

PANGKALPINANG -- Lazismu Kepulauan Bangka Belitung (Babel) sukses menyelenggarakan Bimbingan Teknis (Bimtek) Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis Sistem Informasi Manajemen (SIM) untuk pertama kalinya di wilayah Sumatera, pada Kamis (18/9/2025).
Kegiatan ini menjadi tonggak penting dalam upaya digitalisasi dan transparansi pengelolaan dana zakat, infak, dan sedekah (ZIS) di lingkungan Lazismu se-Sumatera. Acara dibuka secara resmi oleh Ketua Badan Pengurus Lazismu Pusat Ahmad Imam Mujadid Rais, yang dalam sambutannya untuk tetap istikomah dalam ucapan dan perbuatan sebagai bentuk membangun kebersamaan dalam mengelola gerakan zakat.
Demikian Mujadid Rais mengutip Surat Ash-Shaff ayat 6 agar konsistensi dalam dakwah, merapikan barisan dan saling menguatkan. Heru mengucapkan terima kasih kepada Lazismu Pusat atas kepercayaannya kepada Lazismu Kepulauan Babel sebagai tuan rumah pelatihan SIM ini.
Tak lupa kami sampaikan juga ucapan terima kasih kepada DPS, BP, tim eksekutif, dan para relawan atas kerja kerasnya menyukseskan acara ini. “Semoga kegiatan ini menjadi langkah awal optimalisasi penghimpunan dana, khususnya dari lingkungan internal Muhammadiyah di tingkatan PCM dan sekolah-seklah agar manfaatnya semakin besar” ujarnya.
Direktur Keuangan dan Inovasi Lazismu Pusat, Edi Suryanto, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan pelatihan luring keempat setelah Kalimantan Barat, serta telah dilaksanakan dua kali sebelumnya secara daring. Ia menekankan penerapan SIM akan membuat pengelolaan keuangan Lazismu lebih transparans, akuntabel, dan mudah diaudit.
“Dengan adanya SIM, mulai dari penyusunan RAPB, penghimpunan, penyaluran, hingga pelaporan akan berjalan lebih sistematis. Hal ini akan memudahkan proses pengawasan, baik oleh auditor independen maupun audit syariah. Target kami, seluruh Lazismu daerah tahun 2025 sudah menggunakan SIM,” jelasnya.
Kegiatan ini turut dihadiri tokoh senior Muhammadiyah setempat, Ayahanda Warsongko, yang memberikan apresiasi terhadap pelaksanaan pelatihan. Ia mengingatkan bahwa profesi Amil merupakan amanah mulia yang disebutkan langsung dalam al-Qur’an.
“Jadikan profesi Amil sebagai ladang amal dan kebahagiaan, bukan sekadar pekerjaan. Pelatihan ini sangat bermanfaat untuk memperkuat kapasitas amil di daerah, sehingga kepercayaan publik terhadap Lazismu terus meningkat,” ungkapnya.
Menutup rangkaian pembukaan, Ketua Badan Pengurus Lazismu Pusat, Ahmad Imam Mujadi Rais, menyampaikan pesan inspiratif mengenai pentingnya profesionalisme dan ketertiban administrasi. Mujadid Rais kembali menegaskan nilai yang terkandung dalam Surat Ash-Shaff sebagai cermin dalam menjalankan amanah publik.
“Ayat itu mengingatkan kita agar tidak hanya berkata, tetapi juga bergerak dan tertib, khususnya dalam penyusunan RAPB dan laporan keuangan. Laporan yang rapi bukan hanya kebutuhan internal, tetapi juga tanggung jawab kepada publik. Terima kasih kepada Lazismu Babel yang telah menjadi pelopor pelatihan SIM pertama se-Sumatera,” tegasnya.
Dengan semangat kolaborasi dan komitmen tinggi terhadap akuntabilitas, Bimtek ini diharapkan dapat memperkuat kapasitas SDM amil di daerah, meningkatkan kepercayaan publik, sekaligus menjadi momentum transformasi digital Lazismu dalam pengelolaan dana umat di tingkat regional.
[Kelembagaan dan Humas Lazismu Pusat/Lazismu Babel]

BANYUMAS – Di kota Satria, Lazismu Banyumas mewarnai medan gerakan filantropi yang cukup populer. Sejak berdiri pada 2010, program-program kreatifnya memberikan nilai manfaat bagi masyarakat sekitar. Ditopang dengan manajemen satu atap, pengelelolaan dana zakat, infak dan sedekah diracik dengan spirit budaya penginyongan yang progresif.
