Berita

Ikuti kabar terbaru dari Lazismu. Lihat laporan penyaluran, kisah inspiratif penerima manfaat, dan dampak nyata dari ZIS Anda

Lazismu Serahkan Bantuan Program Save Our School untuk Pesantren MBS Awwalul Islam

MAKASSAR -- Lazismu Wilayah Sulawesi Selatan menyerahkan bantuan di pilar pendidikan, Dakwah, Ekonomi, dan Kesehatan melalui program Save Our School, Pemberdayaan UMKM, Beasiswa Mentari, Beasiswa Sang Surya, dan Sosial Dakwah. Acara seremonial penyerahan bantuan berlangsung di Aula Pesantren Muhammadiyah Boarding School (MBS) Awwalul Islam di Paralonge, Makassar, pada Kamis, 25 Juli 2024.

Kepala Sekolah MBS Awwalul Islam, Syamsir Dewang menyampaikan harapannya agar pesantren ini melahirkan calon ulama besar yang unggul dalam bidang keagamaan, teknologi informasi, dan sains. "Sebagai guru besar dalam bidang sains, saya merasa malu jika sekolah ini tidak unggul dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam," ucapnya.

Ketua Badan Pengurus Lazismu Wilayah Sulawesi Selatan, Mahmuddin, menegaskan bahwa dana-dana yang dikelola Lazismu merupakan amanah dari para donatur. "Kami melaksanakan program ini sebagai bentuk pengelolaan pada Lembaga Amil Zakat, dengan tugas pokok menghimpun, mencatat, dan menyalurkan,”jelasnya.

Lazismu telah menjalani dua proses audit, yaitu Audit Syariah dan Audit Akuntan Publik. Oleh karena itu, kami harus mengelola amanah tersebut seefektif dan seefisien mungkin untuk memastikan penyalurannya tepat sasaran. Ia juga menyampaikan, ke depan berbagai program akan terus dikembangkan guna menjangkau 8 Asnaf.

Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, Husain Abdul Rahman, menyatakan pentingnya kemitraan dengan Lazismu untuk kemajuan dakwah Muhammadiyah. "Muhammadiyah Boarding School Awwalul Islam harus menjadi sekolah unggulan Muhammadiyah. Dibutuhkan kerja keras, bukan hanya dari direktur, tetapi juga dari semua guru. Guru-guru harus punya visi dalam mengembangkan sekolah dan berkolaborasi untuk memajukan MBS," pesannya.

Setelah pembukaan dan penyerahan bantuan, acara dilanjutkan dengan pengajian yang dibawakan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, Qadir Gassing, yang juga Koordinator Lazismu.

[Komunikasi dan Digitalisasi Lazismu PP Muhammadiyah/Bayu]

SELENGKAPNYA
26 Juli 2024

Gagasan Inovasi Sosial, Memperkuat Daya Pikir dan Jelajah Amil Lazismu Mengembangkan Program Berkelanjutan

JAKARTA -- Satu per satu lembaran program – program Lazismu dibuka untuk diidentifikasi sejauh mana dampak dan berkelanjutannya dapat memberikan nilai manfaat. Inovasi sosial merupakan tema gerakan zakat yang diusung Lazismu sejak 2021. Beberapa program sudah terlaksana, tinggal dilanjutkan karena bibitnya sudah ada.

Melihat realitas yang ada, pergerakan filantropi islam terus berkembang. Maka selayaknya Lazismu melihat ke dalam, kekuatannya sudah sampai di tahap apa, kata Direktur Kewirausahaan dan Inovasi Sosial, Edi Suryanto dalam pengantarnya di Workshop Panduan, Pelatihan LFA dan Asesmen Program Kampung Berkemajuan Inovasi Sosial Berbasis Kawasan, di Jakarta pada Kamis, 25 Juli 2024.

Diketahui bahwa Lazismu sebagai lembaga filantropi terbesar di dunia dari sisi jumlah kantornya. “Angka penghimpunan dan angka penyaluran masih perlu ditingkatkan mengingat nama besar muhammadiyah. Muhammadiyah sebagai payung organisasi, karena itu perlu ada lembaga yang berperan sebagai penopang. Dan lazismu salah satunya yang dianggap sebagai motor gerakan itu,” jelasnya.

