

Informasi yang dihimpun Lazismu, penyebab kebakaran akibat konsleting listrik pada sumber tenaga surya yang biasa dipakai oleh warga. Kerugian diperkirakan sebesar ratusan juta rupiah.
Hampir satu minggu pasca-musibah ini, dukungan bantuan mengalir, salah satunya dari kader-kader Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Kota Banjarbaru yang melakukan aksi fundraising pada Jum’at (23//12/17) di masjid-masjid lingkungan setempat.
Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) se-Kota Banjarbaru setelah salat Jum’at tergerak melakukan aksi, karena ingin meringankan beban mereka. Desa Belangian merupakan desa yang mayoritas warganya Muhammadiyah, terang Rahmatunnisa, koordinator aksi sekaligus bendahara umum PC IMM Kota Banjarbaru.
Selain itu, PC IMM Kota Banjarbaru juga bersinergi dengan ortom lain seperti Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kota Banjarbaru dan Kepanduan Hizbul Wathan Kota Banjarbaru.
Hasil donasi tersebut diserahan kepada Lazismu Banjarbaru untuk disalurkan bersama-sama ke lokasi musibah. Aksi ini mendapat apresiasi positif dari Divisi Pengembangan Program dan Fundraising Lazismu Banjarbaru.
“Kami sangat berterima kasih kepada kader-kader muda Muhammadiyah Kota Banjarbaru, khususnya PC IMM Banjarbaru. Aksi ini merupakan bentuk empati sekaligus memberikan contoh nyata bahwa anak muda itu harus peka terhadap musibah yang terjadi disekitar kita”, terang Ginanjar Sutrisno.
Dalam aksi itu, masing-masing koordinator ditiap masjid menjual stiker logo Muhammadiyah dengan harga Rp. 5.000,- dengan semua keuntungannya untuk musibah kebakaran tersebut.
Sampai pagi itu, jumlah donasi yang terhimpun sebesar Rp. 1.808.300,- dan nominalnya terus bertambah karena selain menghimpun melalui masjid, penghimpunan juga ditujukan di kegiatan pengajian Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Kota Banjarbaru.
Informasi juga ditambahkan oleh koordinator aksi bahwa donasi tersebut akan dialokasikan dalam bentuk barang berupa kebutuhan pokok dan disalurkan pekan depan, kata mahasiswi yang saat ini sedang melanjutkan profesi Apoteker dari S1 Farmasi FMIPA ULM (gs).

Andini, gadis kecil berusia 10 tahun, harus berjuang keras melawan penyakit Hidrosefalus. Putri dari pasangan I Ketut Artawan dan Rasiyati ini harus menerima kenyataan pahit dengan cerainya kedua orang tua sejak delapan tahun silam. Sang ayah pergi meninggalkan Andini tanpa memberi kabar tentang keberadaannya. Sedangkan sang bunda pergi melancong ke Bali untuk mencari nafkah bagi keluarga yang di tinggalkan.
Kondisi itu terdengar sampai ke telinga Lazismu. Beberapa tim amil diturunkan, mendatangi rumah Andini pada Kamis, 28 Desember 2017. Kedatangan tim Lazismu Situbondo disambut hangat oleh senyuman manis Andini yang terbaring lemah di tempat tidur. Bocah malang itu kini tinggal di gubuk tua bersama sang nenek, Sukarsia di Jalan Pelabuhan Utara Gang lima, Desa Kilensari, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo.
Hidrosefalus yang diderita Andini berawal ketika menginjak usia empat bulan. “Andini awalnya lahir normal nak, dengan berat 2,5 kilogram. Saat usia 4 bulan kepala Andini tiba tiba membesar” cerita Sukarsia, nenek Andini. Penderitaan Andini semakin bertambah kala dirinya sulit menggerakkan badannya untuk bergerak serta mulutnya untuk berbicara.
“Sekarang cucu saya susah untuk bergerak dan tidak bisa bicara nak. Hanya bisa senyum kalau ada orang yang menjenguk dan menangis ketika sedang lapar dn dahaga” ungkap Sukarsia kepada tim Lazismu Situbondo.