Beberapa amil dari daerah lain datang saling mengisi, melengkapi dan belajar silih berganti. Seperti yang dilakukan Lazismu Ponorogo, bertandang ke Lazismu Banyumas di bilangan jalan dr. Angka, Purwokerto, pada, Jum’at (19/25/2025). Hadir dalam kunjungan ini dari Lazismu Ponorogo antara lain, M. Syafrudin (Ketua PDM), Rudianto (Sekretaris PDM), Sunarto (Bendahara PDM), Sigit (Direktur Lazismu Ponorogo) dan lainnya.
Kunjungan berlangsung di Kantor Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Banyumas, yang disambut langsung oleh Ketua PDM Banyumas Djohar, Direktur Lazismu Banyumas Amrulloh Sucipto Aji, dan para manager serta amil lainnya.
Perwakilan rombongan dari Lazismu Ponorogo, Sigit, menyampaikan apresiasinya atas kesempatan berbagi pengalaman tersebut. Menurut Direktur Lazismu Ponorogo ini, kunjungan kali ini merupakan langkah strategis dalam memperkuat silaturahim sekaligus meningkatkan kapasitas kelembagaan.
Melalui agenda studi tiru ini, berharap dapat memperkuat sinergi dalam mengembangkan gerakan filantropi Islam, sehingga pengelolaan ZIS dapat semakin memberikan kebermanfaatan luas bagi masyarakat.
Merespons kunjungan itu, Direktur Lazismu Banyumas, Amrulloh Sucipto Aji, mengatakan bahwa manajemen satu atap menjadi kunci dalam memastikan tata kelola yang transparans, akuntabel, serta mampu memperluas manfaat dana umat.
“Kami berharap pola dan pendekatan ini bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk terus berinovasi dalam mengelola zakat, infak, dan sedekah,” ujarnya.
Studi tiru merupakan kegiatan saling belajar, dengan mengunjungi dan mereplikasi tata kelola lembaga yang dianggap layak dan berhasil dalam aspek manajemen kelembagaan tertentu. Tujuannya untuk menguatkan kualitas dan merevitalisasi kekuatan sistem kelembagaan yang sudah ada agar lebih efektif.
[Kelembagaan dan Humas Lazismu Pusat/Lazismu Banyumas]

YOGYAKARTA -- Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) RI bersama Lazismu terus memberikan yang terbaik untuk umat. Secara resmi kedua lembaga ini menyerahkan bantuan program kemaslahatan berupa Mobil Layanan Dakwah kepada Pondok Pesantren Muhammadiyah Daarul Khoir, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta., pada Kamis, (18/9/2025).
Penyerahan satu unit mobil dakwah ini merupakan bagian dari komitmen BPKH untuk terus memberikan nilai manfaat kepada umat yang proses penyalurannya dikelola Lazismu sebagai mitra kemaslahatan.
Prosesi serah terima dihadiri jajaran BPKH RI, Lazismu Pusat, Lazismu DIY, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, dan ratusan santri Pondok Pesantren Daarul Khoir.
Direktur Pondok Pesantren Muhammadiyah Daarul Khoir, Muhammad Arif Darmawan, menyampaikan terima kasih dan bersyukur atas bantuan serta dukungan yang diberikan. Arif mengatakan, berdirinya pondok pesantren ini tidaklah mudah karena dimulai tanpa modal sama sekali.
“Pesantren berdiri pada 2016, di bawah naungan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kota. Awalnya hanya memiliki 14 santri, 10 putra dan 4 putri. Alhamdulillah, atas dukungan masyarakat dan donatur bantuan sebesar Rp 650 juta, melengkapi keberadaannya hingga kini dengan jumlah santri sebanyak 400 orang. Tahun depan kami sudah membuka pendaftaran inden dengan target 160 santri baru,” ujarnya.
Mewakili Lazismu Pusat, Gunawan Hidayat, mengatakan bahwa amanah satu unit mobil dakwah ini adalah tanggung jawab besar. Gunawan membeberkan bahwa Lazismu tidak bekerja sendirian, lembaga ini dipercaya BPKH untuk menyalurkan dana umat.
“Ini merupakan kali kedua penyerahan operasional kendaraan. Lazismu sebagai mitra BPKH memandang amanah ini tidaklah ringan. Mobil dakwah tersebut bagian dari dana maslahat haji yang dipercayakan kepada Muhammadiyah. Harapannya, mobil ini benar-benar dimanfaatkan sebagai sarana dakwah untuk umat,” pungkasnya.