Inovasi sosial yang dijajaki Lazismu sampai saat ini, kata Edi Suryanto, merupakan satu gagasan lanjutan dari agenda aksi yang sudah dirumuskan dalam lima tahun terakhir. Lazismu sebagai bagian dari gerakan filantropi islam perlu memproyeksikan agenda perubahan yang lebih tertata dan sistematis.

Di hadapan para peseta workshop, Edi Suryanto memaparkan, inovasi sosial sebagai suatu pendekatan sosial harus didefinisikan. Beberapa sumber penelitian menyebutkan, definisinya adalah untuk memperluas kesejahteraan masyatakat dalam mengatasi berbagai masalah sosial yang berdampak, terukur dan berkesinambungan.

“Tujuan dari inovasi sosial itu, memperkuat daya pikir dan jelajah amil untuk menemukan solusi baru, meningkatkan kreativitas, serta menciptakan inovator muda yang dalam praktiknya nanti memperluas jaringan dan kemitraan, memperkuat basis kewilayahan dalam melakukan perubahan,” tuturnya.

Paling tidak ada catatan penting yang disampaikan pada hari ini, di antaranya, hemat saya, enam tahapan proses inovasi sosial, yaitu menemukan akar masalah, identifikasi untuk solusi, melibatkan banyak pihak, menguji coba teori dan praktik, ada unsur keberlanjutan sehingga bisa dipublikasikan dan diduplikasi supaya ada perubahan sosial.

Salah satu program Lazismu yang bisa dijadikan contoh adalah Edutabmu. Karena memenuhi unsur persyaratan inovasi sosial. Berangkat dari keterbatasan akses pendidikan saat pandemi dan banyak daerah kesulitan dalam kegiatan belajar mengajar, maka muncul solusi Edutabmu tanpa jaringan internet yang sangat membantu penerima manfaatnya.

Keberhasilannya sudah diduplikasi atas program yang dijalankan di awal, duplikasi ini salah satu proses yang menjadi akhir program yang bisa dikatakan sebagai inovasi sosial. Contoh lainnya Bank ZISKA di Jawa Timur.

Belajar dari Bank ZISKA, upaya selanjutnya yang bisa disempurnakan adalah perlu ada opini dewan pengawas syariah (DSP). JIka ada opini DPS, maka bisa dijadikan program unggulan di masa yang akan datang.

Masih banyak program lain di wilayah dan daerah yang dikembangkan Lazismu seperti peternakan kambing perah di Banjar Negara, Jawa Tengah, kata Edi Suryanto memberikan contoh. Pada prinsipnya konsep ini berangkat dari kebutuhan pasar, pemberdayaan yang berhasil adalah akses pasarnya. Peternakan kambing perah di Banjar Negara selanjutnya harus disiapkan pasarnya.

Contoh program inovasi sosial berbasis kawasan lainnya adalah kolaborasi Lazismu dan Baznas. Di wilayah Serang, Banten, permasalahan yang muncul di sana adalah erosi pantai yang juga kerusakan lingkungan karena airnya payau, kemiskinan tinggi, pendidikan rendah, kesehatan rendah, akses pendidikan terbatas, dan akses kesehatan sulit.

Solusi yang diberikan Lazismu adalah memberikan bantuan dan pendampingan dengan menanam mangrove untuk mencegah erosi panta serta bantuan program pendidikan untuk santri. Saya pikir dari contoh – contoh ini bisa menjadi insight bagi Lazismu di seluruh Indonesia dalam mengemas program yang berkelanjutan.

