

MADIUN – Proses pembangunan Masjid At-Tholhah telah selesai dilaksanakan sebagai bagian program kemaslahatan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). Peresmian dan serah terima dilakukan oleh Kepala Badan Pelaksana Badan Pengelola Keuangan Haji Fadlu Imansyah kepada takmir Masjid At-Tholhah pada Sabtu, (13/12/2025), yang menjadi peristiwa bersejarah bagi peningkatan syiar Islam di Kabupaten Madiun.
Peresmian Masjid At-Tholhah yang berada di Dusun Mojorejo, Desa Klitik, Kecamatan Wonoasri, dihadiri Bupati Madiun Hari Wuryanto, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Muhadjir Effendy, Sekretaris Badan Pelaksana BPKH Ahmad Zaky, Ketua Badan Pengurus Lazismu Pusat Ahmad Imam Mujadid Rais, Direktur Utama Lazismu Pusat Ibnu Tsani, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Madiun Agus Tricahyo, Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Caruban Mukhlis, Camat Wonoasri Maskuryatim, Kapolsek Wonoasri Eka Supriyadi dan Danramil Wonoasri Muslikin.
Bupati Madiun Hari Wuryanto menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada semua pihak, yang telah memberi kontribusi nyata sehingga masjid ini bisa berdiri dengan megah. Hari berharap Masjid At-Tholhah dapat dioptimalkan peran dan fungsinya sehingga memakmurkan masjid dapat diisi tidak hanya dengan kegiatan ibadah, melainkan dengan kegiatan kajian ilmu dan program kemasyarakatan yang berkelanjutan.
“Semoga masjid ini bisa menjadi laboratorium akhlak bagi generasi muda Kabupaten Madiun, menumbuhkan nilai-nilai toleransi, moderasi beragama, dan persatuan,” pungkasnya.
Kepala Badan Pelaksana Badan Pengelola Keuangan Haji Fadlu Imansyah mengakui baru pertama kali ke Madiun. Hari ini, katanya, hadir meresmikan agar masjid ini dapat terus di makmurkan. Lazismu yang menjadi miitra dan membangun masjid ini.
“Momen istimewa dan meresmikan masjid ini tidak sekadar bangunannya tapi masjidnya megah dan kokoh kendati perlu ada perluasan ke depannya akan terus kita dukung dan bantu”, katanya. Ia mengharapkan masjid ini ramai oleh para jamaah dipenuhi doa dan harapan sehingga ramai bukan saat peresmian tapi di hari biasa dan bulan puasa penuh dengan keberkahan.
Hal ini bagian dari ikhtiar BPKH untuk program kemaslahatan yang langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Mjudah-mudahan ibadahnya nyaman terutama ada madrasah di samping masjidnya dan tempat belajar yang menyenangkan sehingga menguatkan silaturahim.
Keberhasilan masjid At-Tholhah di bangun atas kolaborasi banyak pihak dan Lazismu serta mitra kemaslahatan yang membersamai dari awal sejak April hingga Oktober. Masjid yang makmur, sambung Fadlu sebagai cerminan umat yang kuat.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Muhadjir Effendy mengatakan suatu saat masjid ini sebagai tempat yang representatif untuk dakwah, terima kasih kepada bupati Madiun atas atensinya yang besar sehingga masjid ini berdiri megah.
“Dari Lazismu juga membantu daerah sini terutama untuk pemberdayaan dan upaya memakmurkan masjid masih membutuhkan dukungan”, ungkapnya. Seiring waktu, akan kita desain untuk semua kegiatan yang strategis seperti pengajian dan kultum. Yang paling penting, kata Muhadjir, ada semangat kebersamaan seperti yang sudah dirintis para pendahulunya. Selain itu, ada semoiga ada program pemberdayan dari Lazismu di masjid ke depannya secara bertahap.
Membersamai peresmian tersebut, Ketua Badan Pengurus Lazismu Pusat Ahmad Imam Mujadid Rais bersyukur bahwa pada malam hari ini bisa ikut meresmikan dan silaturahim dengn masyrakat di Madiun. “Pada kesempatan ini ternyata ada rumah orang tua kami dan bisa bersilaturahim dengan Bapak Muhadjir Effendy”, tandasnya.
Kolaborasi Lazismu dan BPKH sudah berjalan kurang lebih tujuh tahun. Kolaborasi untuk memberikan manfaat kepada umat, mudah-mudahan bisa terus memberikan kemaslahatan. Masjid ini dibangun selama 6 bulan dengan proses yang dimulai dari asesmen lapangan sejak Oktober 2024.
“Secara teknis pembangunannya berjalan enam bulan dengan alokasi anggaran cukup besar senilai Rp 2 miliar. Alhamdulillah dikerjakan bersama oleh mitra terpercaya yaitu Mentari Prima Niaga dari Yogyakarta”, pungkasnya. Dari April sampai Oktober 2025, tentu saja ada proses yang panjang.
Selama itu pula kami berkoordinasi dan berkonsultasi dengan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Muhadjir Effendy dan BPKH untuk sama-sama menuntaskan pembangunan masjid ini. Alhamdulillah kita saksikan hasilnya semoga bisa bermanfaat untuk masyarakat secara umum di Madiun khususnya di Kecamatan Wonoasri.