Wakil Bupati Gunungkidul, Joko Parwoto, yang hadir mewakili Bupati, memberikan apresiasi tinggi kepada BPKH dan Lazismu. Dalam sambutannya, Ia mengatakan bantuan mobil ini merupakan investasi bersama untuk kemajuan dakwah.
“Atas nama Pemerintah Gunungkidul, saya mengucapkan terima kasihi. Mudah-mudahan dimanfaatkan sebaik mungkin oleh pondok pesantren. Kami juga berharap permohonan pembangunan masjid khusus perempuan bisa segera terwujud,” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, perwakilan BPKH RI, Arief Mufraini, dalam sambutan sekaligus prosesi serah terima menekankan pentingnya pengelolaan dana haji dengan amanah. Setiap tahun BPKH menyalurkan dana kemaslahatan untuk kepentingan umat.
“Pengelolaan dana haji oleh BPKH amanah besar. Dana disimpan dan disalurkan dalam bentuk program kemaslahatan sebagai ijtihad untuk memberikan manfaat bagi umat Islam. Kami mengapresiasi Lazismu yang telah menjalankan amanah ini dengan baik sesuai aturan yang berlaku,” katanya.
Acara inti kegiatan ditandai dengan penyerahan simbolis kunci mobil kepada Ponpes Muhammadiyah Daarul Khoir, disaksikan oleh seluruh tamu undangan. Bantuan satu unit mobil layanan dakwah dari BPKH RI melalui Lazismu ini diharapkan mampu memperkuat gerakan dakwah Muhammadiyah di Gunungkidul sekaligus menghadirkan kemanfaatan yang lebih luas.
[Kelembagaan dan Humas Lazismu Pusat]

BANDUNG -- Saat menginjakkan kaki di kecamatan Rancabali, kabupaten Bandung, ibarat petani yang sedang siap memetik pucuk daun teh di lahan perkebunan yang terletak di wilayah dataran tinggi Priangan, Bandung Selatan. Kawasan yang terkenal dengan destinasi agrowisatanya.
Di balik pesonanya, terdapat lima desa. Dua desa di antaranya yaitu Alamendah dan Patengan. Keduanya sama-sama primadona dengan agronomi yang tumbuh dan berkembang. Roda ekonomi desa sebagian digerakkan oleh pertanian dan perdagangan.
Mata pencaharian warga bertumpu di pesona destinasi wisata yang menawarkan keindahan alam. Namun di dalamya ditemukan cerita kontras. Meski tak begitu jauh dari kawasan wisata, masih ada sebagian warga yang hidup diselimuti kemiskinan.
Di Kampung Cimanggu, Desa Patengan misalnya, Aceng Sutardi dan keluarganya tinggal di bilik kayu, atapnya kerap bocor, dan sanitasi yang buruk. Pemandangan serupa ditemukan pada keluarga Cunayah, tinggal di sudut Kampung Cikareo, Desa Alamendah, kondisi rumahnya kian rapuh, atap bocor, rangka kayu lapuk, dinding bilik retak, dan plafon yang nyaris ambruk.
Dalam catatan tim program Lazismu, dua keluarga di desa berbeda tersebut merupakan warga yang termasuk binaan program Genting (Gerakan Anti Stunting) yang diinisiasi Kementrian BKKBN dan berkolaborasi dengan Lazismu untuk suatu program Bedah Rumah Keluarga Duafa.
Menurut keterangan Ketua RT 02 Kampung Cimanggu, Hendra, kondisi rumah keluarga Aceng selama ini sangat memprihatinkan. “Pak Aceng sehari-hari bekerja serabutan di perkebunan kopi dan sayuran. Dengan kondisi rumah yang tidak layak, wajar jika beliau mendapat bantuan. Apalagi ada anak balita berusia di bawah dua tahun yang rentan gizi buruk,” ujarnya.
Kesaksian yang sama disampaikan Ketua RT Kampung Cikareo, Desa Alamendah, Cecep Cahya saat dimintai keterangan tempat tinggal Cunayah. Cecep mengatakan rumahnya memang sudah tidak layak, tiang penyangganya rapuh, itu harus dibongkar total. “Kian riskan bagi Cunayah dan keluarganya untuk terus berteduh,” kata Cecep.
Pada bulan Juli yang lalu, Lazismu berkesempatan bertemu dengan Bapak Aceng dan Ibu Cunayah. Melakukan penilaian terhadap kondisi dua rumah itu sekaligus memastikan bahwa program Genting prosesnya bisa terus dilaksanakan bersamaan dengan bedah rumah yang akan diagendakan oleh Lazismu.
Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan Lazismu Ardi Luthfi Kautsar, kemudian menjelaskan bahwa setelah melakukan penilaian, kondisi rumah yang yang tak layak sangat berpengaruh pada peningkatan gizi buruk, mulai dari ruangan tidur sampai kamar mandi yang minim sanitasi.
Lazismu dalam pilar program kesehatan, sambung Ardi, akan berkontribusi untuk pencegahan stunting melalui program bedah rumah. Tak lama berselang, renovasi rumah dilakukan dengan mengganti dinding kayu menjadi bangunan permanen, memperbaiki atap, serta meningkatkan sanitasi agar lebih sehat.

Perbaikan ini dilaksanakan pada periode Agustus – Oktober 2025, hasil sinergi program antara Lazismu Pusat, Lazismu Jawa Barat, dan Kementerian BKKBN, dengan dukungan perangkat desa, RT/RW, kader posyandu, serta tokoh masyarakat.
Ardi mengungkapkan, selama kegiatan bedah rumah berlangsung, Lazismu mengajak partisipasi masyarakat setempat untuk pemberdayaan. “Warga terlibat melalui gotong royong, sementara tukang bangunan lokal dilibatkan sebagai tenaga kerja,” ujarnya yang menyaksikan langsung ke lokasi pada Kamis (11/9/2025). Kolaborasi ini tak hanya mempercepat pembangunan, tetapi juga menumbuhkan rasa kepedulian sosial di tengah masyarakat.
Hendra Ketua RT Kampung Cimanggu mengucapkan terima kasih kepada Lazismu dan BKKBN atas bantuannya. Ia berharap rogram ini terus berlanjut untuk menyasar keluarga duafa lainnya. Sementara itu, Aceng Sutardi begitu bahagia rumahnya mendapat bantuan bedah rumah. Ia menyampaikan terima kasih kepada Lazismu dan donatur yang telah memilih keluarganya untuk program bantuan ini.
Di tengah proses renovasi tersebut, kebahagiaan terpancar dari wajah Ibu Cunayah. Ia tampak lega dan gembira karena bersamaan dengan program bedah rumah yang hampir selesai prosesnya kedatangan cucu baru.
“Terima kasih banyak atas bantuan ini kepada Lazismu dan donatur. Kondisi rumah sudah lama rusak, atap dan dinding lapuk, sementara penghasilan sehari-hari serabutan. Bantuan ini jadi berkah besar untuk keluarga kami,” kata Ibu Cunayah.
Dalam prosesnya itu, Barry Aditya yang mewakili badan pengurus Lazismu Pusat yang melihat langsung perubahan rumah itu mengatakan bahwa program ini menjadi contoh bagaimana intervensi sosial bisa berdampak bagi penerima manfaat. “Program ini menyentuh aspek kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan solidaritas sosial,” pungkasnya.
Pencegahan stunting tidak bisa hanya lewat penyuluhan gizi, lebih dari itu menciptakan lingkungan tempat tinggal yang sehat. Program ini, kata kader posyandu Kampung Cikareo, Dian Pertiwi, wujud nyata intervensi yang komprehensif.
Melalui program ini, Lazismu dan Kementerian BKKBN menegaskan komitmennya dalam mendukung kesejahteraan keluarga duafa dan mencegah stunting, dengan pendekatan yang menyeluruh. Perwakilan Lazismu Jawa Barat, Endang Mahbub mengatakan program ini selaras dengan tujuan pencegahan stunting.
“Rumah yang sehat menjadi kunci dalam mendukung gizi dan kesehatan anak. Program Genting bukan hanya fokus pada makanan bergizi, tetapi juga lingkungan hunian yang mendukung,” pungkasnya.
[Kelembagaan dan Humas Lazismu Pusat/Yosis]

YOGYAKARTA – Limbah kantong plastik masih menjadi salah satu masalah yang kita hadapi bersama. Limbah jenis ini termasuk yang sulit dihancurkan dan diurai, termasuk karakteristiknya yang terbuat dari bahan tidak alami.
Inilah yang mendorong Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah dan Lazismu menghadirkan kegiatan pelestarian lingkungan melalui Capacity Building bertajuk ‘Pasarku Tempat Ibadahku’, pada Minggu (14/9/2025) yang diikuti oleh Ibu-Ibu anggota Ranting ‘Aisyiyah se-Cabang Gondokusuman dan warga sekitar dalam meningkatkan pengetahuan serta keterampilan untuk mengurangi plastik sekali pakai.