[Komunikasi dan Digitalisasi Lazismu PP Muhammadiyah]  

SELENGKAPNYA
25 Juli 2024

Di Balik Capaian Positif Program Terselip Hal Yang Tertinggal, Program Percontohan Berkesinambungan

JAKARTA -- Setumpuk masalah yang dihadapi masyarakat membutuhkan penanganan yang berkesinambungan. Tidak ada cara instans selain melakukan pendampingan dan kolaborasi antar aktor untuk penguatan pemberdayaan komunitas. Merangkul masyarakat adalah pendekatan persuasif sembari mengakomodasi keunikkan lokal ketimbang meninggalkannya dalam keadaan rapuh.

Tema pemberdayaan masyarakat (community development) di Muhammadiyah adalah bukan suatu isu yang baru. Inilah yang dilakukan Muhammadiyah sejak dahulu yang dalam hasil rekomendasi Rakernas Lazismu harus diimplementasikan.  

Salah satu output rakernas, melakukan program percontohan (piloting) berupa Kampung Berkemajuan di 10 wilayah yang ada di Indonesia, demikian disampaikan Ahmad Imam Mujadid Rais Ketua Badan Pengurus Lazismu dalam sambutannya di acara pembukaan Workshop Panduan, Pelatihan LFA dan Asesmen Program Kampung Berkemajuan Inovasi Sosial Berbasis Kawasan, di Jakarta pada Kamis, 25 Juli 2024,. yang diikuti oleh Lazismu Wilayah Jateng, Jatim, Jabar, DIY, dan Lampung.

Dalam sambutannya, Mujadid Rais, mengatakan bahwa Lazismu bisa merujuk pesan yang disampaikan oleh Ketua Umum Muhammadiyah dalam pengkajian ramadhan tentang dakwah kultural. “Sudah banyak capaian yang diperoleh Muhammadiyah dari AUM-nya, hanya saja ada satu kerisauannya yaitu jejak pemberdayaan yang bisa dijadikan contoh,” kata Mujadid Rais.

Di tengah capaian itu kita masih ingat ada hasil penelitian yang cukup mengena tentang penurunan jumlah anggota persyarikatan. Apa pun itu hasilnya dari yang mengkritik, lanjut Mujadid Rais, ini merupakan suatu otokritik buat kita.

“Apakah kita selama ini hanya fokus pada satu aspek saja atau berusaha memperluas jangkauan dakwah yang sudah ada,” jelasnya. Kendati ada beberapa persoalan yang dihadapi sejauh ini pada dasarnya merupakan kenyataan yang harus dicari solusinya.  

Sebagai contoh di Aceh, tepatnya di Bireun, mungkin kasusnya berbeda. Muhammadiyah tidak merasa sebagai ormas besar di sana. Namun, ada salah seorang pimpinannya yang mau datang ke komunitas masyarakat setempat dengan pendekatan inklusif.  

“Karena orang asli Aceh, ia sangat menghormati kearifan lokal masyarakat setempat dan dakwah berbasis masjidnya bisa diterima kalangan masyarakat, ini suatu hal yang menarik,” ceritanya.     

Belajar dari realitas yang ada, sambung Mujadid Rais bahwa selama ini kita melihat seolah ada capaian yang positif tapi di sisi lain ada yang tertinggal. Karena itu, pada pengkajian ramadhan yang lalu dalam salah satu kajiannya soal perluasan basis kawasan.

“Lazismu bisa berangkat dari kaijan itu bagaimana merangkul semua dengan pendekatan dakwah inklusif. Menghadapi komunitas tertentu tidak cukup dengan pendekatan amar maruf nahi munkar. Bahkan amar maruf itu bisa dimaknai sebagai sesuatu yang luas,” pungkasnya.

Mendampingi masyarakat memerlukan usaha keras. Maka dalam aksinya tidak bisa sendiri-sendiri. “Kita perlu kolaborasi dan sinergi sehingga ketika ada orang bertanya di mana contoh pemberdayaan masyarakat di Muhamamdiyah. Bisa kita jawab dengan kampung berkemajuan yang bisa dijadikan satu percontohan,” tandasnya.

Sejauh ini jika ada yang bertanya soal pemberdayaan di Muhammadiyah, lanjut dia, paling tidak dibawa ke sekolah atau kampus. Kita belum bisa menunjukkan suatu komunitas masyarakat sebagai komunitas pemberdayaan dan komunitas binaan.

