

DONGGALA - Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) melaksanakan sosialisasi Program DiRiReCS (Disaster Risk Resilience in Central Sulawesi) dan menandatangai nota kesepahaman dalam penanggulangan bencana dengan Pemerintah Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Donggala, Senin (15/03).
Hadir dalam acara tersebut Ketua MDMC PP Muhammadiyah, Budi Setiawan, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Donggala, Rustam Efendi, Kepala BPBD Kabupaten Donggala, Akris Fattah Yunus, dan beberapa kepala dinas terkait di lingkungan Pemkab Donggala.
Hadir pula dari MDMC, Koordinator Nasional Program DiRiReCS MDMC, Yocki Asmoro dan Manajer Program DiRiReCS MDMC, Ferry El Shirinja. Koordinator DiRiReCS MDMC, Syaltut, serta sejumlah Fasilitator MDMC.
Sementara dari Solidar Suisse Sam Lukas, Senior MEAL Solidar Suisse dan David, Koordinator PRB.
Dalam kesempatan tersebut, Budi Setiawan beserta rombongan mensosialisasikan Program DiRiReCS yang merupakan program bersama MDMC dan Solidar Suisse, sebuah NGO asal Swiss.
Program DiRiReCS adalah program pengurangan resiko bencana dan pembentukan desa tangguh bencana di Sulawesi Tengah.
“Alhamdulillah siang hari ini telah berlangsung penandatanganan MoU antara MDMC PP Muhammadiyah dan Pemerintah Daerah Donggala yang diwakili oleh Bapak Sekda. MoU tersebut termuat dalam kerja sama penguatan kapasitas masyarakat yang kami sebut dengan ketahanan kebencanaan dan pengurangan resiko bencana,” ujarnya.
Menurut Budi Setiawan, pertemuan juga dihadiri oleh beberapa kepala dinas di lingkup Pemkab Donggala yang memberi masukan-masukan agar bisa tercapai integrasi dengan kegiatan pengurangan resiko bencana yang sudah pernah ada.
“Bapak Sekda menyebut kehadiran MDMC seperti sebuah “hujan rahmat”, karena dari yang sudah kami paparkan sangat berharap nanti dari dua puluh satu desa tersebut kalau lima desa saja tercapai dengan baik sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan maka bisa direplikasikan di daerah-daerah lain. Kepala Dinas Pendidikan mengharapkan integrasi dengan program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB),” ungkapnya sebagaimana dikutip dari laman resmi Muhammadiyah.
Sementara itu Koordinator Nasional Program DiRiReCS dari MDMC, Yocki Asmoro, maksut Program DiRiReCS adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan program Pengurangan Risiko Bencana di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah.
“Program ini mempunyai tujuan secara berkesinambungan memperkuat keterampilan dan kapasitas teknis dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Donggala dan para pemangku kepentingan terkait,” katanya
Lebih lanjut Yocki menyampaikan tujuan program ini juga agar BPBD dan para pemangku kepentingan terkait dapat menyediakan bantuan teknis dan operasional sebelum, saat dan setelah bencana terjadi, serta mempromosikan praktek-praktek terbaik Penanggulangan Bencana (PB) kepada kabupaten-kabupaten terdekat.
Terkait sasaran program ini yang meliputi 21 desa di 3 kecamatan yaitu Sirenja, Balaesang dan Balaesang Tanjung, Yocki merinci nama desa-desa sasaran.
“Dua puluh satu desa tersebut adalah Tondo, Dampal, Jonooge, Tanjung Padang, Sipi, Balentuma, Lompio, Tompe, Lende, Lende Tovea, di Kecamatan Sirenja. Kemudian Meli, Lombonga, Labean di Kecamatan Balaesang dan Walandano, Malei, Kamonji, Rano, Pomolulu, Palau, Ketong, Manimbaya di Kecamatan Balaesang Tanjung,” pungkasnya.
Reporter: Yusuf

MYANMAR – Ada ratusan jamaah muslim di masjid yang menjadi korban pascagempa di Myanmar, pada 28 Maret yang lalu. Menurut laporan Pemerintah Persatuan Nasional bayangan, lebih dari 50 masjid di seluruh negeri juga mengalami kerusakan ketika gempa berkekuatan 7,7 skala Richter melanda pada Jum’at itu, demikian diberitakan Al-Jazeera (29/3/2025).
