

Pembangunan SMK Muhammadiyah ini merupakan yang perdana, sebagai cikal bakal pembangunan Muhammadiyah Boarding School (MBS) yang rencananya akan digabungkan dengan SMP Muhammadiyah Cece dan MI Muhammadiyah Cece.
Pembangunan SMK Muhammadiyah Enrekang, sementara ini sedang berlangsung. “Rangka ruang belajar sudah berdiri, selanjutnya akan dilanjutkan dengan pemasangan atap dan pengecoran lantai,” kata Kamaruddin Sita selaku Ketua PD Muhammadiyah Enrekang.
Donasi diberikan langsung kepada Pimpinan Daerah Muhammadiyah Enrekang, di mana Kamaruddin Sita yang merintis berdirinya SMK Muhammadiyah di Enrekang.
Donasi ini diharapkan dapat mempercepat pembangunan sekolah tersebut sehingga siswa-siswi memiliki ruang kelas yang nyaman untuk belajar.
Ketua Laziamu Enrekang, Nurdin Rauf mengajak kepada seluruh masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan SMK Muhammadiyah pertama di Enrekang.
“Sampaikan donasi anda melalui Lazismu, Lembaga Amil Zakat Nasional yang terpercaya” turur Ketua Lazismu Enrekang. (na)

Bangladesh – LAZISMU. Misi kemanusiaan di Cox’s Bazar, Bangladesh masih terus berlanjut pasca peristiwa memilukan yang menimpa muslim Rohingya di Myanmar. Dinyatakan gelombang pengungsi Rohingya sebanyak 313.000 yang melarikan diri ke Bangladesh sejak 25 Agustus 2017. Sementara jumlah total pengungsi 785.000 jiwa di negara itu.
Sampai saat ini, para pengungsi di Camp Balukhali, Cox’s Bazar mendapatkan bantuan dan pendampingan kesehatan dari berbagai lembaga kemanusiaan dunia, termasuk Muhammadiyah Aid. Sebelumnya, pada 27 September 2017, Muhammadiyah Aid membuka posko layanan kesehatan di Camp Thangkali, Cox’s Bazar, Bangladesh.
Menurut dokter Corona Rintawan, Tim Muhammadiyah Aid yang diterjunkan langsung adalah Tim 9. Target tim ini adalah evaluasi program dan menyiapkan solusi yang strategis. “Dibahas juga kemungkinan memperpanjang program kemanusiaan sampai dengan 8 bulan ke depan, dari rencana awal 6 bulan, mengingat kondisi terakhir di Bangladesh,” jelasnya.
Koordinator misi kemanusiaan Muhammadiyah Aid ini menuturkan, kondisi di sana berdasarkan tim yang ada di lapangan sedang terjadi kasus outbreak difteri. “Jadi tim merespon cepat terhadap berkembangnya kasus difteri di pengungsian,” paparnya. Persiapan khususnya melalukan penyaringan kasus (screening) awal, lanjutnya.
Sebetulnya sudah disiapkan sejak awal bulan Desember, karena memang banyak sekali kasus yang menimpa anak-anak, maka dalam Tim 9 ada dokter spesialis anak, salah satunya relawan tim medis dari Aceh, Aslinar sebagi dokter spesialis anak.
Untuk keberangkatan kali ini, menurut dokter Aslinar yang berada di lokasi pengungsian khususnya di Jamtholy, Muhammadiyah Aid melakukan pelayanan kesehatan. Kehidupan para pengungsi memang sangat tergantung dari bantuan orang lain maupun lembaga kemanusiaan.
“Karena para pengungsi memang hanya diperbolehkan beraktivitas di wilayah seputaran tenda pengungsian saja,” paparnya. Tidak diperbolehkan untuk keluar dari wilayah tenda pengungsian.
Selama di Bangladesh, Muhammadiyah Aid juga bersinergi dengan organisasi kesehatan internasional UN melalui WHO membahas wabah Difteria yang terjadi di lingkungan pengungsian. Beruntung tenaga medis di sana, kata dokter Aslinar pernah bekerjasama dalam tugas di Banda Aceh pasca-Tsunami pada Desember 2004.