Bocah kelahiran Bali, 24 Juni 2007 tersebut juga sempat diperiksa ke dokter dan dirujuk ke RSUD Dr Soetomo Surabaya dengan mengandalkan BPJS kesehatan gratis dari pemerintah. Namun semua upaya yang dilakukan tak membuahkan hasil. Dokter mengatakan, Hidrosefalus yang dideritanya terlanjur parah dan tempurung kepala telah mengeras. Sehingga pihak Rumah Sakit tidak berani untuk melakukan tindakan operasi
.
“Kami sembilan hari di RSUD Dr Soetomo nak. Tapi Andini hanya dirawat biasa, karena menurut dokter penyakit yang diderita cucu saya sudah terlambat untuk di operasi” terang Sukarsia dengan raut wajah sedih.
Suasana semakin haru saat tim Lazismu Situbondo menyerahkan santunan kesehatan sebesar Rp 750.000 untuk malaikat kecil penderita Hidrosefalus tersebut. “Alhamdulillah, terimakasih banyak nak, semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda kepada kalian semua yang sudah membantu cucu saya. Semoga selalu diberi kesehatan, panjang umur dan dilancarkan rejekinya,” ucap nenek Andini dengan mata berkaca kaca.
Tak selang berapa lama, ibu Andini yang berada di Bali mengirim pesan pribadi kepada salah satu petugas Lazismu Situbondo, “Terimakasih yang tiada batas mas atas bantuan dan kepeduliannya kepada anak saya Andini.
Uang tersebut sangat bermanfaat bagi kami untuk membeli kebutuhan Andini dan memperbaiki atap rumah yang sudah hampir ambruk. Karena setiap kali hujan turun, Andini tidak lepas dari tetesan bocor atap rumah.
Sampaikan salam saya (red: ibu Andini) kepada segenap donatur Lazismu mas. Kami tidak bisa membalas kebaikan kalian. Semoga Allah yang membalas kebaikan kalian semua dengan berlipat ganda,”. tulis Rasiyati melalui pesan daring. (Robi AW)

Mengupas tema penyakit tuberkulosis atau TB, Barry mengemukakan lebih dari 50% pasien TB meninggal dunia karena tidak segera diobati. “India mengalahkan Indonesia, dari jumlah penderita TB karena faktor jumlah penduduk. Ini mengerikan, kita harus aktif terlibat,” kata Barry, yang juga sebagai Technical Working Group TB di Kementerian Kesehatan RI.
Tuberkulosis menyerang paru-paru, namun juga berdampak pada bagian tubuh lainnya. Tuberkulosis menyebar melalui udara ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau menyebarkan butiran ludah mereka melalui udara. Infeksi TB umumnya bersifat asimtomatik dan laten. Namun hanya satu dari sepuluh kasus infeksi laten yang berkembang menjadi penyakit aktif.
Penyakit TB adalah pekerjaan yang tidak akan ada berhentinya dalam SDGs. Selain itu, musti ada pendekatan multi disiplin. Seluruh pihak dapat terlibat di sini.
Ada organisasi internasional bernama Global Fund, yang memiliki program khusus TB. Mereka menggandeng organisasi Aisyiyah Muhammadiyah dan Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama. Pendampingan berbasis ormas Islam ini cukup efektif di 191 kabupaten tersasar, di seluruh desanya sampai 2018.
Pengobatan TB ini harus berkelanjutan, tidak boleh putus. Selama setengah tahun terus menerus. Bila putus harus mengulangi dari awal.
Dalam fase pengobatan, pasien TB membutuhkan kader komunitas yang mendampingi. Kader komunitas dilatih untuk mendampingi seorang pasien sampai dia sembuh. Mereka dilatih, mendampingi minum obat, jangan sampai drop out.
Dalam pendampingan ala TWG itu, tetangga diberi insentif Rp 300 ribu untuk enam bulan, agar tetangga itu mendampingi pasien tetangga.
“Aktifitas pendampingan ini sebetulnya membangkitkan kepedulian ala Islam. Tetangga memiliki perhatian khusus ke tetangga,” tutur Barry.