Kegiatan ini berlangsung di SD Muhammadiyah Demangan yang lokasinya tidak jauh dari Pasar Demangan Kota Yogyakarta sebagai rangkaian kegiatan kedua dalam Program ‘Pasar Tradisional Bebas Plastik melalui Pendekatan Keagamaan untuk Mewujudkan Pelestarian Lingkungan’.
Ketua LLHPB PP ’Aisyiyah, Rahmawati Husein, mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk mendorong upaya perubahan perilaku dari pengunjung dan pedagang pasar tradisional untuk mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai.
“Kegiatan ini bagian dari program Green ‘Aisyiyah sebagai upaya 'Aisyiyah untuk berkontribusi melestarikan lingkungan dan berharap upaya ini menjadi sebuah jihad lingkungan yang berkelanjutan,” jelasnya.
Dengan semangat jargon ‘Pasarku Tempat Ibadahku’, di pasar kita beribadah untuk menjaga lingkungan. Ia berpesan meski program pelatihan sudah berakhir, perilaku dalam praktik penggunaan wadah guna ulang -tidak menggunakan plastik sekali pakai- perlu terus menerus dijalankan di pasar.
Ketua Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Kota Yogyakarta, Rowiyah menjelaskan pentingnya program pasar bebas plastik. “Kota Yogyakarta sendiri beberapa tahun belakangan dan sampai saat ini masih mengalami darurat sampah. Terutama sampah organik rumah tangga maupun sampah non organik seperti plastik,” ungkapnya.
Menurutnya, membangun kesadaran dan perubahan perilaku saat beraktivitas di pasar, menjadi langkah strategis dalam menghadapi permasalahan sampah. “Walaupun masih bertahap, mudah-mudahan praktik baik ini akan menjadi sebuah pembiasaan diri yang menginspirasi langkah dakwah kita kepada masyarakat luas”, pungkasnya. Dengan begitu, masyarakat turut mewujudkan lingkungan yang sehat, kata Rowiyah yang turut mengawal kegiatan ini sejak pertemuan pertama.

Kegiatan Capacity Building ini menghadirkan narasumber Erwan Widyarto - Bidang Lingkungan Hidup ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) Organisasi Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (Orwil DIY), dan Intan Mustikasari - Anggota Divisi Lingkungan Hidup LLHPB PP ‘Aisyiyah.
Pada sesi itu, Erwan memantik dengan paparan penting tentang circular economy, sebagai solusi masa depan melalui pengolahan sampah. Sementara, Intan menjelaskan strategi pengurangan penggunaan plastik sekali pakai di Pasar Demangan.
“Saat ini kita benar-benar menghadapi darurat sampah plastik. Hal ini disebabkan oleh egoisme kita yang masih enggan memilah sampah dan membiarkannya menyatu dengan timbunan sampah lain,” jelas Erwan.
Ia pun memaparkan contoh tragedi besar akibat tumpukan sampah, seperti meledaknya TPA Leuwigajah (Cimahi, Jawa Barat) tahun 2005, menyebabkan 2 desa tertimbun sampah, 157 korban meninggal dunia.
“Ini contoh nyata dampak yang akan terjadi ketika semua sampah menyatu dan tidak ada proses pemilahan. Banyak TPA di Indonesia yang gagal dalam mengelola sampah karena belum menerapkan sistem pemilahan antara sampah organik dan non-organik sehingga proses penguraian sampah terhambat dan memunculkan gas metana yang mudah terbakar atau meledak,” tandasnya.
Erwan menambahkan bahwa ekonomi sirkular membuka peluang untuk mewujudkan pemanfaatan sumber daya yang meminimalkan limbah melalui edukasi 3R (Reduce, Reuse, Recycle) serta konsep Zero Waste.
Dalam kesempatan itu, Intan Mustikasari mengajak peserta mendiskusikan persoalan sampah plastik dengan membentuk kelompok dan merumuskan strategi penerapan diet plastik di pasar.
“Kerap ditemukan masih ada masyarakat menggunakan plastik sekali pakai saat berbelanja di pasar. Kondisi ini perlu menjadi perhatian bersama untuk mengajak pembeli maupun pedagang beralih ke tas belanja ramah lingkungan, wadah yang dapat digunakan berulang,” ajaknya.