Padahal kita ingin ada suatu yang berkelanjutan sehingga Muhammadiyah bisa dilihat ada sesuatu yang bernilai. “Mudah-mudahan langkah kecil kita untuk sembilan hari ke depan bisa bermanfaat,” terangnya.

Kita punya analisa sosial yang bisa dijadikan cara pandang. Semua aktor perlu dilibatkan dalam menempatkan kampung berkemajuan. Lazismu juga perlu melihat lokalitas yang akan menjadi agenda pemberdayaan sehingga tidak dilepas dan selalu berkelanjutan berdasarkan kebutuhan lokal di masyarakat setempat.

Semoga dengan ikhtiar ini lazismu dapat berkontribusi bagi persyarikatan dan umat, tutupnya.

[Komunikasi dan Digitalisasi Lazismu PP Muhammadiyah]

 

SELENGKAPNYA
25 Juli 2024

Entaskan Kemiskinan, Lazismu Jalin Sinergi Dengan Pemerintah Kota Parepare

PAREPARE– Kemiskinan masih ada di sekitar kita. Dalam kondisi itu, dibagian lain ada kemiskinan ekstrem. Kemiskinan yang masalahnya memerlukan perhatian dan tindakan segera. Oleh karena itu, Lazismu Kota Parepare, Pemerintah Kota Parepare dan beberapa Lembaga Amil Zakat (LAZ) menjalin kolaborasi untuk bersama-sama menurunkan angka kemiskinan ekstrem di kota tersebut.

Momentum 10 Muharram 1446 H, Pemerintah Kota Parepare menggandeng lembaga amil zakat di Kota Parepare untuk bersama-sama meluncurkan program "Bantuan Langsung Berkelanjutan Kepada Masyarakat Miskin Ekstrem Non Produktif".

Program yang diluncurkan di Ruang Pola Kantor Walikota Parepare pada Kamis, 18 Juli 2024 ini diharapkan dapat menurunkan angka kemiskinan ekstrem di kota tersebut. Akbar Ali Pj. Walikota Parepare, menyampaikan bahwa program ini juga merupakan bentuk dukungan implementasi mandatori dari pemerintah pusat untuk menurunkan angka kemiskinan ekstrem.

Secara khusus, Akbar Ali berterima kasih kepada Bappeda Parepare, Kemenag Parepare, BAZNAS Parepare dan LAZ yang terdiri dari Lazismu, Kurir Langit, Wahdah Inspirasi Zakat, dan BM Hidayatullah, yang telah menginisiasi dan berkolaborasi program ini.

"Saya menyebutnya bantuan langsung bagi yang sangat berkebutuhan. Karena menghapus kemiskinan itu memang berat, tapi bagaimana kita bisa saling tolong menolong, gugah sisi kemanusiaan dan kepedulian sosial untuk bersama mengentaskan kemiskinan ini," harapnya.

Program ini mendapat sambutan positif dari Lazismu Kota Parepare. Wakil Ketua Badan Pengurus Lazismu Kota Parepare Bidang Pendayagunaan dan Pendistribusian, Edi Kurniawan berharap agar program ini dapat terus berjalan. Pihaknya juga terus berkomitmen untuk membantu para penerima manfaat.

"Diharapkan nantinya, kegiatan kolaborasi antara Pemerintah Kota Parepare dan Lembaga Amil Zakat akan berkelanjutan, dikarenakan para penerima manfaat kali ini hampir semuanya adalah lansia yang tidak mempunyai penghasilan. Maka dari itu Lazismu Kota Parepare berkomitmen untuk terus mengentaskan kemiskinan," ujar Edi Kurniawan.

Program kolaborasi tersebut akan diimplementasikan melalui pemberian bantuan langsung berupa uang tunai (natura) senilai Rp. 400.000 per orang dan per bulan secara berkelanjutan sampai dengan penerima bantuan dapat membiayai dirinya sendiri untuk bisa produktif.

