

Khitan massal itu terselenggara hasil sinergi Lazismu Tanah Laut dengan Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (KTKBM) KIPUh. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka mengisi liburan akhir semester, sekaligus rangkaian kegiatan Rapat Anggota Tahunan (RAT) Koperasi KIPUh. Sebanyak 49 anak mengikuti khitan masal ini, pesertanya siswa sekolah dasar yang berada di sekitar kantor Koperasi KIPUh, sebagian lainnya anak-anak dari para pekerja bongkar muat pelabuhan yang merupakan karyawan koperasi.
Menurut Maryanto selaku pengurus koperasi, acara ini sebagai wujud tanggung jawab sosial KIPUh terhadap masyarakat. “Selain khitan massal, KIPUh rutin menyalurkan dana sosial dalam bentuk lain, di antaranya penyaluran hewan kurban setiap hari raya Idul Adha,” jelasnya.
Selain pelayanan khitan gratis, para peserta juga mendapatkan bingkisan berupa tas sekolah dan sarung. “Mudah-mudahan kegiatan khitan massal ini akan kita laksanakan setiap tahun, dengan harapan semakin banyak warga masyarakat yang bisa terbantu, terutama masyarakat tidak mampu”, papar Maryanto.
Saat ini, lanjut Maryanto, ada 130 anggota koperasi yang berperan sebagai mitra dalam beberapa aksi sosial yang selama ini dilaksanakan bersama Lazismu Tanah Laut. Di halaman kantor koperasi, para orang tua sedang mengantre, beberapa di antaranya sibuk menenangkan anak-anaknya yang menangis karena ketakutan akan dikhitan.
Salah satu peserta, Saipul (7), baru saja selesai dikhitan, Ia mengatakan jika awalnya merasa takut karena melihat alat-alat medis seperti suntikan hingga membuatnya menangis. “Takut sekali, tadi pas mau disuntik” ucap Ipul. Namun setelah selesai Ia mengaku tidak begitu sakit. “Seperti digigit semut” ceritanya.
Berbeda dengan Ipul, teman sebayanya Pasha (7) mengatasi rasa takutnya dengan cara unik. Pasha menikmatinya sambil ngegame lewat ponsel. Sejak masuk ke ruang tindakan, siswa kelas 1 SD Negeri Atu Atu ini selalu memegang ponselnya. Cara ini terbilang cukup ampuh.
Sejak disuntik sampai dengan proses terakhir dijahit, Pasha sama sekali tidak menangis. Ia hanya merasakan sedikit sakit. “Sakit sih, sedikit. Tapi sambil main game biar nggak kerasa sakitnya,” akuanya.
Sementara itu, para orang tua yang ikut mendampingi putranya dikhitan terlihat senang. Akbar, orang tua salah satu peserta mengatakan dirinya mendapat informasi khitan masal dari seorang karyawan koperasi.
“Saya dapat informasi 2 hari yang lalu, kemudian saya bilang kepada anak saya untuk ikut sunat. Ternyata dia bilang berani, akhirnya kami mendaftar,” pungkasnya. Ketika melihat anaknya telah selesai dikhitan wajahnya begitu bahagia. Dirinya bahagia dan berterima kasih kepada Koperasi KIPUh dan Lazismu yang memfasilitasi khitan gratis ini. Sangat membantu bagi masyarakat seperti kami, ungkap pria yang sehari-hari bekerja sebagai kuli bangunan ini.
Sejak terbentuk pada Februari 2017, Lazismu Tanah Laut telah melakukan beberapa aksi sosial. Selain khitan massal, Lazismu juga memberikan bantuan untuk lansia duafa, bantuan biaya berobat serta bantuan biaya pendidikan bagi masyarakat tidak mampu.