[Kelembagaan dan Humas Lazismu Pusat]

SURAKARTA -- Lazismu Kota Solo menggelar kegiatan Pra Rapat Kerja Daerah (Pra Rakerda) pada Ahad (14/12/2025). Kegiatan berlangsung di Ruang Sidang Badan Pengurus Harian (BPH) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dan dihadiri oleh Dewan Pengawas Syariah, Badan Pengurus, serta Badan Eksekutif Lazismu Kota Solo.
Pra Rakerda menjadi forum strategis mengevaluasi kinerja dan keuangan Lazismu Kota Solo tahun 2025 sekaligus merumuskan arah kebijakan dan target penghimpunan tahun 2026. Ketua Badan Pengurus Lazismu Kota Solo, Reynal Falah, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas dedikasi seluruh amil dan relawan.
Ia mengatakan capaian penghimpunan dan penyaluran hingga November 2025 merupakan hasil kerja kolektif dan meningkatnya kepercayaan masyarakat. “Alhamdulillah, berkat kerja keras seluruh amil dan relawan, Lazismu Kota Solo mampu memenuhi target penghimpunan dan penyaluran hingga bulan November 2025,” ujar Reynal.
Reynal juga menyoroti berbagai inovasi yang telah dilakukan, salah satunya Program Sepatu untuk Negeri yang dinilai berhasil mendorong partisipasi masyarakat secara luas. Selain itu, kepercayaan publik juga tercermin dari capaian penggalangan dana peduli bencana. Hingga saat ini, Lazismu Kota Solo telah menghimpun dana kebencanaan sebesar Rp 444.654.401.
Paparan laporan kinerja dan keuangan tahun 2025 disampaikan Wahid Hamdani, Manager Eksekutif Lazismu Kota Solo. Dalam laporannya, Wahid menjelaskan tren pertumbuhan penghimpunan selama delapan tahun terakhir yang menunjukkan peningkatan signifikan. Pada 2025, realisasi penghimpunan tercatat sebesar Rp14.224.495.425, melampaui target Rp14.060.000.875 atau mencapai 102 persen.
Wahid juga memaparkan capaian penyaluran zakat dan infak. Penyaluran zakat tahun 2025 mencapai Rp1.788.880.041, yang mayoritas dialokasikan untuk asnaf fakir miskin, disusul fisabilillah, amil, ibnu sabil, gharimin, dan kebutuhan administrasi perbankan. Sementara itu, penyaluran infak tercatat sebesar Rp12.636.135.387, dengan porsi terbesar pada pilar sosial-dakwah, disusul pilar kurban, pendidikan, kesehatan, kemanusiaan, kelembagaan, dan ujrah amil.
Pada sesi evaluasi, anggota Dewan Pengawas Syariah Lazismu Kota Solo, Agung Nur Probohudono, memberikan catatan strategis terhadap kinerja tahun 2025. Ia menilai capaian penghimpunan Lazismu Kota Solo sudah sangat positif, namun masih memerlukan penguatan dari sisi struktur dan keberlanjutan.
“Secara umum, total penghimpunan Lazismu Kota Solo tahun 2025 sangat signifikan. Namun, struktur penghimpunan masih didominasi oleh infak, sementara potensi zakat masih cukup besar untuk terus dioptimalkan,” ujarnya.
Menurut guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo ini, pola penghimpunan juga masih sangat dipengaruhi faktor musiman. “Lonjakan penghimpunan pada bulan Ramadan sangat tinggi, sementara pada bulan-bulan non-Ramadan relatif datar. Ini menunjukkan perlunya strategi penghimpunan yang lebih berkelanjutan dan tidak semata berbasis momentum,” jelasnya.
Terkait penyaluran, Agung menilai pilar sosial-dakwah masih menjadi dominan. “Ke depan, porsi program ekonomi dan produktif perlu diperkuat agar dana ZIS tidak hanya bersifat karitatif, tetapi juga mampu mendorong kemandirian mustahik,” tambahnya.
Pra Rakerda kemudian dilanjutkan dengan pembahasan laporan, evaluasi, serta penyusunan target dan rencana strategis tahun 2026. Dalam forum tersebut, Lazismu Kota Solo menyepakati target penghimpunan sebesar Rp20 miliar pada tahun 2026.
Menanggapi target tersebut, Reynal menyatakan optimisme. “Dengan ikhtiar yang terencana, inovasi berkelanjutan, dan dukungan masyarakat, semoga target penghimpunan Rp 20 miliar pada tahun 2026 dapat tercapai,” ujarnya.
Melalui Pra Rakerda ini, Lazismu Kota Solo meneguhkan komitmen untuk terus meningkatkan profesionalisme pengelolaan ZIS serta memperluas dampak sosial bagi umat dan masyarakat.
[Kelembagaan dan Humas Lazismu Pusat/M. Arifin]

ACEH - Lazismu Kantor Layanan (KL) Gunung Meriah, Aceh Singkil, dalam respons tanggap darurat terhadap warga terdampak bencana menunjukkan kepedulian dan solidaritas kemanusiaan dengan menyalurkan bantuan di Kabupaten Aceh Tamiang, pada Sabtu (13/12/2025).
Aksi kemanusiaan dalam pilar program Indonesia Siaga tersebut merupakan respons cepat Lazismu KL Gunung Meriah atas musibah banjir yang melanda sejumlah kecamatan di Aceh Tamiang beberapa waktu lalu.