Jumlah sasaran miskin ektrem di Parepare saat ini ada 171 orang, terbagi 84 orang atau 49,12 persen di antaranya merupakan lansia, disabilitas dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) atau sasaran yang non-produktif sehingga diperlukan bantuan langsung dalam penanganannya.

[Komunikasi dan Digitalisasi Lazismu PP Muhammadiyah/Cahaya Anita]

SELENGKAPNYA
24 Juli 2024

Reformulasi Pelatihan Keagamaan, Kemenag dan Lazismu Tandatangani MoU Untuk Cerdaskan Umat Lewat Filantropi Keagamaan

 

JAKARTA -- Urusan keagamaan bertalian erat dengan umat dan kebutuhannya yang perlu dijawab dengan pelayanan yang mencerdaskan. Untuk mendengar kebutuhan itu, Kementerian Agama (Kemenag) perlu berkolaborasi dengan lembaga keagamaan dan organisasi keagamaan melalui pelatihan keagamaan berkelanjutan dengan pola kemitraan pemerintah dan masyarakat.

Pendekatan yang mengedepankan kolaborasi antarumat beragama dan lintas organisasi keagamaan merupakan modal penting. Karena itu, menurut Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Suyitno, landasan filosofis dibutuhkannya reformulasi pelatihan keagamaan adalah tugas dan fungsi Kemenag yang hakiki berhubungan dengan urusan keagamaan.

Demikian disampaikan Suyitno dihadapan para perwakilan organisasi keagamaan, lembaga keagamaan, dan unit eselon II di lingkungan Kemenag yang hadir dalam agenda Penandatanganan Kerja Sama dan Nota Kesepahaman Perluasan Akses Pelatihan Keagamaan Berkelanjutan, di Jakarta, Senin (22/7/2024).

“Inilah yang akan menjadi sasaran utama pelatihan keagamaan,” imbuhnya seraya memberikan arahan. Menurut Suyitno, pelatihan keagamaan harus based on organisasi masyarakat dan bimbingan masyarakat yang sesuai dengan agamanya. Bukan berdasarkan kebutuhan widyaiswara atau pusdiklat.

“Oleh karena itu, Balitbang Diklat harus mendengar kebutuhan umat. Apakah pelatihan masih relevan dan berdampak, sebab antara input, proses, dan output harus linear,” paparnya.

Balitbang Diklat perlu mengkontektualisasikan pelatihan dari sisi materi, sisi widyaiswara, hingga sisi media pembelajaran. Proses ini membutuhan kolaborasi sebab yang paling tahu dengan kebutuhan konten pelatihan adalah pemangku kepentingan terkait.

“Mengingat pentingnya proses ini, kami secara serius menggandeng seluruh mitra strategis dengan penandatanganan MoU dan MoA. Pelatihan tidak boleh stagnan, harus terus mengikuti perkembangan kebutuhan dan zaman,” tuturnya.

Lebih lanjut, Suyitno memaparkan bahwa Balitbang Diklat sedang merancang pemetaan untuk menggali potensi filantropi keagamaan. Profiling filantropi bisa juga digunakan untuk cost sharing pelatihan keagamaan.

“Harapannya umat akan tercerahkan secara maksimal lewat pelatihan yang terstruktur. Kita perlu menyiapkan pelatihan keagamaan yang terstandarisasi,” katanya. Balitbang Diklat ingin merumuskan standar nasional layanan keagamaan. Standarisasi tersebut akan mendorong pembangunan bidang keagamaan yang lebih terstruktur.

Sebagai langkah kolaborasi yang dipaparkan Kemenag, Ketua Badan Pengurus Lazismu Pusat, Ahmad Imam Mujadid Rais, mengatakan ada beberapa poin penting di sana terutama terkait dengan filantropi keagamaan yang bisa berbagi program dalam pelatihan keagamaan.

Mewakili Lazismu, kami mengapresiasi kerjasama untuk pengembangan sumber daya manusia, khususnya amil. “Pemerintah melalui Kemenag dan ormas Islam serta lembaga filantropi dapat menjangkau isu-isu konkret terhadap layanan keumatan,” pungkasnya.