Pada 2018 nanti, Lazismu juga telah menyiapkan beberapa program, di antaranya program orang tua asuh, beasiswa pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Diharapkan semakin banyak donatur baik perorangan maupun perusahaan yang mau bersinergi dengan mendukung program-program yang dijalankan Lazismu Tanah Laut. Dengan dukungan dari berbagai pihak tentu akan lebih banyak lagi masyarakat yang akan menerima manfaat. (km)

Di antara rimbunnya hutan mangrove dengan waktu tempuh 45 menit, akhirnya sampai di Pulau Subang Mas, tepatnya di kampung Penurun (7/1/2018). Di kampung itu, terdapat 27 KK, mayoritas sebagai nelayan, selebihnya bertani. Kedatangan Lazismu disambut hangat.
Kopi manis dan teh hangat, yang dilengkapi kerupuk ikan kudapan asli orang pulau menambah keceriaan pembicaraan ringan terasa makin asyik.
Dari pembicaraan dengan warga, informasi tentang aktivitas di dalamnya diperoleh dari Pak Suwito. Anak anak kampung, jika sekolah harus naik boat ke pulau seberang. “Di pulai ini, tidak ada sekolah tingkat SMP dan SMA,” katanya.
Itupun biaya sendiri. Ketika air laut surut, boat tidak bisa sampai ke kampung ini, maka anak-anak harus libur sekolah, cerita Pak Suwito.
Penghasilan warga terbatas, seandainya ada pihak yang membantu pemasaran produk rumahan di kampung ini, kami sangat berterima kasih. “Kerupuk ikan merupakan makanan ringan unggulan kampung Penurun,” ujarnya.
Selanjutnya, Lazismu menyerahkan bantuan berupa sembako kepada warga. Tak jauh dari lokasi ada musola, masih dalam proses renovasi. Pembangunannya terhenti, kata Pak Ghofur karena kekurangan dana.
Baterai panel suryanya juga sudah tak ada dayanya, otomatis suara tidak keluar jika adzan. Musola bediri atas inisiasi Muhammadiyah batam dan AMCF. Selepas dzuhur Lazismu berpamitan untuk menuju ke pulau berikutnya. (pras)

Saat ini, Ia tinggal bersama anak semata wayangnya. Anaknya memiliki tanggung jawab menafkahi sang ibu, maka dengan berat hati harus bekerja di tempat yang cukup jauh dan masih bekerja serabutan.
“Kadang Inya (red: dia) kerja ikut orang lain menambang pasir atau intan. Kadang bekerja serabutan jadi buruh bangunan dengan penghasilan tak menentu,” ucap Antung. Pulangnya juga tidak menentu, seminggu dua kali atau satu kali,” lanjutnya.
Disela-sela mengisi aktivitas sehari-hari, Nenek Antung selalu mendengarkan radio tua miliknya. Lewat radio tua itu, Ia mendengarkan siaran yang fevoritnya majelis ilmu. “Ini yang aku dengarkan setiap hari, semoga dapat menambah ilmu walau hanya mendengarkan melalui radio”, ujarnya.
Selain mendengarkan pengajian agama, Nenek Antung juga memelihara 9 ekor kucing. Kucing peliharaannya yang menemaninya jika anak semata wayangnya belum pulang. Itulah keadaan Nenek Antung, yang hidup miskin.
Kendati sudah tua, Ia masih ikut pengajian, kata Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah setempat, Pak Heri Sumanto. “Beliau walau sudah sepuh rajin datang, sebelum mengalami gangguan pada kakinya, selalu datang tidak pernah absen,” terang Heri.
Selasa kemarin (9/1/2017), Tim Pelaksana Lazismu Banjarbaru untuk kesekian kalinya bersilaturahim ke rumahnya. Mendistribusikan bantuan, salah satunya ke lokasi Nenek Antung. “Sekarang, Nenek Antung berada dalam daftar mustahik penerima manfaat Program Senyum Lansia,” jelas Ginanjar Sutrisno, Divisi Pengembangan Program dan Fundraising Lazismu Banjarbaru.