Bencana tersebut menyebabkan lumpuhnya aktivitas warga serta meningkatnya kebutuhan dasar masyarakat terdampak. Ketua Lazismu KL Gunung Meriah–Aceh Singkil sekaligus Ketua Tim Relawan, Muharry, mengungkapkan bahwa penyaluran bantuan ini merupakan wujud nyata kepedulian masyarakat Aceh Singkil kepada saudara-saudara mereka yang sedang diuji musibah bencana.
"Bencana tidak mengenal batas wilayah. Ketika Aceh Tamiang terluka, kami di Aceh Singkil ikut merasakannya,” pungkasnya. Bantuan ini bukan sekadar logistik, tetapi amanah kemanusiaan yang dihimpun dari masyarakat untuk meringankan penderitaan saudara-saudara kami di lokasi bencana,” ungkapnya.
Ia menambahkan, Lazismu hadir tidak hanya sebagai lembaga penghimpun dana, tetapi juga sebagai jembatan kepedulian yang menghubungkan tangan-tangan kebaikan para dermawan dengan masyarakat yang membutuhkan uluran bantuan secara cepat dan tepat.
Donasi yang dihimpun dalam aksi kemanusiaan ini tidak hanya berasal dari masyarakat Aceh Singkil, tetapi juga datang dari para dermawan di luar Pulau Sumatra, sebagai bentuk kepedulian lintas daerah terhadap korban bencana di Aceh Tamiang.
Penyaluran bantuan dilakukan melalui kolaborasi dengan berbagai pihak dan difokuskan pada kebutuhan mendesak pasca-bencana. Bantuan yang disalurkan meliputi pakaian layak pakai, air mineral, sembako, obat-obatan, masker, sepatu boot, peralatan mandi, peralatan kebersihan, peralatan dapur, serta genset dan peralatan listrik guna menunjang kebutuhan darurat masyarakat.
Total Bobot Bantuan yang Dikirm Mencapai 8 Ton.
Dalam misi kemanusiaan ini, Lazismu KL Gunung Meriah mengerahkan tiga unit armada operasional, yang disumbangkan secara sukarela oleh Bapak M. Ihsan, Zulkifli Zain dan Fauzan Azim, untuk memastikan bantuan sampai ke lokasi terdampak dengan aman dan tepat waktu.
Sebanyak 9 personel relawan diterjunkan langsung ke lokasi terdampak, yakni: M. Muharry (Ketua Tim), Zulkifli Zain, Fauzan Azim, Hamdani, Ari Dharma, Zikra Arrasyadi, Muammar Fitri Hadi, Herwinsyah Berutu, dan Marwan.
Prosesi pelepasan tim relawan dipimpin oleh Ridhwan Zar selaku Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Gunung Meriah, didampingi oleh Sabarudin Gajah, Ketua Majelis Pelayanan Sosial PCM Gunung Meriah. Kegiatan pelepasan dilaksanakan di halaman Kantor Lazismu KL Gunung Meriah, Jalan Cut Meutia, Tulaan, Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Aceh Singkil.
Melalui aksi kemanusiaan ini, Lazismu KL Gunung Meriah–Aceh Singkil berharap bantuan yang disalurkan dapat membantu meringankan beban masyarakat Aceh Tamiang sekaligus meneguhkan nilai solidaritas, kepedulian, dan persaudaraan lintas wilayah di Provinsi Aceh, Pungkasnya.
[Kelembagaan dan Humas Lazismu Pusat/KL Lazismu Gunung Meriah]

JAKARTA -- Bank BCA Syariah (BCA Syariah) kembali berkolaborasi dengan Lazismu dalam aksi kemanusiaan melalui penyerahan bantuan untuk warga terdampak bencana. Bantuan ini didedikasikan untuk mendukung fase respons dan pemulihan pasca-bencana bagi masyarakat yang terdampak di Sumatera.
Prosesi serah terima bantuan ini berlangsung di Kantor Lazismu Pusat, Jakarta, pada Jum’at (12/12/2025) yang merupakan bagian dari sinergi berkelanjutan antara BCA Syariah dan Lazismu dalam mendukung kesiapsiagaan dan penanganan bencana di Indonesia.
Direktur Penghimpunan & Kerjasama Lazismu Pusat, Mochamad Sholeh Farabi, menjelaskan bahwa penanganan bencana meliputi tiga tahapan utama: mitigasi, respons, dan recovery (pemulihan). Bantuan yang disalurkan, terutama berupa Family Kit, berfokus pada tahap respons.
"Orang tua dari anak-anak yang terdampak di tahap respons ini pasti mengalami trauma yang tinggi, dan hal ini berpotensi besar memengaruhi kondisi psikologis anak," ujarnya. Bantuan Family Kit ini bertujuan untuk mengalihkan perhatian anak agar tidak larut dalam kesedihan, kata Farabi. Oleh karena itu, memberikan mereka kegiatan positif dan meringankan beban psikososial keluarga menjadi perhatian Lazismu.
Muhammad Fikri Hudaya, Corporate Secretary BCA Syariah, menekankan pentingnya kolaborasi dengan lembaga yang memiliki jangkauan dan pengalaman dalam penyaluran bantuan di lapangan.
"Karena keterbatasan kami untuk menjangkau langsung ke lokasi terdampak, kami membutuhkan mitra LAZ yang kredibel seperti Lazismu," kata Muhammad Fikri. Kami akan terus mendukung program-program kemanusiaan Lazismu sebagai wujud nyata kepedulian sosial BCA Syariah.