Di tengah krisis itu bantuan mengalir untuk warga terdampak pasca-gempa menghancurkan Myanmar. Muhammadiyah melalui Tim Kemanusiaan untuk Respons Gempa Myanmar telah menerjunkan relawannya, yang terdiri dari MuhammadiyahAid, MDMC dan didukung oleh Lazismu.
Tim Kemanusiaan Muhammadiyah diagendakan berada di Myanmar selama dua pekan terhitung dari 25 April hingga 07 Mei 2025. Tim relawan kemanusiaan tersebut terdiri dari Syahri Ramadhan sebagai koordiantor, Dwi Kurniawan sebagai media dan dokumentasi serta Satriyo sebagai manajemen logistik.
Tim Kemanusiaan Muhammadiyah mengabarkan pada Kamis, 1 Mei 2025, bahwa bantuan kemanusiaan yang telah diamanahkan oleh masyarakat Indonesia telah disalurkan untuk penerima manfaat.
Dalam misi kemanusiaannya, Tim Kemanusiaan Muhammadiiyah juga melakukan asesmen salah satu masjid yang rusak akibat gempa. Menurut kesaksian Mohammad Utsman (35) seorang Imam Masjid Thar Lay Saw Ang yang ada di Amarapura, Mandalay, kondisi masjid rusak dan tidak aman untuk digunakan.
“Jadi harus dirobohkan dahulu dan dibangun kembali” ujarnya kepada relawan MuhammadiyahAid saat ditemui di Mandalay sebagai kota terbesar kedua di Myanmar.
Menurut Utsman yang sudah dipercaya menjadi Imam Masjid Thar Lay Saw Ang sejak 2021, supaya masjid ini dapat digunakan kembali memerlukan dana yang besar untuk memperbaikinya.
Ia mengaku penggalangan sudah dilakukan dengan meminta bantuan saudara-saudari muslim di Myanmar. Alhamdulillah ada satu yayasan donatur yang akan mendukung proses perbaikan masjid tersebut. “Melihat kondisi yang ada, tentu saja masih kurang untuk membangun kembali secara utuh” sambungnya.
Sementara ini, lanjut Utsman, kegiatan ibadah di masjid masih menggunakan madrasah yang sebelumnya digunakan untuk sekolah dan mengaji murid-murid dari warga muslim di sekitar masjid dan dari luar kampung. Selama madrasah diliburkan, sebagian jamaah beribadah di lokasi pengungsian dengan adanya musola darurat agar bisa menampung warga muslim.
Masjid lainnya yang dikunjungi Tim Kemanusiaan Muhammadiyah adalah Masjid Ulin di Sagaing, Myanmar. Saksi mata yang selamat, Anas, mengatakan pada gempa awal jamaah merasakan guncangan hebat dan masjid masih berdiri, tetapi pada gempa susulan yang kedua, menara masjid dan bangunan masjid langsung roboh. “Ada 50 orang jamaah meninggal di tempat tertimpa reruntuhan,” ungkapnya kepada relawan MuhanmmadiyahAid.
Di sini yang tersisa hanya pintu gerbang masjid. Di luar itu sudah rata dengan tanah. Kegiatan para jamaah sementara menggunakan masjid darurat dari bambu dan terpal yang didirikan di atas lantai masjid lama yang masih bisa digunakan, karena tempat wudlu dan toilet juga hancur.
Sampai berita ini diturunkan, relawan MuhammadiyahAid dan MDMC, mengatakan bahwa sampai dengan hari ini ada 15 masjid yang terdampak gempa Myanmar, sudah dilakukan asesmen bahkan berdiskusi dengan pengurus di lima masjid, kata Syahri Ramadhan (2/5/2025).
Meski demikian, Tim Kemanusiaan Muhammadiyah akan membicarakan lebih lanjut dengan pimpinan pusat muhammadiyah, MuhammadiyahAid, MDMC dan Lazismu untuk agenda misi kemanusiaan selanjutnya di Myanmar.
[Kelembagaan dan Humas Lazismu PP Muhammadiyah}

MYANMAR -- Tim Kemanusiaan Muhammadiyah yang terdiri dari MuhammadiyahAid, MDMC serta didukung oleh Lazismu memperlihatkan kepedulian dan solidaritasnya dengan menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk warga yang terdampak bencana gempa bumi di Myanmar.
Pascagempa berkekuatan 7,7 yang mengguncang Negeri Seribu Pagoda tersebut, tepatnya di kawasan Sagaing-Mandalay pada 28 Maret 2025, mengakibatkan infrastruktur berantakan parah, menelan ribuan korban jiwa, dan warga kehilangan tempat tinggal.