Program Senyum Lansia merupakan program yang bersifat karitatif dengan konsep pemberian paket sembako senilai Rp. 200.000,- beserta uang tunai Rp. 200.000,- kepada kategori fakir dan miskin untuk usia lanjut. “Kami juga mengajak kepada kaum muslimin dan muslimat, untuk ikut berkonstribusi donasi untuk program ini”, lanjutnya. (gj)

Ia harus merawat ayahnya yang sedang sakit, dan di rumahnya hanya ada Oos, ayahnya, dan adik-adiknya yang masih duduk di sekolah dasar.
Ayah Oos, Ariz berusia 60 tahun, menderita sakit stroke lanjut, sudah tidak bisa melakukan kegiatan apapun, hanya bisa berbaring, bahkan buang air pun di tempat tidur, dan istrinya sudah lama berpulang. Selama ini Oos yang merawat ayahnya. Menyuapkan makanan, memandikan, dan mengawasinya.
Kediaman Oos di Kampung Sukarindik, RT/RW 002/001 Kelurahan Sukarindik, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya. Adik-adiknya menjadi perhatian khusus Oos selain ayahnya dalam mempertahankan kehidupan keluarganya tanpa seorang ibu.
Oos merupakan mahasiswa STAI (Sekolah Tinggi Agama Islam) Tasikmalaya yang juga dibantu biaya pendidikannya oleh Lazismu. Selama ini, Ia cuti kuliah dari semester 3, dan untuk kebutuhan sehari-hari hanya mengandalkan pemberian saudara dan tetangganya.
Melihat kondisi Oos, Lazismu meringankan beban hidupnya dengan memberikan bantuan, 1 unit mesin cuci Desember lalu (21/12/2017). Dengan harapan Oos dapat mencuci baju ayah dan adik-adiknya dengan ringan. (rn)

Jika kebablasan, bisa melewati norma. Gokil kata anak-anak zaman now. Fenomena itu semakin nyata, lembaga filantropi perlu meresponnya seperti yang dilakukan lembaga amil zakat nasional, di Kendal melalui Kantor Layanan Kangkung untuk tidak berpangku tangan.
Pagi itu (7/1/2017) semilir angin menyita perhatian di sekitar jalur Pantura, Kabupaten Kendal. Seolah rasa sejuknya memantik semangat. Semangat memacu untuk berbagi dengan anak-anak yatim dan duafa. Kali ini, Kantor Layanan (KL) Lazismu Kangkung membuktikannya dengan cara tidak hanya menyantuni, namun mengajaknya juga untuk Ngaji.
Kegiatan itu dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 5 Cepiring, Darul Arqom 5, di Kendal. Kegiatan diawali oleh sambutan dari Ketua Panitia, Abdul Rohman, yang menjelaskan beberapa aktivitas program dan juga laporan hasil penghimpunan kantor layanan Lazismu Kangkung. Seusai laporan turut dibacakan beliau gambaran ke depan Lazismu yang akan menjadi motor utama dalam membudayakan spirit zakat bersama.
Semntara itu, Ketua PDM Kabupaten Kendal, yang diwakili oleh Drs. H. Utomo, M.Pd, memaparkan tentang pentingnya pendidikan bagi generasi muda, beliau juga menambahkan gerakan zakat yang bisa berbicara banyak hal untuk memajukan negeri ini. Di akhir sambutannya, Utomo menambahkan bahwa pendidikan dan gerakan zakat merupakan dua hal yang saling menguatkan dan jangan dipisahkan.
Disamping itu, melalui program SAY (santunan anak yatim), sambutan yang memotivasi jamaah diringi penampilan dari keterampilan dan prestasi para santri. Lewat tilawah merdu dari para hafidz belia hingga Tari Saman dengan beberapa atraksi yang di akhir penampilan mendapat apresiasi yang menggembirakan para jamaah.