Dalam kesempatan itu, Plt Direktur Kelembagaan & Sumber Daya Amil Lazismu Pusat, Mochamad Adi Rosadi, menambahkan bahwa paket Family Kit yang diserahkan sudah disiapkan jauh sebelum bencana di Sumatera terjadi, sebagai bagian dari program kesiapsiagaan Lazismu.
"Kami menyiapkan paket Family Kit ini sebagai bentuk kesiapsiagaan di daerah-daerah yang rawan bencana. Dengan demikian, ketika bencana datang, kami tidak perlu menghabiskan waktu lama untuk mempersiapkan dan bantuan bisa langsung diberikan," jelasnya.
Ia juga menjelaskan bantuan tersebut dikemas dalam bentuk boks kabimet dengan alasan fungsionalitas. "Kenapa kami bungkus dengan boks? Supaya setelah digunakan, boks tersebut masih bisa dimanfaatkan oleh keluarga untuk menaruh dokumen penting, pakaian, atau barang-barang berharga lainnya," tambahnya.
Mengakhiri acara serah terima, Muhammad Fikri Hudaya menyampaikan ucapan terima kasih dan harapan. "Mudah-mudahan donasi kita juga semakin banyak datang dari masyarakat, dan kami akan selalu mendukung kegiatan kemanusiaan Lazismu," tutupnya.
[Kelembagaan dan Humas Lazismu Pusat]

JAKARTA – Bantuan untuk para penyintas bencana baniir bandang dan tanah longsor di Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat masih terus digalang oleh Lazismu di seluruh tanah air. Relawan telah diterjunkan melalui One Muhammadiyah One Response (OMOR) untuk melakukan respons darurat.
Akibat bencana Hidrometeorologi itu, pada Jum’at (12/12/2025), Presiden Direktur Bank Aladin Syariah, Koko Tjatur Rachmadi, menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk masyarakat terdampak bencana di Aceh, Sumut dan Sumbar.
Bantuan kemanusiaan tersebut secara simbolis diserahkan oleh Presiden Direktur Bank Aladin Syariah, Koko Tjatur Rachmadi kepada Bendahara Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hilman Latief. Turut hadir Ketua Badan Pengurus Lazismu Pusat Ahmad Imam Mujadid Rais, Direktur Digital Banking Bank Aladin Syariah Arief Satrio Putra, Ibnu Tsani Direktur Utama Lazismu Pusat serta jajaran pimpimpinan terkait.
Hilman Latief mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan Bank Aladin Syariah kepada Muhammadiyah yang selanjutnya bantuan ini akan dikelola Lazismu dalam pilar program Indonesia Siaga.
“Ini semangat gotong-royong. Melatih keterlibatan bersama – sama karena kalau bencana diibaratkan ada satu situasi paling sulit dilalui atau sulit dilakukan. Jadi keterlibatan (engagement) ini yang kita kuatkan”, jelasnya. Maka perlu perjuangan dan mesti kita lakukan bersama – sama, sambung Hilman.
Koko Tjatur Rachmadi kagum apa yang telah dilakukan oleh Muhammadiyah. “Sungguh kagum dengan ide sederhana Muhammadiyah terutama di minggu ini Ketua Umum menyatakan ada infak Jum’atan,” pungkasnya. Idenya simpel di masjid-masjid Muhammadiyah dan ternyata terkumpul miliaran, bayangkan ada 200 juta muslim, tandasnya.
Jadi lanjut Koko, Bank Aladin Syariah juga punya peran dan tanggung jawab selain edukasi dan sosialisasi keuangan syariah, yaitu tentang konsep digital yang secara ekosistem mendukung kedewasaan digitalisasi bagi para pengguna. Salah satunya dengan memberikan bantuan kemanusiaan ini.
“Aladin hadir dalam konsep digital yang didukung 25 ribu gerai minimarket modern seperti Alfamart dan Alfamidi,” pungkasnya. Keberuntungan ini yang perlu dibuka pintunya untuk bersinergi dengan Muhammadiyah yang ada ekosistemnya.
Hilman mengungkapkan secara tidak langsung dapat belajar dari model bisnis ini. Poin pentingnya ada banyak pilar program di Lazismu yang bisa dikolaborasikan dari pendidikan, kemanusiaan dan lainnya termasuk wakaf.
Program pendidikan misalnya poin penting itu terkait pesantren sains atau ekosaintek yang sedang dirintis Muhammadiyah. Yang di dalamnya kata Hilman, ada segmen yang menjadi bagian untuk berkontribusi dan output kerja sama meski ada program pendidikan lainnya, seperti beasiswa.
Sekali lagi, kami mengucapkan terima kasih, sambut Hilman. Kami akan komitmen agar bantuan yang diberikan ini melalui Lazismu dan semakin ada nilai manfaatnya. Peran dan tugas kita ketika ada kesulitan seperti mereka yang terdampak bencana adalah membantunya.
[Kelembagaan dan Humas Lazismu Pusat}

JAKARTA – Lazismu dan PT Bank Negara Indonesia (BNI) menggelar Workshop Penyusunan Peta Jalan Program Pekerja Migran Indonesia (PMI), Kontribusi dari Ekosistem Persyarikatan Muhammadiyah yang berlangsung selama dua hari, 10 – 11 Desember 2025, di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta.