Melalui pendekatan keagamaan, sambung Intan, nilai-nilai agama bisa disampaikan tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, sekaligus menjelaskan dampak yang akan timbul bila manusia abai terhadap alam.
Sebanyak 60 orang peserta turut hadir pada kegiatan ini yang berlangsung sejak siang sampai sore. Mereka berasal dari Pimpinan Cabang Gondokusuman, Pimpinan Ranting se-Cabang Gondokusuman, LLHPB Pimpinan Wilayah DIY dan Daerah Kota Yogyakarta, serta kelompok ibu-ibu sekitar Pasar Demangan.
[Kelembagaan dan Humas Lazismu Pusat/LLHPB PP Aisyiyah]

YORDANIA – Kehadiran Lazismu dalam misi kemanusiaan untuk Pelestina di kamp pengungsian Al-Jhaufa dan Al-Wihdat yang berlokasi di Yordania memberikan asa bahwa masa depan anak-anak Palestina jangan sampai terlupakan.
Nasib anak-anak Palestina yang lain di luar pengungsian yang berada di Gaza dan Tepi Barat turut menjadi perhatian dunia. Di Tengah krisis kemanusiaan yang tak kunjung usai dan dampak blokade berkepanjangan mengakibatkan bencana kelaparan yang dialami anak-anak Pelestina.
Kehancuran dan kehilangan menjadi tragedi dalam sejarah kemanusiaan abad modern. Di saat akses menuju Palestina tersumbat oleh blokade Israel, Lazismu datang menyapa lokasi pengungsian anak-anak Palestina di kamp Al-Jhaufa dan Al-Wihdat.
Bersama para diaspora yang tergabung dalam relawan PCIM Yordania dan mitra lokal, Lazismu berusaha menghadirkan suasana kebahagiaan bagi anak-anak di lokasi pengungsian pada Jum’at (12/9/2025). Layaknya buah hati, semua ikut tersenyum bermain dan bernyanyi bersama. Mereka saling bergandeng tangan menaruh harapan masa depan itu masih ada di depan mata.
Wakil Ketua Badan Pengurus Lazismu, Muarawati Nur Malinda mengatakan, Lazismu dengan bantuannya menyalurkan 500 paket sembako di dua lokasi pengungsian tersebut. Suasana keakraban menyertai keceriaan sambil menikmati makanan ringan.
“Selama di sini, Lazismu berupaya hadirkan kebahagiaan dan harapan bagi anak-anak Palestina di pengungsian,” tandasnya. Lihat di Gaza dan Tepi Barat, mereka kesulitan memperoleh kebutuhan dasar. Sementara di pengungsian ini, Sebagian dari mereka terpisah dari keluarga dan tempat tinggalnya yang hancur tak tersisa oleh serangan Israel.
Di tengah keterbatasan, sambung Muarawati, Lazismu akan terus berkomitmen memberikan dukungan dan bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina. Hak – hak dasar anak-anak ini jangan sampai terlupakan. “Terima kasih kepada masyarakat Indonesia yang telah meniitipkan amanah ini melalui Lazismu. Tetap terus dukung Lazismu untuk menyuarakan misi kemanusiaan ini,” pungkasnya.
Pengalaman lain dialami Manager Program Pendistribusian dan Pendayagunaan Lazismu Shofia Khoerunisa. Saat pelatihan program Bina Damai, mendapat cerita peserta pelatihan asal Tepi Barat, Palestina. Perserta pelatihan itu berjuang datang ke Yordania menempuh jarak waktu 6 jam. Harusnya sampai di lokasi pelatihan hanya ditempuh 1 jam saja.
“Tekadnya kuat, dia berganti bis sebanyak tiga kali dan sebanyak tiga kali juga harus melewati check point yang dijaga ketat tantara Israel,” kata Shofia menceritakan. Padahal dia punya adik laki-laki yang ditahan di penjara oleh militer israel, tanpa tau alasannya, kemudian dibebaskan dan ditahan lagi, jadi sudah bolak-balik ke penjara Israel.
Dalam kegiatan tersebut di kamp pengungsian, turut hadir Muhammadiyah Aid, LHKI PP Muhammadiyah dan perwakilan dari KBRI Yordania. Duta Besar RI di Yordania, Ade Padmo Sarwono, menyatakan apresiasinya kepada Lazismu. Kiprah Lazismu dalam misi kemanusiaan untuk Palestina merupakan Langkah nyata pembangunan perdamaian bagi masyarakat Palestina.
[Kelembagaan dan Humas Lazismu Pusat]