Secara simbolik, santunan diberikan oleh PDM Kabupaten Kendal oleh Drs.H.Utomo,M.Pd untuk anak-anak yang diundang, serta dari Ekseskutif Lazismu Kendal yang diwakili Danang Ari Wibowo untuk pentasarufan kepada PRM serta Ortom dan AUM. Selain itu, SAY juga menyuguhkan keseriusan SMP Muhammadiyah 5 Cepiring dalam pengembangan penguasaan bahasa asing. Hal itu dibuktikan dengan penampilan pidato tiga Bahasa (Bahasa Indonesia, Arab dan Inggris ) oleh tiga santri serta Dua Bahasayang digunakan oleh pembawa acara.
Ustadz Sumanto yang menjadi pembicara pada kajian di SAY, memaparkan tentang bahaya Sekeng bagi generasi muda Islam. Beliau memaparkan fenomena negatif yang menggejala tengah menggerogoti generasi muda. Sikap para generasi muda ini, bisa dicontohkan dengan kreativitas mereka mengoplos obat kemudian meminumnya, masih banyak contoh yang lain, tegas beliau.
“Solusinya adalah menguatkan diri generasi sekarang, terutama putra-putri kita dengan menghadirkan lingkungan yang baik, dan itulah maksud dan tujuan adanya lemaga pendidikan sebagaimana telah buktikan oleh Darul Arqom 5 Kabupaten Kendal, dalam mendidik santrinya dengan prestasi,” Tambah Ustadz Sumanto, sebelum menutup kajian.
Program SAY di Kantor Layanan Kangkung tahun ini merupakan bagian dari program Santunan 1000 anak Yatim dan Duafa di Lazismu Kendal. Dalam kegiatan ini, yang mendapat manfaat sejumlah 120 anak yang tidak hanya berasal dari warga Muhammadiyah saja.
Paket School Kit yang diberikan sesuai dengan kesepakatan bersama yang di seragamkan oleh Lazismu Kendal. Program ini akan di lanjutkan dan disinergikan dengan program KL Kangkung yang lain, agar tak jenuh dalam memberi untuk negeri. (d’)

Sudah 8 tahun Ia melakoninya, setiap hari mangkal di Jalan Wonodri Baru, Kota Semarang. Bukan omong kosong, memang dia pernah menerima order untuk menjahit potongan rambut panjang dijadikan bahan dasar pembuatan Wig.
Sebagai tukang jahit, dia mengaku kesulitan menjalankan usaha di daerah asalnya Pekalongan, Ia memilih melanjutkan usahanya di Semarang. Ia tidak sendiri, Udin adik kandungnya juga menjalani profesi yang sama, bahkan merantau ke Semarang lebih dulu.
Modal utamanya sepeda motor bebek yang sudah dimodifikasi, mesin jahit menempel persis di belakang sepeda motornya. Bisa dipakai untuk berkeliling dan bisa juga untuk mangkal, apabila menjahit duduknya menghadap ke belakang.
Setiap ada panggilan azan, Ia hentikan pekerjaannya, barang-barang dikemas, di tutup dengan plastik dan ditinggal untuk berjamaah di masjid. Kebetulan tempat mangkalnya tidak jauh dari lokasi masjid At-Taqwa.
“Rejeki itu sudah ada yang mengatur mas, kalau sudah hak kita tidak akan lari kemana, yang penting kita jangan meninggalkan perintah yang mengatur rejeki itu” kata Slamet.
Dia menginginkan untuk mengganti payungnya yang sudah rusak dengan terpal menggunakan kaki penyangga dari besi yang mudah dibongkar pasang. “Kalau turun hujan agak repot mas menutup kain jahitan, jika basah kan kasihan pelanggan” tutur Slamet.
Lazismu menyambut impian Slamet, untuk memfasilitasi agar usahanya tetap berjalan tanpa gangguan jika musim hujan tiba. Akhirnya, Slamet menjadi mitra binaan LAZISMU di bidang usaha kecil.
Untuk membantu Slamet mengembangkan usahanya, Lazismu ucapkan sampaikan terimakasih kepada semua muzaki yang telah membantu Slamet. Bantuan lainnya dapat disalurkan melalui Bank BTN Syari’ah, dengan nonor rekening 714205 6970. (cs)