Melalui workshop ini, Ketua Badan Pengurus Lazismu Pusat, Ahmad Imam Mujadid Rais mengatakan dalam sambutannya bahwa ketika isu pekerja migran Indonesia (PMI) menjadi sumber kajian, kami berpikir dari aspek apa dan bagaimana Lazismu bisa berkontribusi.
Perihal pekerja migran pada aspek penerima zakat (asnaf) masuk dalam kategori riqob. “Artinya budak, sementara budak sudah tidak ada,” katanya. Makna riqob dalam kajian dan putusan tarjih telah diperluas.
Yang terjadi sekarang pekerja migran ada yang masih teraniaya, misalnya kontrak kerja yang tidak jelas, upah yang tidak dibayar atau dia lari dari suatu negara yang memerlukan perlindungan hukum.
Dalam kerangka ini Lazismu bisa masuk, kami mulai berpikir dengan melihat fenomena itu dari sisi strategis yaitu membuka akses program keluar dan ada sisi program fundraising yaitu bagaimana bisa dilakukan ke negeri lain salah satunya Australia, Taiwan, dan Hongkong.
Dalam rangka itu, bersama-sama kita diskusikan bagaimana mencari pola dan peta jalan dari workshop ini. “Kerja sama dalam hal ini dari sisi Muhamamdiyah dan BNI serta mitra lain yang hadir tidak sekadar memenuhi target, tetapi bagaimana para pekerja migran harus dibekali keterampilan dan bahasa Jepang yang bagus termasuk aspek produktivitasnya”, jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Senior Vice President Digital Ecosystem Project BNI, Donny Bima Herjuno menyambut positif kerja sama ini dalam membangun kolaborasi dan kami tahu Lazismu besar maka kita bicara lebih spesifik lagi yakni tentang pekerja migran Indonesia.
“BNI cukup lama memfasilitasi keberangkatan pekerja migran Indonesia ke beberapa negara, dan bank BNI memiliki cabang di 8 negara termasuk Tokyo”, katanya sebagai informasi. Selaiin itu, sambungnya, ada cabang di Hongkong dan Singapura, berharap kita bisa berkesempatan membantu pekerja migran Indonesia ke sana.
Kita berharap apa yang bisa didiskusikan dapat berkontribusi untuk ekosistem Lazismu terutama Muhammadiyah. “Lewat workshop kali ini berharap ada ekosistem yang bisa membangun bagi kemaslahatan,” ujarnya.
Ia mengatakan secara khusus dalam kesempatan ini saling menyampaikan apa yang menjadi kebutuhan kita untuk suatu peta jalan dan punya agenda yang jelas. Mungkin tahun depan bisa kita wujudkan dan berkontribusi signifikan bagi pekerja migran Indonesia.
Sekali lagi kami mengucapkan terima kasih kepada Lazismu dan BNI dan para peserta workshop untuk perkembangan selanjutnya dan penyusunan peta jalan pekerja migran Indonesia bisa kita implementasikan.
Adapun peserta yang mengikuti workshop ini antara lain, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, BNP2TKI, P2PMI RI, LPK Bahana Inspirasi Muda, LPK Serbaindo Group, MBS Ki Bagus Hadikusumo, SMK Muhammadiyah Cileungsi, dan SMK Kota Tangerang Selatan, Lazismu dan BNI.
[Kelembagaan dan Humas Lazismu Pusat]



Momen tahun baru Hijriyah selalu menjadi penyemangat tahunan khususnya dalam merefleksikan kebangkitan umat Islam. Banyak umat Islam yang menjadikan refleksi hijrah ini dengan semangat untuk menegakkan syariat Islam, Islam kaffah, bahkan Negara Islam. Karena itu, pada tahun baru Hijriyah ini redaksi IBTimes.ID berkesempatan mewawancarai Kiai Hamim Ilyas, ulama sekaligus Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah yang dikenal memiliki gagasan cemerlang tentang pembaruan Islam. Bagaimana kira-kira pandangan beliau tentang makna hijrah di zaman ini, berikut wawancaranya.
Hijrah di zaman Nabi identik dengan migrasi, pindah dari satu daerah untuk menetap di daerah yang lain. Ketika ayat itu turun pada tahun ke-2 H praktiknya adalah pindah dari Mekah ke Madinah. Kemudian setelah ada orang yang dari kawasan jazirah Arab lain yang masuk Islam, maka prakteknya pun berkembang meliputi migrasi dari kawasan itu yang tidak aman bagi Muslim juga ke Madinah. Karena ketidakamanan itu dialami muslim di wilayah yang dikuasai non-muslim, maka hijrah dirumuskan sebagai konsep religio-politik dengan pengertian “meninggalkan tempat tinggal di antara kaum kafir dan berpindah ke negara Islam.”
Umat Islam dewasa ini mengalami krisis multi dimensi dan keterpurukan peradaban dan bisa dikatakan relatif sendirian menjadi masyarakat tertinggal setelah masyarakat Tao-Cina dan Hindu-India dalam batas-batas tertentu berhasil melakukan transformasi dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Dahulu sampai abad ke-18 pada zaman negara tradisional dan hubungan antarnegara belum diadministrasikan dengan rapi. Hijrah dengan pengertian geografis karena alasan agama bisa dilakukan antarnegara dengan bebas tanpa menimbulkan dampak yang berarti.
