


Bandung – LAZISMU. Perencanaan dalam aktivitas organisasi tidak bisa diabaikan. Setiap kegiatan berawal dari perencanaan. Dalam lembaga amil zakat, fundraising berperan penting menghidupkan makna penting program. Lazismu harus mampu memaksimalkan rencana proses penghimpunan zakat, infak, sedekah dan dana sosial kemanusiaan lainnya (Ziska) pada momen penting.
Lazismu Wilayah Jawa Barat pada 30 – 31 Agustus kemarin, mengupasnya dalam workshop marketing dan fundraising yang menghadirkan amil-amil Lazismu se-Jawa Barat. Di Masjid Raya Mujahidin workshop berlangsung. Peserta diarahkan untuk mampu merencanakan agenda fundraising secara konseptual dan implementasinya di lapangan.
Dalam sudut pandang analisa SWOT, Lazismu Daerah diarahkan dapat merencanakan program fundraising sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas di daerah nya masing-masing. Sehingga proses fundraising di daerah menjadi maksimal. Selain materi yang berkaitan dengan fundraising, disisipkan pula materi tentang akuntasi zakat PSAK 109.
Salah satu materi fundraising yang disampaikan kepada para peserta adalah Fundraising Digital. Muhammad Furqon dan Argo Wibowo - dua pemateri dari Lazismu Pusat - memberikan materi tentang bagaimana di dunia digital hari ini proses fundraising dilakukan.
Furqon mengatakan, melalui pelatihan aktivasi akun lazismu.org dan matahatimu setiap kantor layanan Lazismu di daerah bisa meningkatkan penghimpunan dana ziska dengan memanfaatkan website Lazismu nasional.
“Setiap program yang ada di daerah bisa diakses langsung secara nasional melalui laman lazismu.org dan matahatimu.org.,” katanya. Langkang tersebut berkorelasi dengan kesempatan berdonasi yang terbuka lebih luas bagi seluruh kalangan masyarakat, sambung Furqon.
Argo mengungkapkan, pelatihan dan workshop diarahkan pada perencanaan fundraising yang matang. “Berbanding lurus dengan efektifitas fundraising yang dijalankan oleh fundraiser sebagai ujung tombak,” katanya. Karena itu, pendidikan dan pelatihan fundraising sangat dibutuhkan agar amil-amil zakat memiliki kecakapan dan wawasan tentang perkembangan dunia fundraising yang semakin berkembang di era digital.

Dalam momen yang sama, Zaini Abdul Malik, selaku Ketua BP Lazismu Jawa Barat, menyampaikan, workshop selain ajang silaturahim juga sebagai tempat sharing untuk mempertemuka persepsi yang berbeda. Dari sana, keseragaman marketing, branding dan fundraising Lazismu di daerah-daerah akan bertemu dalam satu persepsi.
“Dalam syariat, ayat zakat bisa difahami sebagai marketing dengan memperkuat branding Lazismu.” papar Zaini. Dia menambahkan, pelatihan dan workshop ini juga menyentuh aspek akuntansi zakat yang lebih dikenal dengan PSAK 109 sehingga seluruh Lazismu se-Jawa Barat menjadi lembaga yang kuat secara akuntabilitas.
“Tujuan lain dari pelatihan dan workshop ini untuk meningkatkan pengelolaan ZISKA yang lebih efisien dan efektif di Jawa Barat,” terangnya.
Sementara itu, dalam sambutannya, Ketua PWM Jabar, Suhada menyampaikan, Lazismu bisa menjadi jalan keluar bagi kehidupan masyarakat jika proses ekonomi macet. “Pengelolaan zakat ini tidak bisa main-main karena dituntun betul dalam firman-Nya.” Paparnya.
Kegiatan ini mempersiapkan keberlangsungan aktivitas LAZISMU Se-Jawa Barat yang lebih terarah. Pemasaran dan penggalangan dana (fundraising) merupakan kegiatan yang sangat penting dalam upaya mendukung jalannya program dan menjalankan roda operasional lemabga amil zakat, yang telah digariskan. Tidak hanya secara konvensional, tapi juga ditujukan menggarap lading digital agar mampu bersaing. (bs)