Tim Kemanusiaan Muhammadiyah sejak tiba di Yangon pada 25 April 2025, segera berkoordinasi dengan mitra lokal Phoenix Association. Koordinasi berlanjut pada kunjungan kehormatan (courtesy visit) dan melapor ke KBRI Yangon.
Koordinator Tim Kemanusiaan Muhammadiyah, Syahri Ramadhan dari lokasi pengungsian mengatakan bahwa pada hari minggu hingga senin, setelah koordinasi dengan banyak pihak, sasaran wilayah respons bantuan darurat ditujukan ke titik lokasi di Nay Pyi Taw, Amarapura Township Mandalay District dan Sagaing Townships.
“Alhamdulillah kami Tim Kemanusiaan Muhammadiyah sudah berada di Mandalay, memberikan bantuan tunai multi guna bagi warga terdampak di tenda pengungsian, dan bantuan tunai ini bisa digunakan untuk keperluan apapun oleh mereka para penyintas,” ungkap Satriyo Yudo Budi Wicaksono sebagai Tim Kemanusiaan Muhammadiyah.
Bantuan lainnya selain tunai multi guna, kata Syahri, ada bantuan dalam bentuk Hygiene Kit (sabun, sampo, detergen, pasta gigi, handuk) sebanyak 200 paket. Selanjutnya untuk kebutuhan di Shelter disalurkan dalam bentuk bantuan (terpal, tikar, tali) sejumlah 100 paket.
Di samping itu, Tim Kemanusiaan Muhammadiyah juga mendistribusikan bantuan berupa alat-alat kebersihan meliputi gerobak sorong, cangkul, sekop, garukan, dan palu godam untuk sarana pendukung membersihkan reruntuhan sebanyak 20 unit.
Menurut laporan tim di lapangan hari ini Selasa, (29/4/2025), yang juga didukung oleh Lazismu, disampaikan Syahri bahwa dalam bantuan tunai multi guna sebesar 60,000 Kyat Myanmar (MMK) atau setara dengan nilai hampir 500,000 IDR untuk 1000 keluarga atau 4000 individu di San Kay IDPs Camp.
Tim Kemanusiaan Muhammadiyah dijadwalkan akan berada di Myanmar selama 14 hari, di mulai dari tanggal 25 April sampai dengan tanggal 07 Mei 2025. Mereka terdiri dari Syahri Ramadhan sebagai koordinator, Dwi Kurniawan sebagai media dan dokumentasi serta Satriyo sebagai manajemen logistik.
Pada kesempatan itu, Tim Kemanusiaan Muhammadiyah di Myanmar juga melakukan asesmen ke beberapa masjid dan Camp pengungsian. Mengunjungi musala darurat di Tharli Saw. Relawan kemanusiaan dari organisasi lain yang berada di lapangan bersama Tim Kemanusiaan Muhammadiyah, salah satunya Kokolwin dari Min Lan Youth Team yang merupakan bagian dari asosiasi pemuda muslim mengapersiasi langkah Tim Kemanusiaan Muhammadiyah dari Indonesia.
Kokolwin mengatakan sejauh ini berkoordinasi dan mendukung Tim Kemanusuiaan Muhammadiyah dalam menyediakan tempat di Basecamp Wash sebagai gudang logistik. Di sinilah tempat mengemas paket bantuan, dan loading keperluan relawan bersama relawan lainnya seperti dari Myanmar Red Cross.
Pada kesempatan berbeda, Direktur Program Lazismu Pusat, Ardi Lutfi Kautsar, mengatakan Tim Kemanusiaan Muhammadiyah ke Myanmar memiliki peran penting dalam menjalin kolaborasi internasional dengan para pihak terkait. Terutama dalam melaksanakan misi kemanusiaan untuk memberikan bantuan kepada para korban gempa.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak dan masyarakat di Indonesia yang memercayakan amanahnya pada kesempatan kali ini sehingga bantuan tersebut dapat tersampaikan dengan tepat sasaran bagi peneri manfaat. “Tanpa dukungan ini kolaborasi ini tidak akan terwujud,” pungkasnya.
[Kelembagaan dan Humas Lazismu PP Muhammadiyah]

MYANMAR -- Tim MuhammadiyahAid untuk misi kemanusiaan Gempa Myanmar, datang menemui Minister Counsellor Harlianto Tarmizi di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Myanmar, pada Sabtu, (26/4/2025). Mereka datang untuk menyampaikan maksud dan tujuannya, perihal aktivasi bantuan kemanusiaan.