Namun setelah terbentuknya negara modern dan adminsitrasi hubungan antarnegara rapi, hijrah dengan pengertian itu tidak bisa lagi dilakukan dengan bebas. Sekarang ini untuk bisa migrasi eksternal, orang harus memenuhi persyaratan tertentu yang dibuktikan dengan dokumen yang ketat, bahkan juga untuk sekedar masuk ke negara lain. Apabila dia nekat masuk dan tinggal tanpa memenuhi persyaratan sesuai ketentuan hukum yang berlaku, maka dia diperlakukan sebagai kriminal.
Benar, menjadi kriminal sudah barang tentu bukan rahmat Allah yang diharapkan dari melakukan hijrah yang menjadi salah satu keutamaan dalam Islam yang dimaksudkan ayat al-Baqarah, 2: 218. Apabila dilakukan dengan pengertian ini pun harus dilakukan dengan memenuhi persyaratan yang ditentukan supaya muslim tidak menjadi kriminal lantaran melakukan apa yang dipandang sebagai keutamaan dalam agamanya.
Untuk keluar dari keadaan yang mengenaskan ini, menurut saya tidak ada pilihan bagi umat Islam selain harus melakukan transformasi sosial budaya. Maka umat Islam harus berpijak pada doktrin hijrah yang di antaranya terdapat dalam al-Baqarah, 2:218:
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Dalam ayat tersebut, hijrah dijadikan bagian dari trilogi keberislaman. Ayat itu menegaskan bahwa mereka Yang beriman, berhijrah dan berjihad merupakan orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah. Mereka yang memiliki tiga keutamaan dalam Islam itu, menurut Qatadah, menjadi pilihan atau orang-orang terbaik dari umat. Karena itu hijrah sekarang, sebagai bagian dari trilogi keberislaman, tidak mesti dengan pengertian geografis.
Pengertian selain geografis dari hijrah bisa diketahui dari maksud rahmat Allah yang menjadi harapan dari trilogi keutamaan itu di zaman Nabi. Dengan iman sebagai al-`urwah al-wutsqa yang menjadi kekuatan kreatif untuk mewujudkan kebaikan di dunia dan akhirat, hijrah ketika itu pada pokoknya dilakukan oleh Nabi dan para sahabat dengan harapan untuk mendapatkan keamanan, sehingga mereka dapat menjalani kehidupan dalam semua bidangnya, tidak terbatas bidang agama, tanpa gangguan.
Begitu juga dengan jihad yang ketika itu identik dengan perang dilakukan untuk mempertahankan eksistensi secara sosial politik, sehingga dapat diwujudkan stabilitas wilayah yang memungkinkan berkembangnya semua bidang kehidupan itu. Keamanan dan dan ketahanan eksistensi itu merupakan wujud dari rahmat Allah yang mereka peroleh dari hijrah dan jihad yang mereka lakukan berdasarkan keimanan kreatif.
Pada zaman sekarang mewujudkan keamanan dan ketahanan eksistensi masyarakat sudah menjadi tanggung jawab negara. Hanya saja negara tidak dapat mewujudkannya tanpa partisipasi warga. Karena itu sebagai warga negara umat berkewajiban untuk berpartisipasi mewujudkan kemanan masyarakat.
Umat Islam dapat berpartisipasi dengan melakukan hijrah dan jihad, namun sudah barang tentu tidak dalam pengertian geografis dan militer. Apabila mereka melakukannya tetap dengan pengertian lama, maka mereka malah merusak keamanan dan eksistensi sosial-politik mereka sebagai warga masyarakat, yang berarti menyalahi harapan yang ditegaskan dalam al-Baqarah, 2: 218. Tadi saya katakan bahwa keamanan dan ketahanan eksistensi yang diperjuangkan melalui hijrah dan jihad itu dimaksudkan untuk mewujudkan stabilitas yang memungkinkan berkembangnya seluruh bidang kehidupan.
Saat ini, umat Islam dengan keterpurukannya bisa dikatakan hanya mengalami perkembangan ritual. Sementara bidang-bidang kehidupan politik, ekonomi, sosial, pendidikan dan lain-lain tidak berkembang secara baik. Keterpurukan yang parah itu terjadi karena mereka masih menjadi masyarakat tradisional atau paling jauh menjadi masyarakat transisi yang hidup di zaman modern.
Untuk bisa keluar dari keterpurukan itu mau tidak mau mereka harus berubah menjadi masyarakat modern. Sesuai dengan tujuan hijrah itu, maka hijrah yang harus umat Islam lakukan sekarang ini adalah hijrah sosial-budaya dari masyarakat tradisional atau transisi menjadi masyarakat modern. Dalam hijrah menjadi masyarakat modern itu umat harus menanggalkan ciri-ciri masyarakat tradisional atau transisi yang selama ini melekat pada mereka.
Ciri-ciri masyarakat tradisional itu adalah: berorientasi ke masa lalu, menyerah pada takdir, gaya hidup konservatif, maka kebalikannya masyarakat modern (berkemajuan) harus berorientasi pada masa depan, tidak menyerah pada takdir sebelum berusaha, dan gaya hidup yang berkemajuan.