Hal senada disampaikan Fotografer Muhammadiyah Aid, Pepi Perdiansyah, bahwa sudah ada perubahan yang cukup berarti di camp pengungsi dibanding kondisi pada saat pertama kali saya datang ke Cox’s Bazar, namun perubahan itu masih bertahap.
“Nyatanya juga masih banyak tenda-tenda pengungsian yang jauh dari layak huni, apa lagi kondisi sekarang bulan Januari sampai awal Maret diperkirakan kondisi cuaca sangat dingin,” pungkasnya.
Cuaca di Bangladesh siang hari suhu 18 derajat celcius, sore hari suhu 12 derajat celcius, dan di malam hari lebih dingin. Kegiatan sehari-hari pengungsi sekadar menghilangkan jenuh. Mereka bermain sepak bola, tua – muda berusaha bergembira.
Sementara kegiatan keagamaan berjalan rutin, dengan berdirinya masjid darurat di setiap blok. Apa yang dilakukan Muhammadiyah Aid, minimal berusaha berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk kemanusian.
Bersama relawan lokal dan Indonesian Humanitarian Alliance (IHA) di Medical Centre yang Tim 9 berkoordinasi untuk melangsungkan program dengan masa pelayanan selama 15 hari, dari 9 Januari – 24 Januari 2018. (na)

Jakarta – LAZISMU. Saat ini dunia teknologi informasi sudah masuk dalam sektor industri yang terintegrasi secara online. Sebuah revolusi industri 4.0 dimana setiap lini industri saling terhubung yang tidak bisa dihindari. Jum’at (26/1/2018), lembaga amil zakat nasional antara lain Baznas, Lazismu dan NU Care-LAZISNU di Gedung Artaloka, Jakarta menggelar diskusi Fundraising Innovation 2018.
Diskusi itu merupakan respon lembaga amil zakat seiring dengan perkembangan digital. Deputi Baznas, Arifin Purwakananta mengatakan di 2018, strategi besar Baznas adalah mencanangkan inovasi zakat digital. Perkembangan teknologi informasi bagi dunia zakat tantangan tersendiri. Menurut Arifin, diharapkan masyarakat semakin giat berzakat agar kesejahteraan sosial terwujud.
Dengan melakukan inovasi teknologi dalam dunia zakat, tujuannya untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat menunaikan zakatnya. Arifin menambahkan, selain melakukan kampanye gerakan zakat, lini massa online merupakan media informasi yang bisa diperoleh masyarakat untuk info zakat yang detail.
Senada dengan lembaga amil zakat yang lain, LazismU juga terus melakukan berbagai inovasi. Arahnya sama, memudahkan masyarakat untuk layanan zakat, infak dan sedekah (ZIS). Manager Fundraising LazismU, Falhan Nian Akbar, mengatakan penghimpunan dan penyaluran zakat secara internal dan eksternal telah dilakukan secara terus-menerus.
“Di internal Lazismu sedang berinovasi untuk membangun sistem IT, jadi sistem manajemen informasi dengan pendekatan IT. Sedangkan di eksternal Lazismu, telah memiliki aplikasi yang bekerjasama dengan kawan baik sebagai mitra strategis.
Sekarang masyarakat bisa mencari informasi tentang zakat melalui aplikasi. Selain kalkulator zakat, Lazismu juga bekerjasama dengan Muslim Vision (MUVON) yang menyediakan saluran zakat online berbasis over the top. “Pada prinsipnya Lazismu sedang membangun layanan ZIS melalui saluran komunikasi online yang memudahkan muzaki,” kata Falhan.
Program-program manarik yang dilakukan Lazismu dipublikasikan secara online. Misalnya elektrifikasi, sebuah program penerangan menggunakan panel surya di NTT yang bersinergi dengan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang sudah pada tahap kedua untuk 1000 rumah tangga miskin. Termasuk program klinik apung, sebagai layanan klinik kesehatan di pulau-pulau terpencil, seperti di Ambon sampai dengan Papua.