Bagaimana misalnya dana ZIS dipakai untuk gantikan ala Global Fund ini? Berupa insentif untuk tetangga, hanya Rp 50 ribu per bulan per orang. “Murah untuk menangani penyembuhan TB,” sambung Barry.
Dokter Muhammad Ridlo dari Rumah Sehat Baznas menyampaikan, kita bisa melakukan advokasi temuan dan layanan pengobatan. “Salah satunya adalah pengadaan shelter atau rumah singgah di sekitar RS untuk keluarga yang menunggu pasien berobat kontinyu,” kata dr Ridlo. (rilis/nd)

Didampingi Kasubag Humas RSR, Yuni Lestari, bersama Kasubag Sekretariat yang juga sekretaris Lazismu, Marhaeni, tim dari Lazismu berkunjung ke kamar-kamar tempat pasien dirawat. Lembaga Amil Zakat ini menyapa pasien seraya berdoa agar kesembuhan untuk pasien dikabulkan Allah swt.
Kepala perwakilan BMH Jawa Tengah, Imam Muslim, menyampaikan bahwa salah satu kewajiban lembaga amil zakat adalah mentasharufkan dana zakat, infak dan sedekah kepada orang yang lebih membutuhkan. “Ini merupakan amanah muzaki yang harus dilaksanakan oleh amil.” katanya.
Kegiatan positif seperti ini diharapkan bisa dikembangkan menjadi sebuah pola pemberdayaan masyarakat berbasis kepedulian sosial, kata Ibu Yuni. Senada dengan itu, Marhaeni menyampaikan kepedulian sosial seperti ini akan dikembangkan bersama-sama Lazismu beserta majelis dan lembaga terkait di lingkungan persyarikatan.
Selanjutnya agar menjadi program yang dapat bersinergi dengan lintas lembaga. Ada nilai manfaat yang lebih besar untuk masyarakat dengan sasaran yang tepat. Salah satu pasien, Bapak Yanto, warga Pucang Gading menyampaikan rasa terima kasihnya atas bantuan yang diterima, dia berharap lembaga amil zakat bisa membantu lebih banyak permasalahan masyarakat. (cs)

Sudah sepekan penggalangan dana untuk musibah kebakaran dihimpun, kini tiba saatnya menyalurkan amanah donatur kepada mereka yang membutuhkan. Meringankan beban saudara yang tertimpa musibah kebakaran. Perjalanan cukup panjang, waktu ditempuh kurang lebih 2 jam menggunakan Klotok (perahu kayu bermesin diesel) mengarungi waduk terbesar di Kalimantan Selatan itu.
Keindahan waduk Riam Kanan menemani selama perjalanan, tiba-tiba awan berubah hitam. Pertanda hujan lebat akan turun. Perlahan tapi pasti hujan yang diprediksi datang mulai turun. Hujan hebat ditambah hembusan kuat angin. Semua penumpang saling membantu membentangkan terpal di jendela agar air hujan tidak membasahi paket bantuan.
Hujan mulai reda, bibir dermaga kecil di Desa Belangian perlahan semakin mendekat. Matahari berangsur terbenam, semua tim bergegas mengangkat seluruh paket bantuan ke atas dermaga. Tiba waktu Isya selesai, seluruh tim mulai membagikan paket bantuan sembako dan uang tunai kepada korban kebakaran.
Tiga paket besar dari Lazismu Banjarbaru dan PC IMM Banjarbaru, serta 10 paket bantuan ukuran sedang untuk lansia dan duafa dari PC IMM Banjarbaru dan Lazis PLN UIP Kalimantan Bagian Tengah siap dibagikan malam itu.
“Anang Kamuh (70) penerima bantuan angat berterima kasih atas uluran tangan Lazismu Banjarbaru, Lazis PLN dan PC IMM Banjarbaru. Meski rumahnya habis dilalap api pekan lalu, Anang tetap kuat yang malam itu hanya mengenakan selembar pakaian dan celana yang menempel di badan dengan kopiah di kepala.