Sebagaimana Nabi dan para sahabat yang hijrahnya ke Madinah tidak dipisahkan dari jihad, maka hijrah umat Islam sekarang juga tidak bisa dipisahkan dari jihad untuk mempertahankan eksistensi sosial-politik. Menurut saya masyarakat sekarang ini eksistensinya terancam jika mereka tidak bisa produksi. Sesuai dengan ini maka jihad yang harus dilakukan umat sekarang adalah jihad produksi. Dalam pengertian membuat, menghasilkan dan meningkatan kegunaan suatu barang dan jasa sehingga dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia, khususnya masyarakat sendiri.
Berhubung masyarakat modern berproduksi dengan mesin, tidak hanya dengan tenaga manusia dan hewan, maka untuk jihad sekarang umat harus menguasai industri dengan segala teknologinya baik untuk skala rumah tangga maupun perusahaan. Menjadi modern dengan menjadi masyarakat yang memiliki ciri-ciri dan kemampuan produksi dengan mesin itu berarti umat memasuki modernitas secara esensial, tidak secara dangkal dengan hanya memiliki sikap kebarat-baratan dalam berbahasa, gaya hidup, pemberian nama dan lain-lain.
Dengan demikian kemodernan tidak membuat mereka kehilangan identitas sebagai Muslim, bahkan malah membuat kemusliman mereka menjadi ideal sebagaimana yang diharapkan al-Qur’an yang sebenarnya mengajarkan tujuh nilai yang menjadi ciri masyarakat modern itu dan memberikan penghargaan produksi dengan mesin seperti yang tergambar dalam penyebutan Nabi Dawud sebagai khalifah.
Melalui pelaksanaan komitmen meneladani Nabi dan hijrah berikut jihad yang menyertainya berdasarkan keimanan kreatif menurut pengertian yang telah dijelaskan di atas itulah, umat bisa mendapatkan rahmat Allah berupa berkembangnya kehidupan yang baik, sehingga menjadi masyarakat yang jaya (`izzah). Hal ini berarti dengan melaksanakan komitmen itu mereka mewujudkan tujuan kerasulan Nabi, yakni mewujudkan rahmat Tuhan berupa hidup baik dengan segala kesejahteraan, kedamaian dan kebahagiannya, bagi diri mereka sendiri pada khususnya dan bagi masyarakat dunia, bahkan bagi seluruh makhluk-Nya pada umumnya.
Baca selengkapnya disini.

Zakat merupakan instrumen jaminan sosial terpenting dalam Islam. Bahwa teori telah mengatakan, zakat akan mengurangi tingkat kemiskinan dan memperkecil kesenjangan pendapatan dalam masyarakat. Persoalan kemiskinan dan kesenjangan masih senantiasa menjadi momok di banyak negara berkembang, termasuk di Indonesia.
Meski pemerintah memiliki keinginan yang cukup kuat untuk melakukan formalisasi zakat di Indonesia. Namun, formalisasi tersebut terus berkembang dan masih mengalami perbaikan dari waktu ke waktu. Zakat telah menjadi instrumen penyeimbang sektor ekonomi keuangan masyarakat atau lebih dikenal dengan istilah al-maliyah al-ijtima’iyah, dari sini zakat perannya sangat penting dan strategis dari sisi tarbiyah maupun menjadi tulang punggung kesejahteraan umat.
Zakat sendiri merupakan instrumen kekayaan dalam ekonomi Islam, yang saat ini pengelolaan manajeman zakat juga mengalami kemajuan, terutama dengan adanya pengelolaan secara profesional dan tidak lagi menggunakan pola konvensional yang hanya mengandalkan azas kepercayaan dan ala kadarnya. Pengelolaan dan distribusi zakat akan sangat menentukan apakah zakat dapat mencapai tujuannya secara efektif dalam rangka pengentasan kemiskinan dan meminimalisisr kesenjangan. Maka dari sinilah zakat perlu dilakukan pengelolaan secara institusional, agar terorganisasi dengan baik pengambilanya dan penyaluranya.
Pertumbuhan zakat, infak dan sedekah (ZIS) di tanah air dalam satu dekade terakhir sangat pesat. Perkembangan ini tidak lepas dari problem kemiskinan dan kesejahteraan pendapatan yang masih menjadi musuh utama negeri ini. Potensi zakat di Indonesia didukung dengan jumlah penduduk muslim yang cukup besar dengan capaian sebesar 80%. Di tahun 2019, potensi zakat di seluruh Indonesia diperkirakan mencapai 233,6 T.
Setiap tahun, penghimpunan zakat nasional mengalami pertumbuhan rata-rata 30,55 persen. Pada 2016, zakat yang berhasil dihimpun organisasi pengelola zakat baik Baznas maupun LAZ adalah sebesar Rp 5.017,29 miliar, dan meningkat menjadi Rp 6.224,37 miliar pada 2017 dan Rp 8.100 miliar pada 2018 (baznas.go.id/szn/2018).
Di sisi lain, Indonesia merupakan negara dengan jumlah lembaga syariah yang cukup besar. Sehingga memberikan dorongan bagi pengelolaan zakat secara professional dan terukur. Sehingga zakat mampu memainkan peranan sebagai instrumen ekonomi Syariah. Peran serta organisasi masyarakat sipil dalam pengelolaan zakat cukup besar. Seperti halnya Muhammadiyah dengan Lazismu dan Nahdlatul Ulama dengan Lazisnu, kedua Lembaga tersebut berperan cukup signifikan, bahkan program pengembangannyapun mampu menyelaraskan kebutuhan masayarakat baik lapisan atas maupun lapisan bawah.