Palu
– LAZISMU. Pemberdayaan petani bagian dari gerakan Al-Maun yang diinisiasi
Muhammadiyah. Dalam usaha penguatan kapasitas petani, pengenalan produk
pertanian yang bernilai ekonomi tinggi merupakan sebagian dari pendekatan
Muhammadiyah dalam mengedukasi agar para petani dapat melakukan inovasi.
Suatu
lahan pertanian perlu difasilitasi dengan sarana pengairan yang memadai. Selain
sebagai sumber penghidupan lahan pertanian, sumber air juga menghidupkan
keberlangsungan masa tanam dan masa mengetam bagi petani. Langkah ini ditempuh
Majelis Pembedayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah dengan menginisiasi
gerakan Jamaah Tani Muhammadiyah (Jatam).
Jatam
dideklarasikan dengan memfasilitasi petani dengan penggalian lima sumur
artesis. Sumur artesis langsung diresmikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah,
Haedar Nashir di Sigi, Palu, Sulawesi Tengah (31/8/2019). Disaksikan para
petani yang tergabung dalam Jatam, Haedar mengatakan, PP Muhammadiyah
menghargai upaya yang dirintis MPM yang merambah Sulteng untuk Jatam pertama di
luar pulau Jawa.
Buah
kerjasama MPM dan Lazismu selama ini senafas dengan gerakan Al-Maun
Muhammadiyah, kata Haedar. Selain ada MDMC yang mengurus bidang kebencanaan,
keberadaan MPM di beberapa tempat di kawasan tertinggal, terluar dan terpencil
(3T) turut membuktikan kiprahnya.
MPM
telah mengupayakan peningkatan usaha tani mulai dari produksi dan pasca usaha
tani. "Nikmat Allah tidak bisa dihitung. Betapa diberi nikmat Allah SWT
sedemikian rupa, alam dan kekayaan yang besar. Indonesia sangat kaya, bagaimana
memanfaatkan anugerah itu secara berkemajuan," sambung Haedar.
Haedar
berharap Jatam Sulteng harus menjadi petani berkemajuan. Menurut Haedar,
kelemahan pertanian kita jika sering didiamkan tidak akan mengalami kemajuan.
Banyak produk yang bisa diproduksi tetapi masih impor. Bangsa penjajah datang
ke Indonesia salah satunya memperebutkan kawasan yang kaya produk pertanian dan
perkebunan.
"Di
Donggala ini menghasilkan Kopra. Petani bukan jamaah yang malas. Jika pertanian
tidak maju, yang disalahkan petani kita malas. Padahal bukan. Banyak yang
menyebutkan penelitian, petani kita gigih dan pekerja keras. Memiliki sifat
komunal, perasaan jiwa bersama. Dan tidak kenal lelah. Kelemahan kita mungkin
di sektor teknologi," terang Haedar.
Maka
Jatam, lanjut dia, Muhammadiyah perlu melakukan inovasi teknologi untuk
meningkatkan produk pertanian. Sektor teknologi harus kuat. Di samping SDM juga
perlu ditingkatkan. Petani harus punya jiwa mandiri. Percaya yang dilakukan dan tidak meminta
bantuan ke orang lain, tetapi terbuka untuk bekerja sama.
Dia
menjelaskan watak seorang petani di antaranya sabar, tekun, tidak kenal lelah,
telaten, dan mandiri. "Banyak jalan
menggerakkan persyarikatan, salah satunya lewat Jatam,” tutupnya.
(muhamamdiyah.or.id/na)

Akibat kemarau panjang, krisis air bersih melanda Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Dampaknya kian meluas di sejumlah desa. Warga yang tidak memiliki sumber air terpaksa mengandalkan air bersih bantuan. Salah satunya yang terjadi di Kampung Sumelap Kelurahan Sumelap, Kecamatan Tamansari. Hampir seluruh warga di desa ini tidak memiliki sumber air berupa sumur, sehingga sangat bergantung pada bantuan dari pemerintah daerah dan instansi lainnya.
Dampak kekeringan itu direspons Lazismu Kota Tasikmalaya bekerjasama dengan BPDB Kota Tasikmalaya. Sebagai solusi diadakan kegiatan Bantuan Air Bersih untuk daerah yang dilanda kekeringan. Aktivasi ini sebagai tindak lanjut dari laporan yang diterima oleh PCM Tamansari, kekeringan di Kampung Sumelap terjadi dalam waktu cukup lama. Warga yang terdampak akhirnya kekurangan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
“Sudah lama kami tidak ada sumber air. Biasanya kami hanya menunggu hujan, tapi karena kemarau, jadi kami hanya bergantung pada bantuan saja," kata tokoh masyarakat setempat, Bapak Saun, pada Senin, 2 September 2019).
“Serta ini adalah kekeringan yang keempat kalinya yang terjadi, maka dengan bantuan dari Lazismu dan BPBD ini semoga dapat menambah manfaat bagi masyarakat di kampung sumelap ini,” lanjut ujar Bapak Saun.
Air merupakan salah satu komponen kehidupan yang sangat dibutuhkan oleh setiap manusia, maka mari ikut berpartisipasi dalam Program Setetes Air Sejuta Kehidupan Bantuan Air Bersih untuk Daerah Kekeringan, dengan cara mengklik tombol donasi di bawah ini. (tm)