Direktur Fundraising Nu Care – LazisNU, Nur Rohman, mengatakan bahwa gerakan penghimpunan ZIS di NU sejak dua tahun lalu menggunakan cara yang serupa. Ada program Koin (Kotak Infak) dari masyarakat. Di Sukabumi sudah memulai aktivitas-aktivitas seperti ini sebagai pengalaman yang lebih dulu bergerak.
Dalam inovasi digital, Nu Care – LazisNU berupaya membangun tata kelola zakat yang baik, untuk menyosialisasikan zakat dengan trend yang sedang berkembang di Indonesia sehingga dapat mendorong peningkatan dan dinamika zakat. (na)

Banjarbaru – Lazismu. Akhir Januari 2018, ada informasi kasus gizi buruk. Di Desa Podok yang menimpa anggota keluarga Mu’min (36) dengan kondisi memprihatinkan. Anak ke – 4 dari 3 bersaudara yang berumur 8 bulan, telah meninggal dunia karena gizi buruk.
Kepala Desa Podok, Kecamatan Aluh-Aluh, menyatakan kasus gizi buruk di lingkungannya, penyebabnya selain faktor kesehatan juga faktor ekonomi. Awalnya respon keluarga ini sudah tepat terhadap kesehatan anak-anaknya. Sangat disayangkan masih ada sanitasi buruk di rumah warga yang menganggu kesehatan,” kata Ahmad Jazoli.
Satu tahun menjadi kepala desa dengan adanya peristiwa ini menjadi catatan penting untuk dirinya dan perangkat desa.
Bersyukur penangganan kasus di desa itu berjalan baik. Pihak Puskesmas Aluh-Aluh, juga telah memeriksa anaknya yang lain Muhammad Norman (3). “Saat ini berat badannya meningkat 8,9 kg, sampai akhir Januari mencapai 10 kg,” ungkap Parah, dari Puskesmas Aluh-Aluh.
Penanganan ini akan terus dilakukan secara berkelanjutan. Daerah Desa Podok, Kecamatan Aluh-Aluh merupakan kawasan pesisir, penduduknya cukup padat. Dihuni 605 Kepala Keluarga dengan luas wilayah 5,05 km persegi.
Sekitar pukul 10.15 waktu setempat, tim pertama Lazsimu berangkat ke lokasi menggunakan speed boat (31/1/2008), dengan perlengkapan medis, Berselang 1 jam lebih, tim kedua berangkat dari dermaga Aluh-Aluh lengkap dengan perlengkapan dapur, sembako serta makanan bernutrisi.
Perjalanan ditempuh kurang lebih 20 menit. Desa Podok, fokus utama dalam respon cepat ini, dikarenakan kasus gizi buruk yang menimpa warganya hingga mengakibatkan salah satu anggota keluarga meninggal.
Berbekal informasi dari Sistem Layanan Rujukan Terpadu (SLRT) Dinas Sosial Kabupaten Banjar, Lazismu bersama Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Kota Banjarbaru berkoordinasi dengan Lazismu di Kabupaten Banjar.
“Kami tidak bisa membayangkan, keluarga tersebut tinggal di rumah yang sebagian besar sudah lapuk dan tak layak huni dengan 3 anaknya yang berusia sekolah,” kata Wasis Nugroho, yang pernah mengabdikan diri di Kecamatan Aluh-Aluh 17 tahun lalu.
Setelah ini, pihak SLRT akan mengajukan untuk program bedah rumah tersebut. Sementara itu, Mu’min bercerita bahwa anak ulun (saya) yang laki-laki berumur 8 bulan sudah meninggal dunia, 15 Januari yang lalu, karena gizi buruk. Sehari-hari saya bekerja sebagai buruh tani, selebihnya mencari ikan kecil di pesisir.