Pendekatan kolaboratif ini, kata Mujadid Rais, dapat dilakukan dengan pengembangan kurikulum pembelajaran, peningkatan kompetensi, pemanfaatan sumber daya, dan pelaksanaan pengembangan pelatihan keagamaan yang bisa disinergikan dengan filantropi keagamaan.

Harapannya, pendampingan oleh pusdiklat bagi para amil di daerah terluar, terdepan dan tertinggal (3T) bisa dilakukan untuk kompetensi amil dan pengelola lembaga amil zakat agar ada peningkatan akses. Mujadid Rais menilai, aspek ini yang dirasa masih kurang untuk kawasan 3T selama ini.

Demikian ditegaskan Ahmad Imam Mujadid Rais, setelah melakukan penandatanganan nota kesepahaman antara Badan Penelitian dan Pengembangan dan Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Agama Republik Indonesia dan Lazismu tentang Pengembangan Sumber Daya Manusia Bidang Zakat.   

Selain Lazismu, hadir juga lembaga keagamaan lainnya untuk penandatanganan, antara  lain, Pramana dari Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), Wisnu Bawa Tenaya dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Budi S. Tanuwibowo dari Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (MATAKIN) dan Rahmat Hidayat dari Dewan Masjid Indonesia (DMI).  

Sementara itu, seperti disampaikan Humas Kementerian Agama ada Daftar Unit Kerja Eselon II Kementerian Agama yang telah menandatangani Perjanjian Kerja Sama dengan Kepala Pusdiklat Teknis (untuk unit lain akan menyusul pada kesempatan berikutnya), yaitu Direktur Urusan Agama Kristen  - Amsal Yowei, Direktur Urusan Agama Hindu – IGM Sumartha, Direktur Urusan Agama Katolik – Aloma Sarumaha, Direktur Urusan dan Pendidikan Agama Buddha – Nyoman Suriadarma dan Kepala Pusat Bimbingan dan Pendidikan Konghucu – Susari.

Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Mastuki mengatakan rencana penandatanganan diawali dengan komunikasi dan audiensi secara langsung kepada para stakeholder guna mendapat insight serta masukan terkait rencana reformulasi kurikulum pelatihan keagamaan berkelanjutan dengan pola kemitraan pemerintah dan masyarakat.

“Pelatihan keagamaan yang diselenggarakan Balitbang Diklat masih minim, sehingga layanan keagaman yang menjadi core business Kemenag sebagai program prioritas belum maksimal,” ungkapnya. Menurut Mastuki, pelatihan masih terbatas sehingga belum bisa melayani umat secara maksimal, serta lembaga keagamaan yang menjadi mitra strategis dari Kemenag.

Menyikapi hal tersebut, Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan meluncurkan pelatihan digital keagamaan melalui Massive Open Online Course (MOOC) Pintar. Namun masih ada kendala terkait konten spesifik terkait pelatihan keagamaan.

“Ke depan, kami akan mengekspansi pelatihan keagamaan dengan menggandeng mitra keagamaan. Sebab sejatinya mitra strategis tersebut perlu mendapatkan dukungan agar dalam penyusunan konten pelatihan lebih sesuai dengan kebutuhan umat,” tuturnya.

Hadir pada kesempatan tersebut, Ketua Umum Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya mewakili stakeholder yang menyampaikan apresiasi terselenggaranya Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama dan Nota Kesepahaman. Menurutnya, kehadiran organisasi masyarakat keagamaan dan bimas berbagai agama merupakan wujud nyata dari kebhinekaan.

“Kolaborasi antara ormas keagamaan dan pemerintah perlu dijalin dengan baik agar dapat berkontribusi sesuai bidangnya. Kerja sama lintas agama bertujuan membangun manusia rohani, jasmani, dan sosial,” ucapnya.

“Kolaborasi juga akan meningkatkan kualitas SDM yang rukun, guyub, dan toleran sebagai cerminan anak bangsa. Inilah yang ingin kita tuju bersama,” pungkasnya.