Desa Belangian adalah kawasan yang cukup jauh jarak tempuhnya. Tidak ada jalur darat untuk menuju kesana. Desa dengan jumlah 95 kepala keluarga, mayoritas mata pencahariannya bertani dan berkebun. Masyarakat di sana sangat mandiri dengan energi listrik tenaga surya yang digunakan hanya pada malam hari sampai dengan waktu fajar.
Pembagian paket dari pintu ke pintu (door to door) menjadi tantangan tersendiri di tengah guyuran hujan lebat. Energi yang tersisa setelah menempuh perjalanan panjang tak menyurutkan semangat. Seluruh anggota tim bahu-membahu mendorong gerobak di jalan menanjak dan licin dengan penerangan seadanya.
Semoga kemitraan yang terjalin bisa ditingkatkan lagi dikemudian hari, kata Ahmad Sudani, Ketua PC IMM Banjarbaru yang juga salah satu amil Lazis PLN UIP Kalimantan Bagian Tengah.
Sebelumnya Ia pernah menempuh pengkaderan amil di Lazismu Banjarbaru selama beberapa minggu atas permintaan pihak Lazis PLN. Hal senada juga disampaikan oleh Divisi Pengembangan Program dan Fundraising Lazismu Banjarbaru, “Lazismu sangat bangga, terima kasih atas sinergi yang terjalin, ke depan mampu menjangkau lebih luas dan lebih baik lagi,” terang Ginanjar penuh harap. (gn)

Lapak-lapak penampung barang bekas siap menerima sampah yang bernilai jual. Di lokasi itu, rumah bedeng, warung makan, dan kandang hewan ternak menyatu dalam keseharaian aktivitas pemulung di TPA.
Rumah-rumah bedeng ini berukuran 3 x 5 m, atapnya warna warni terbuat dari plastic spanduk bekas, rangka dari bambu, dan dinding terbuat dari triplek serta seng bekas.
Dalam areal itu, persis di jalan masuk menuju TPA, terdapat 3 titik kelompok penghuni TPA. Diperkirakan ada 200-an rumah bedeng, tempat tinggal para pemulung yang bekerja tanpa lelah.
Lazismu berkesempatan datang pada Jum’at, 29 Desember 2017. Salah satu rumah yang dikunjungi terdapat alas tidur dengan karton bekas. Dipan sederhana dari kayu bekas dan bambu menghiasi rumah bedeng untuk berlindung.
Layaknya rumah, perabot rumah tangga ada di dalamnya. Perabot dapur dan tungku api berbahan bakar kayu masih ada di sini. Tirai dari kain ala kadarnya menutupi ruangan sebagai pembatas untuk untuk melepas lelah.
Kedatangan Lazismu di sana, diterima oleh imam musola Al-Ikhlas, Bapak Muhlisin. Lazismu berbagi dengan para pemulung. Sebanyak 70 bungkus nasi dan air minum dibagikan sesuai jumlah orang yang ada. Sementara para penghuni rumah bedeng masih bekerja di luar.
Bapak Muhlisin, menyatakan terima kasih atas perhatian Lazismu yang sudah beberapa kali mengunjungi tempat ini. Menurut Hasan, dari 200 rumah di lokasi itu, rata-rata dihuni 2 orang setiap rumah. M
Mereka berasal dari Purwodadi, Rembang dan sekitarnya, bahkan ada yang berasal dari luar pulau Jawa, lanjut Hasan. Umumnya mereka pulang ke kampung sekali dalam dua bulan, kata Muhlisin seperti disampaikan Hasan kepada media Lazismu (27/12/2017).
Program kunjungan ini merupakan kerjasama PDA Kota Semarang, yang telah aktif secara rutin membantu para pemulung. Semoga Lazismu dapat mewujudkan program produktif, dukungan semua pihak di nanti Lazismu dengan memberi kesempatan berbagi melalui rekening Infak : 714205 6983 Bank BTN Syariah atas nama Lazismu Kota Semarang, dan konfirmasi SMS/WA 0856 4087 3531. (cs)