Divisi Pengembangan Program dan Fundraising Lazismu bersama Dinas Sosial telah memberikan kebutuhan pokok. Lazismu mendistribusikan kebutuhan pangan pelengkap bernutrisi. Menurut Ginanjar Sutrisno, biaya hidup untuk beberapa hari dan biaya layanan kesehatan tambahan telah dialokasikan oleh Lazismu.
Khusus penanganan penderita gizi buruk ini, Ginanjar kepada tim media Lazismu (2/2/2018), telah membuka donasi bagi para donatur untuk pendampingan keluarga Mu’min. Kecamatan Aluh-Aluh memberikan apresiasi atas respon cepat Lazismu terjun ke lokasi.
“Kami sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang sigap merespon kejadian gizi buruk di kecamatan Alu-Aluh, diharapkan kolaborasi semua pihak bisa terus terjalin,” ungkap Sa’aludin selaku Camat Aluh-Aluh. (gs)

Jakarta – LAZISMU. Usianya tergolong muda, pria berkulit putih ini sudah 4 bulan di Jakarta. Siang itu, di RSCM Jakarta, Divisi Program Lazismu bertemu dengannya yang tak jauh dari halaman parkir (1/2/2018). Pria asal Bengkulu ini bernama Heriyanto (36). Sehari-hari bekerja sebagai buruh tani Kelapa Sawit. Namun sejak pertengahan 2008, Heri sudah tak bekerja lagi.
Perihal itu, Lazismu mendapat keterangan dari isterinya Mely Haryanti (27), bahwa suaminya mengidap sakit tumor. Suaminya merasa sakit di kaki sebelah kanannya. “Selalu minta dikipasi karena tak kuat menahan sakit,” katanya.
Mely akhirnya membawa suaminya ke rumah sakit saat itu, dokter menyatakan suami ibu terkena tumor, kisahnya. Segala usaha untuk kesembuhan Heri dilakukan keluarganya. Rumah sakit di Bengkulu merujuk suaminya dibawa ke Bandung. Belum ada perubahan, hingga pada waktunya, jalan satu-satunya adalah diamputasi, karena sudah berubah menjadi kanker.
Heri memiliki anak yang duduk di tingkat taman kanak-kanak. Ia tak mampu menafkahi keluarganya. Suatu hari isterinya datang ke Lazismu memohon bantuan untuk suaminya agar bisa memiliki kursi roda. Selanjutnya Lazismu mengunjungi Heri di rumah singgah RSCM untuk melihat keadaannya.
Permintaan itu dikabulkan Lazismu agar Heri dapat beraktivitas. Meski menggunakan tongkat ketiak, Heri kadang meminjam kursi roda sesama pasien. Kini Heri memiliki kursi roda sendiri dari Lazismu. Staf Program Lazismu, Syahrul Amsari mengatakan, ini amanah donatur, harus segera disampaikan, jelasnya.
Heri mengucapkan terima kasih kepada seluruh donatur Lazismu. Semoga program-program Lazismu tambah bermanfaat untuk penerimanya. Di hari yang sama, Lazismu juga memberikan bantuan untuk Ibu Pianah (33) asal Pandeglang yang menderita kanker. Pianah mendapat bantuan juga dari Lazismu karena suaminya sudah tak mampu lagi menanggung hidup selama berobat di Jakarta. (na)

Bangladesh – LAZISMU. Lewat akun pribadi penyantara sosial Facebook, 11 Januari 2018, dokter Aslinar dari Tim 9 Muhammadiyah Aid mengabarkan wabah Difteri di Camp Pengungsi Rohingya merenggut nyawa pengungsi, 27 orang dinyatakan meninggal dan 2700 orang terinfeksi. Demikian dokter spesialis anak ini mengabarkan setelah membaca surat kabar yang terbit di Bangladesh.
Di Tim 9 yang tergabung dalam IHA (Indonesian Humanitarian Alliance) terdiri dari 7 orang, 3 di antaranya berasal dari Muhammadiyah Aid, Dokter Aslinar, Sp.A dari PW Muhammadiyah & Aisyiyah Aceh, Kapuk sebagai perawat dari PKU Muhammadiyah Solo dan Pepi Perdiansyah dari Muhammadiyah Disaster Management Center.