 [Komunikasi dan Digitalisasi Lazismu PP Muhammadiyah]

SELENGKAPNYA
23 Juli 2024

Lazismu Kota Palembang dan RCI Bersinergi Dalam Program Belajar Untuk Duafa

PALEMBANG -- Rumah Cahaya Indonesia (RCI) dan Lazismu Kota Palembang menjalin kerjasama untuk mensinergikan program belajar bagi masyarakat kurang mampu atau masuk kategori mustahik zakat. Kerjasama ini terjalin melalui kunjungan silahturahim yang dilakukan RCI ke Lazismu Palembang pada tanggal, 15 Juli 2024.

Kunjungan ini bertujuan untuk memperkenalkan RCI kepada Lazismu Kota Palembang dan mendiskusikan potensi kerjasama dalam program-program sosial. Kedua organisasi sepakat untuk bersinergi dalam program belajar yang akan diperuntukkan bagi masyarakat yang masuk kategori mustahik zakat, khususnya anak-anak yang tamatan SMA/MA/SMK yang mungkin belum berkesempatan kuliah atau butuh skill atau keahlian tertentu.

Program belajar dari RCI ini akan menawarkan kelas Desain Grafis, Menjahit, Fotografi, dan Digital Marketing. Kelas-kelas ini diharapkan dapat memberikan bekal keterampilan yang dibutuhkan para peserta untuk memasuki dunia kerja atau membuka usaha sendiri.

Hadir pada kesempatan ini dari RCI adalah Juljas Wakil Ketua RCI, Robi Alumni RCI dan saat ini diamanahkan jadi tim media di RCI serta Uda Fajar instruktur Digital Marketing. Dari Lazismu Kota Palembang hadir Ketua Lazismu Palembang Kgs.M Fahmi, Sekretaris Diky Wijayanto, Andiwijaya Wakil Ketua Lazismu, Wakil Ketua bidang program , Fajir Wakil Ketua bidang Fundrasing.

Kgs.M Fahmi, Ketua Lazismu Palembang, menyambut baik kerjasama ini dan berharap program belajar RCI dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Palembang. "Kami sangat senang dapat bekerjasama dengan RCI dalam program ini. Lazismu selalu berkomitmen untuk membantu masyarakat kurang mampu, dan kami yakin program ini akan memberikan mereka bekal yang mereka butuhkan untuk meraih masa depan yang lebih baik," ujarnya.

Juljas, Wakil Ketua RCI, juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Lazismu Palembang atas dukungannya. "Kami sangat berterima kasih kepada Lazismu Kota Palembang atas kerjasama ini. Kami yakin dengan sinergi ini, program belajar RCI dapat menjangkau lebih banyak masyarakat yang membutuhkan," tuturnya.

Kerjasama antara RCI dan Lazismu Kota Palembang ini merupakan contoh nyata dari komitmen kedua organisasi untuk membantu masyarakat kurang mampu. Dengan menyediakan program belajar yang berkualitas, diharapkan program ini dapat membantu para peserta untuk meningkatkan taraf hidup mereka dan membangun masa depan yang lebih cerah.

[Komunikasi dan Digitalisasi Lazismu PP Muhammadiyah/Andi Wijaya]

SELENGKAPNYA
22 Juli 2024
LAZISMU adalah lembaga zakat nasional dengan SK Menag No. 90 Tahun 2022, yang berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan dana zakat, infaq, wakaf dan dana kedermawanan lainnya baik dari perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi lainnya. Lazismu tidak menerima segala bentuk dana yang bersumber dari kejahatan. UU RI No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

Alamat

Jl. Menteng Raya No.62, RT.3/RW.9, Kb. Sirih, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10340
Jl. Jambrut No.5, Kenari, Kec. Senen, Jakarta Pusat 10430
info@lazismu.org
0213150400
0856-1626-222
Copyright © 2025 LAZISMU bagian dari Persekutuan dan Perkumpulan PERSYARIKATAN MUHAMMADIYAH
cross