, realisasinya tidak selalu terpenuhi 100%.
"Dari RAPB kan kita jadi tau apa saja yang akan kita kerjakan. Kalau kita tidak punya rancangan untuk tahun depan, kita tidak bisa bergerak dan berkembang. Target dan acuan kita ada di RAPB. Dan setiap tahun harus selalu naik, tidak boleh turun. Disitu nanti bisa dilihat mampukah kita mencapai target itu. Maka RAPB menjadi kunci," imbuh Eny.
Menurutnya, selama pandemi, pemasukan donasi ke Lazismu Pusat tetap stabil, karena mitra Lazismu tetap menyalurkan berbagai donasi. Di beberapa tempat, pemasukan secara offline berkurang, namun banyak yang berpindah ke online. Sehingga penghimpunan secara online menjadi lebih maksimal.
"Antusiasme peserta luar biasa. Pesertanya sampai 300 an. Artinya, mereka memang menyadari bahwa penting untuk memiliki RAPB agar kita punya gambaran jelas tahun depan kita mau kemana. Kita berharap masing-masing kantor mulai menyadari bahwa penyusunan anggaran itu penting," pungkasnya. (Yusuf)

SEMARANG – Lazismu Wilayah Jawa Tengah gelar Sekolah Amil Jurnalistik Filantropi di Universitas Muhammadiyah Semarang, Senin-Selasa (30/11-1/12). Kegiatan ini dilaksanakan atas kerjasama Lazismu Jateng dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah.
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari tersebut dibuka oleh Sekretaris PW Muhammadiyah Jateng, Drs H Wahyudi, Senin (30/11/2020).
Wahyudi menyebut bahwa peran jurnalis di Lazismu diharapkan mampu menyampaikan informasi yang jujur, tidak kemudian membuat isu yang membuat resah masyarakat dan membuat fitnah.
”Oleh karena itu kader-kader Lazismu yang mengikuti Sekolah Amil Jurnalistik Filantropi harus memaknai jargon bahasa Jawa secara benar. Alon-alon waton kelakon harus diartikan sebagai sesuatu bukan santai-santai saja dalam pengembangan perolehan menghimpun zakat,” kata Wahyudi.
Untuk itu, lanjutnya, bahasa yang digunakan para jurnalis Lazismu diharapkan bisa memakai bahasa yang sesuai dengan medianya, harus memiliki karakter, sehingga mampu membuat orang tersentuh untuk menyalurkan zakat melalui Lazismu. Hal ini termasuk membuat kepercayaan masyarakat karena telah menstasyarufkan zakat secara benar.
Sementara itu, Ketua Lazismu Jateng, H Dodok Sartono SE MM menyampaikan, Indonesia menurut riset tahun 2018 merupakan negara paling dermawan di dunia. Pihaknya yakin, salah satunya peran utamanya adalah media.
Oleh karenanya salah satu skill yang harus dikuasai amil adalah membangun gerakan media untuk filantropi. Melalui media ini menjadi langkah strategis, bagaimana gerakan penyantunan ini tidak sekadar melaksanakan tugas keagamaan, tetapi harapan masa depan. Apalagi sekarang banyak media yang sangat beragam, baik online atau cetak sehingga akan menambah dinamika untuk menyampaikan informasi tentang Lazismu kepada masyarakat.
”Dulu saya pernah bekerja di filantropi, salah satunya mendapat tugas membuat tulisan yang benar-benar menyentuh perasaan. Kalau tulisan itu tidak membuat orang menangis belum dianggap lulus. Pada waktu itu tulisannya harus membuat orang menangis. Jadi tulisan itu kira-kira harus membuat orang menjadi berempati. Maka bagaimana, hard newsnya ada, soft news juga ada, maka para amil nantinya diharapkan bisa membuat berita tentang Lazismu dengan soft news, sehingga membuat orang tergerak untuk peduli,” terangnya.
Target filantropi adalah anak-anak muda yang mulai melakukan pembayaran nontunai. Saat ini 90% penghimpunan filantropi menggunakan media online secara nontunai. Oleh karena itu, Lazismu harus berubah, tidak hanya mengandalkan ritel door to door manual, apalagi target market filantropi kita adalah pembayaran nontunai, sehingga amil harus mampu memanfaatkan media online.