Minister Counsellor Harlianto Tarmizi menyambut baik kedatangan Tim MuhammadiyahAid, Harlianto juga mengapresiasi inisiatif dan kepedulian Muhammadiyah dalam merespons pasca bencana alam itu yang mengguncang wilayah utara Myanmar pada 28 Maret 2025 lalu.
Ia menegaskan bahwa langkah ini adalah bentuk nyata solidaritas kemanusiaan Indonesia terhadap Myanmar, khususnya dalam masa-masa krisis pascabencana. Terutama memberikan bantuan transisi darurat kepada masyarakat terdampak.
“Atas nama KBRI Myanmar, kami menyampaikan rasa hormat dan dukungan penuh atas partisipasi aktif MuhammadiyahAid dalam meringankan beban para warga yang terdampak. Langkah Ini wujud nyata persahabatan antarbangsa yang dibangun melalui kerja sama kemanusiaan,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Syahri Ramadhan sebagai Koordinator misi kemanusiaan menyampaikan tujuan keberangkatan tim Muhammadiyah ke Myanmar, antara lain untuk mendistribusikan bantuan sebagai dukungan untuk mendukung warga terdampak di hunian darurat.
Pada agenda kemanusiaan tersebut tim juga akan mengkaji kebutuhan dan mengidentifikasi mitra lokal untuk program rehabilitasi dan rekonstruksi. Pertemuan itu, sambung Syahri, juga menyampaikan target sasaran program bantuan kemanusiaan yang berada di wilayah Nay Pyi Taw (NPT), Sagaing, dan Mandalay.
”Rilis item-item bantuan ini sangat berguna bagi dukungan kebutuhan hidup di pemukiman darurat, seperti barang kebutuhan dasar rumah tinggal; hunian darurat berupa tenda; peralatan kebersihan; peralatan air bersih dan sanitasi; alat untuk pembersihan sisa reruntuhan; serta bantuan multi guna dalam bentuk uang,” jelasnya.
Bantuan yang disalurkan sangat dibutuhkan oleh kelompok rentan yang tinggal sementara di tenda dan pemukiman darurat. Bantuan kemanusiaan itu akan didistribusikan langsung oleh Muhammadiyah dengan menggandeng mitra lokal, Phoenix, kepada penerima manfaat yaitu 1.000 keluarga dan 400 individu.
Sampai berita ini diturunkan Tim Kemanusiaan MuhammadiyahAid masih berada di lokasi penyaluran bantuan, dan sebelumnya tim kemanusiaan yang didukung oleh Lazismu, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), dan PP Muhammadiyah dilepas keberangkatannya secara seremonial di Gedung Dakwah Pusat Muhammadiyah, Jakarta pada Kamis, (24/4/2025).
[Kelembagaan dan Humas Lazismu PP Muhammadiyah]

YOGYAKARTA - - Dalam upaya meningkatkan semangat belajar mengajar Lazismu melalui Program save our school (SOS) menyalurkan dana bantuan tunai, untuk membantu renovasi TK ABA Ambarminangun, serta mendukung peningkatan fasilitas sarana dan prasarana menjadi lebih baik.
Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Pratirtonirmolo Barat DIY, Sri Murwanti dan Kepala Sekolah TK ABA Ambarminangun, Sinta Ambarawangi Sulistio. Acara Tasyakuran ini dilakukan di TK ABA Ambarminangun, YOGYAKARTA, pada Minggu (27/04/2025).
Melalui bantuan program pendidikan dari Lazismu dalam program Save Our School (SOS), bantuan dana Lazismu dilakukan beberapa tahap, tahap pertama sebesar Rp.27.230.000, tahap kedua sebesar Rp.11.670.000 maka total dana bantuan yang diberikan Lazismu sebesar Rp.38.900.000.
Dengan dana tersebut, dilakukan peningkatan kualitas sarana dan prasarana seperti penambahan fasilitas pendidikan, perbaikan ruang UKS, ruang guru, serta penyediaan televisi dan laptop guna mendukung proses belajar mengajar. Hal ini diharapkan dapat mewujudkan lingkungan belajar yang lebih nyaman, aman, dan meningkatkan semangat.
Sebelum menerima bantuan dari Lazismu pada program Save Our School (SOS) TK ABA Ambarminangun memiliki berbagai keterbatasan sarana prasarana antara lain tiga ruang kelas belum berlantai keramik serta atap yang sudah sangat tidak layak, sehingga berpotensi membahayakan aktivitas belajar mengajar.