Hal ini menjadi sebuah potensi zakat terkelola dengan baik. Baznas sebagai salah satu badan lembaga amil zakat nasional perlu diberi lagi penguatan dengan peran serta masyarakat. Sehingga, keberadaan Baznas bisa lebih dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas.
Pola manejemen professional pengelolaan zakat memberikan kesempatan bagi banyak pihak untuk terlibat dalam pembangunan kesejahteraan. Program pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan, sehingga memberikan dorongan yang lebih luas terhadap masyarakat untuk mendermakan hartanya kepada organisasi pengelola zakat. Hal ini sekaligus mendorongan pemerintah dalam mengeluarkan bentuk regulasi dan kebijakan terkait institusionalisasi lembaga yang harapannya dapat menciptakan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan daya serap zakat secara efektif.
Pemahaman tentang penghimpunan, pengelolaan dan pendistribusian zakat menjadi pangkal ketidakmampuan konsep zakat memberikan output yang signifikan bagi perbaikan ekonomi umat. Pengelolaan zakat yang tepat, selain mampu memberdayakan kaum miskin juga dapat memutus lingkaran rentenir yang berefek pada lingkaran sosial. Pengelolaan zakat akan dapat secara penuh teraplikasikan bagi kemaslahatan umat.
Terlebih ketika sirkulasi pelaksanaan zakat dilakukan secara masif, maka dampaknya mampu menstimulus pembangunan manusia Indonesia unggul sehingga otomatis menggeser turunnya angka pengangguran serta secara langsung akan berimplikasi pada penurunan angka kemiskinan di Indonesia.
Mengutip desertasi Doktor yang ditulis oleh Patmawati Ibrahim (2006) tentang “Economic Role of Zakat in Reducing Income Inequality and Poverty in Selangor” menunjukkan bahwa zakat telah berhasil mengurangi tingkat kemiskinan dalam berbagai aspeknya. Salah satu adalah segi poverty incidence. Zakat telah menyebabkan tingkat kemiskinan berkurang dari 62% menjadi 47% dari total penduduk fakir dan miskin yang menjadi mustahik zakat.
Keseriusan pemerintah dalam melakukan integrasi pengelolaan zakat harus ditekankan, karena zakat merupakan bagian instrument penting dari kebijakan ekonomi nasional. Melihat potensinya yang cukup besar, pemerintah dipastikan akan mampu memiliki tambahan sumber dana domestik untuk pemberdayaan kelompok miskin, tanpa harus menambah hutang kepada pihak asing.
Penulis: Oktafianti Sonia Wulansari
Selengkapnya baca disini.

Dalam perkembangan ilmu sosial, orang yang miskin bisa dibedakan menjadi dua. Pertama, miskin absolut. Orang yang miskin absolut tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari seperti sandang (pakaian), pangan (makanan pokok), dan papan (tempat tinggal). Kedua, miskin relatif. Misalnya, ia bisa memenuhi kebutuhan pokok, namun tidak bisa memenuhi kebutuhan sekunder seperti sepeda motor, handphone, televisi, mesin cuci, dan barang-barang lain yang orang lain sangat mudah mendapatkannya.
Dari kedua kelompok di atas, manakah yang berhak menerima zakat? Menurut Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, banyak dalil-dalil tentang kemiskinan yang mengaitkan kemiskinan dengan makanan pokok. Berikut contoh-contohnya:
Surat al-Baqarah ayat 184:
وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ (البقرة: ١٨٤)
Artinya: “Dan wajib bagi orang yang menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah (yaitu) memberi makan seorang miskin.”
Surat al-Ma’idah ayat 89:
فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِينَ(المائدة: ٨٩)
Artinya: “Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin.”
Surat al-Ma’idah ayat 95:
أَوْ كَفَّارَةٌ طَعَامُ مَسَاكِينَ( المائدة: ٩٥)
Artinya: “…atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin.”
Surat al-Mujadalah ayat 4:
فَمَن لَّمْ يَسْتَطِعْ فَإِطْعَامُ سِتِّينَ مِسْكِينًا (المجادلة: ٤)
Artinya: “…maka siapa yang tidak puasa (wajib atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin.”
Surat al-Ma’un ayat 3:
وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ (الماعون: ٣)
Artinya: “Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.”
Surat al-Mudasir ayat 44:
وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ (المدثر: ٤٤)
Artinya: “Dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin.”
Surat al-Fajr ayat 18:
وَلَا تَحَاضُّونَ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ (الفجر: ١٨)
Artinya: “Dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin.”
Dengan memperhatikan ayat-ayat yang telah disebutkan di atas, maka dapat dipetik suatu pengertian, bahwa yang disebut orang miskin adalah orang yang masih membutuhkan bantuan makanan. Mafhum muwafaqahnya, tentunya, masih juga membutuhkan bantuan untuk sandang dan papan.
Dengan bahasa yang digunakan oleh Tim PP Muhammadiyah Majelis Tarjih dan Tajdid dalam Buku Tanya Jawab Agama Jilid II halaman 142, orang miskin ialah orang yang pendapatannya di bawah rata-rata keperluan sehari-harinya. Dengan demikian, konsep miskin menurut ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits di atas, cenderung kepada konsep miskin absolut. Dalam konteks pembagian zakat fitrah, maka orang-orang miskin seperti disebutkan di atas yang berhak menerima bagian zakat fitrah.
Sumber: Fatwa Tarjih