”Melalui Jurnalistik Filantropi diharapkan Lazismu Jateng menjadi barometer di Indonesia. Karena untuk saat ini penghimpunan Lazismu mencapai Rp 70 miliar per tahun,” ujar Dodok.
Ketua PWI Jateng, Amir Machmud NS SH menambahkan, saat ini ada pengakuan tentang pentingnya posisi media, terutama pada tema-tema jurnalisme filantropi untuk menggali potensi dana umat, terutama pengembangan Lazismu. Untuk memahami sejauh mana memahami media filantropi, bukan saja untuk amil Lazismu, tetapi juga untuk bangsa Indonesia secara keseluruhan.
”Misalnya, PWI Jateng telah menjalin bekerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi di Jateng, tidak lain ingin menebarkan virus maslahat dunia kewartawanan, sebagai hal yang bisa menjiwai dalam kehidupan kita. Tugas-tugas kewartawanan itu antara lain bagaimana kita menyeimbangkan keadilan, bagaimana kita menjalankan tugas kemanusiaan,” ujarnya.

LEMBATA - Gunung Ile Lewotolok di Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, NTT kembali memuntahkan lahar dan debu panas disertai ledakan yang cukup keras, Minggu (29/11/2020).
Dengan adanya peningkatan aktivitas ini Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status Gunung Ili Lewotolok dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga).
Berdasarkan hasil analisis secara menyeluruh maka pada tanggal 29 November 2020 pukul 13:00 WITA tingkat aktivitas Gunungapi Ili Lewotolok dinaikkan dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga),” terang Kepala Pusat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani sebagaimana dilansir dari kompas.
Dalam level siaga, masyarakat diimbau tak melakukan aktivitas pada radius empat kilometer dari pusat erupsi atau kawah gunung. Masyarakat diminta untuk menggunakan masker penutup hidung dan mulut karena potensi abu vulkanik dapat mengakibatkan gagguan kesehatan pernapasan akut (ISPA) dan lainnya.
Aktivitas tremor di gunung tersebut masih terus berlanjut. Hal itu ditandai dengan muntahan lava pijar dan percikan bunga api. Berdasarkan data seismograf, erupsi sudah terjadi enam kali pada hari ini. Sesuai rekaman seismograf intensitas erupsi dimungkinkan masih terus berpotensi dalam batasan waktu yang belum bisa ditentukan.
Dalam siaran pers BNPB yerkait dengan situasi aktivitas vulkanik, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekomendasikan masyarakat sekitar Gunung Ile Lewotolok dan siapa pun yang ingin mendaki agar tidak berada atau melakukan aktivitas di dalam zona perkiraan bahaya, sekitar kawah gunung dan di seluruh area dalam radius 2 km dari puncak atau pusat aktivitas gunung.
Hingga saat ini, PVMBG mencatat tiga gunung api yang berstatus level III atau ‘Siaga,’ sedangkan tidak ada gunung api yang berstatus level tertinggi atau ‘Awas.’ Ketiga gunung api tersebut yaitu Gunung Sinabung di Sumatera Utara, Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Kawa Tengah dan Gunung Karangetang di Sulawesi Utara.
Berdasarkan situs PVMBG, Gunung Ili Lewotok berada pada status level II sejak 7 Oktober 2017. Peningkatan status dipicu oleh adanya peningkatan aktivitas vulkanik berupa kegempaan signifikan, terutama gempa tektonik lokal, vulkanik dalam dan vulkanik dangkal sejak pertengahan September 2017.
Pada Sabtu lalu (28/11) gunung ini erupsi pada pukul 05.57 waktu setempat dengan tinggi kolom teramati 500 meter dari puncak gunung. Arah abu condong ke arah barat.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur dan BPBD Kabupaten Lembata melaporkan sebanyak 2.782 jiwa yang berasal dari 17 Desa di Kecamatan Ile Ape dan 9 Desa di Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata mengungsi di enam titik. Enam titik tersebut antara lain Kantor Bupati Lama, Aula Ankara, Kelurahan Lewoleba, Tapolangu, Desa Baopana, dan Kantor Badan Kepegawaian Daerah. (Yusuf)