Dengan adanya bantuan ini, diharapkan TK ABA Ambarminangun dapat berkembang menjadi sekolah unggulan, dan menjadi sekolah pilihan bagi masyarakat sekitar TK ABA Ambarminangun DIY.
[Humas dan Kelembangaan Lazismu PP Muhammadiyah]

JAKARTA - - MuhammadiyahAid yang terdiri dari Lazismu, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), dan PP Muhammadiyah mengadakan Seremoni Pelepasan Tim Dukungan Kemanusiaan untuk respons bencana Gempa Bumi di Myanmar (Humanitarian Response to Earthquake in Myanmar) pada 28 Maret 2025.
Acara ini dihadiri oleh Sekretaris Badan Pengurus Gunawan Hidayat, Wakil Ketua MDMC PP Muhammadiyah Khotimun Susanti, dan perwakilan relawan kemanusiaan yang akan berangkat ke Myanmar Syahri Ramadhan, Satriya Yudo Budi Wicaksono, Moh. Dwi Kurniawan Rizqi. Seremoni pelepasan dilaksanakan di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, pada Kamis (24/04/2025).
Tim yang akan berangkat ke Myanmar terdiri dari Syahri Ramadhan sebagai koordinator relawan, Satriya Yudo Budi Wicaksono sebagai relawan bidang logistik darurat, dan Moh. Dwi Kurniawan Rizqi sebagai relawan data dan media. Misi ini mendapat dukungan penuh dari Lazismu, PP Muhammadiyah dan MDMC.
Gunawan Hidayat, perwakilan dari Lazismu, dalam sambutannya menyampaikan bahwa Lazismu memiliki pilar program strategis, termasuk tanggap darurat bencana yaitu program kemanusiaan.
"Lazismu, PP Muhammadiyah, dan MDMC telah lama bekerja sama dalam berbagai respons kebencanaan. Ini adalah bagian dari komitmen kami dalam filantropi Islam yang berpihak pada kemanusiaan” tuturnya.
Sementara itu, Wakil Ketua MDMC PP Muhammadiyah, Khotimun Susanti, menyampaikan bahwa gempa bumi ini berdampak sangat luas sehingga memerlukan kolaborasi internasional.
"Kami hadir sebagai bagian dari nilai kemanusiaan. Negara Myanmar membuka akses bantuan internasional, terutama untuk mendukung perlindungan perempuan, anak-anak, dan pencegahan kekerasan dalam situasi darurat. Muhammadiyah berkomitmen hadir di tengah kebutuhan itu” jelasnya.
Syahri Ramadhan mewakili tim relawan kemanusiaan MuhammadiyahAid menyampaikan bahwa ia diberi amanah untuk mewakili Muhammadiyah dalam misi kemanusiaan ini.
“Bantuan yang kami bawa bukan karena rasa iba, melainkan untuk memenuhi hak para terdampak bencana. Mereka berhak menerima dukungan sebagaimana nilai-nilai kemanusiaan yang dianut Muhammadiyah" ujarnya.
Target bantuan MuhammadiyahAid mencakup 1.000 kepala keluarga di wilayah Bidau, Sagaing, dan Mandalay. Fokus utama bantuan adalah penyediaan air bersih, sanitasi, hunian darurat, serta bantuan multiguna berupa uang tunai yang fleksibel.
“Awalnya bantuan tunai sebesar 500 Kyat (MMK), namun kami sesuaikan menjadi 250.000 hingga 300.000 MMK per keluarga agar lebih realistis dan tetap berdampak” jelas Syahri.
Sebagai negara ASEAN, WNI dapat mengakses Myanmar dengan visa kunjungan selama 14 hari, yang memungkinkan tim MuhammadiyahAid untuk bergerak cepat dalam merespons. Pelepasan tim ini merupakan respons kemanusiaan Muhammadiyah dalam upaya meringankan beban masyarakat terdampak bencana.
Sebagaimana di ketahui Gempa bumi bermagnitudo 7,7 dengan kedalaman dangkal sekitar 10 kilometer mengguncang wilayah Myanmar. Bencana ini menyebabkan sedikitnya 5.350 korban jiwa di Myanmar. Peristiwa tragis ini terjadi saat pelaksanaan salat Jumat, menyebabkan runtuhnya masjid dan jatuhnya ratusan korban dari kalangan umat Muslim. Gempa ini menjadi salah satu yang paling mematikan.
[Kelembagaan dan Humas Lazismu PP Muhammadiyah]