IHA Medical Centre adalah klinik kesehatan yang dimiliki Indonesia. Tenaga medisnya semua dari Indonesia dari berbagai lembaga lembaga kemanusiaan, antara lain: Muhammadiyah Aid yang didukung oleh Lazismu dan MDMC, Dompet Duafa, Rumah Zakat, Darut Tauhid, PKPU, Nadhdatul Ulama, Lazis Wahdah, dan Laznas LMI yang mendapat dukungan dari Kementerian Luar Negeri Indonesia.
Menurut Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Syafiq A. Mughni, seperti dilaporkan Muhammadiyah Aid dari Cox’s Bazar, Bangladesh (29/1/2018), misi dalam aksi kemanusiaan ini sebagai sejarah bagi Indonesia untuk yang pertama kali. Aksi bersma masih sama dilakukan oleh lembaga kemanusiaan dari lembaga amil zakat dan kemanusiaan.
Ia juga menyampaikan bahwa program kemanusiaan di tingkat internasional ini bisa menjadi “best practices” di mana peran Muhammadiyah dalam memimpin layanan kesehatan dalam IHA. Sampai saat ini, lanjut Syafiq, Muhammadiyah telah mengirim sebanyak 28 tenaga kesehatan yang tergabung dalam IHA.
“Apalagi di pengungsian sedang terjadi wabah Difteria, maka aksi ini menjadi penting dalam misi bantuan kemanusiaan keluar negeri,” paparnya.
Bersamaan dengan itu, Presiden Joko Widodo dalam kunjungan kerjanya ke Bangladesh mengapresiasi pemerintah Bangladesh atas kerjasamanya selama ini dalam bantuan kemanusiaan.
Presiden Jokowi juga menyatakan kesiapan pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk terus membantu para pengungsi Rakhine State yang berada di Bangladesh, demikian rilis dari Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden yang diterima Matahati (28/1/2018).
Kehadiran Jokowi di pengungsian disambut Kepala Baznas Bambang Sudibyo, Direktur Tanggap Darurat BNPB, Junjungan Tambunan, dan Koordinator Indonesian Humanitarian Alliance (IHA) Dr. Corona Rintawan dari Chief of Disaster Medical Committee Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan.
Di sela-sela kunjungannya Jokowi memberikan bantuan secara simbolis berupa paket bantuan kepada pengungsi Rohingya. Paket tersebut berisi sarung, selimut, dan perlengkapan sekolah.
Koordinator IHA, Corona Rintawan mengatakan, sampai dengan diturunkannya Tim 9 ke Cox’s Bazar, para penerima manfaat untuk layanan kesehatan hingga 10 Januari 2018 sejumlah 15.950 jiwa. Di samping itu, program kesehatan berupa nutrisi bagi anak-anak jumlah penerima manfaatnya sebanyak 1.863 jiwa.
Dalam kesempatan yang sama, Corona melaporkan bahwa IHA dalam layanan medisnya melibatkan dokter dan perawat, serta ketersediaan obat-obatan untuk menunjang klinik darurat dan layan gerak kesehatan (mobile clinic).
Dalam rilis resminya yang diterima Matahati (15/1/2018), IHA juga melaporkan bahwa keberadaannya sejak 18 September 2017, untuk melakukan pengkajian, kebutuhan dan penyaluran kebutuhan kemanusiaan untuk tahap awal. Hingga saat ini didukung oleh 12 lembaga kemanusiaan.
Nilai komitmen yang disalurkan dalam bantuan kemanusiaan untuk pengungsi Rohingya, di Cox’s Bazar mencapai Rp 15 milyar lebih dan akan terus bertambah. IHA juga telah mendapatkan lokasi pelayanan yang ada di Camp Jamtholy, dengan kapasitas pengungsi yang tertampung lebih dari 48.000 jiwa. (na)