Di Purbalingga, Ta'mir Masjid Besar Baitul Mu'min, menggelar tabligh akbar dalam rangka menyambut tahun baru islam. Kegiatan ini bersamaan dengan agenda dari Lazismu Daerah Kabupaten Purbalingga yang meluncurkan Kantor Layanan Lazismu Masjid Besar Baitul Mu'min Bobotsari (1/9/2019)
Acara peluncuran dihadiri oleh Ketua Umum PDM Kabupaten Purbalingga, Badan Pengurus dan Eksekutif Lazismu Purbalingga, PCM Bobotsari, Forkompimcam Bobotsari (Camat, Kapolsek, Dan Danramil), Serta PRM Se-Cabang Bobotsari.
Dalam acara peluncuran, Ketua Lazismu Masjid Baitul Mu'min Sugeng Riyadi, menyampaikan laporannya berkaitan dengan pemasukan dana ZISKA, periode Januari-Agustus 2019, sejumlah Rp 112.324.000, dihadapan para tamu undangan dan hadirin lainnya.
Secara pribadi, ia menyampaikan "Sebagai Kepala Kantor Layanan, Lazismu Masjid Besar Baitu Mu'min, mengucapkan terima kasih atas peran serta Lazismu Daerah Purbalingga dengan terlaksananya kegiatan ini.
Ini juga merupakan amanah yang membutuhkan curahan waktu, fikiran, tenaga serta komitmen kuat untuk bisa melaksanakannya," katanya.
.jpeg?access_token=289b2a47-cb76-4969-b007-b96c101904c6)
Direktur Lazismu Purbalingga, Andi Pranowo, dalam sambutan mengatakan, "Ini salah satu terobosan yang kami lakukan agar lebih dekat dengan keluarga muzaki, munfik dan musodik,” terangnya. Di Bobotsari khususnya, lingkup Masjid Besar Baitul Mu'min akan kami proyeksikan sebagai Pilot Project dalam kegiatan pemberdayaan berbasis masjid.
Ini kami mulai dengan kegiatan pengumpulan dana ZISKA, yang lebih sistematis dan terprogram dengan adanya Kantor Layanan di Lazismu Masjid Baitul Mu'min ini.
Dalam kesempatan itu, Ustadz Syarifudin, dalam ceramahnya mengatakan, mengenai keutamaan di bulan muharam termasuk di dalam kajian tersebut beliau memberikan motivasi kepada jamaah untuk belajar menunaikan zakat sebagai rukun Islam ketiga.
Di penghujung acara, dilakukan pemotongan pita peresmian Kantor Layanan Lazismu Masjid Besar Baitul Mu'min dan pemberian bantuan kepada 100 penerima manfaat.
Dengan diresmikannya KL Lazismu Masjid Besar Baitul Mu'min, harapan besarnya, dapat memaksimalkan amil dalam mengelola dana ZISKA, terutama dalam rangka mencapai visi Lazismu, "Menjadi Lembaga Amil Terpercaya (lp)

Sidoarjo – LAZISMU. Sampah selalu menjadi persoalan di kota-kota besar, termasuk di perguruan tinggi. Cara penanganannya dilakukan serius karena berbagai jenis sampah ada yang bisa dilebur dan tidak bisa dilebur. Antisipasi penumpukan sampah adalah solusi bagaimana sampah dapat diminimalisir dengan memilah sampah yang dapat didaur ulang.
Di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA), Lazismu sebagai lembaga filantropi ada di dalamnya. Di lingkungan akademik ini Lazismu melalui program-programnya berkreasi melakukan inovasi dan edukasi di kalangan anak-anak muda, terutama mahasiswa.
Selain mencetuskan program donasi dan beasiswa, Lazismu juga meluncurkan program “Sedekah Sampah” sebagai bentuk tanggung jawab sosial terhadap persoalan sampah di dalam kampus. Di Umsida, penerimaan mahasiswa baru telah selesai. Kegiatan Forum Ta’aruf Mahasiswa Baru (Fortama) sedang berjalan di tahun akademik 2019/2020.
Lazismu yang berkolaborasi dengan BEM Umsida, mengangkat isu sampah sebagai model memperkenalkan Lazismu di kalangan mahasiswa baru, katanya kepada tim media Lazismu (10/8/2019). Menurut amil Lazismu Umsida, Prayekti, sedekah sampah salah satu bentuk kepedulian sosial serta salah satu program pemberdayaan mahasiswa penerima Beasiswa Sang Surya agar memiliki jiwa peduli.
“Sedekah sampah ini merupakan salah satu program dalam memberikan edukasi dan kepedulian lingkungan. Gaya hidup sehat dengan peduli terhadap sampah merupakan pintu masuk kreatif fundrasing (penggalangan dana) untuk memperkenalkan Lazismu,” jelasnya.
Pada tahap awal, Lazismu menyediakan sepuluh tong sampah. Lalu tim relawan peduli sampah menyosialisasikan kepada seluruh mahasiswa. “Terutama sampah plastik yang bisa dimanfaat jika dalam kondisi bersih,” pungkasnya.
.jpeg?access_token=7455f350-bf3e-48d7-b4a6-0cd6b164fe26)
Program sedekah sampah ini disosialisasikan melalui jejaring media sosial lewat organisasi mahasiswa di kampus, serta melatih tim relawan peduli sampah. Konsep sedekah sampah, sambungnya sebagai wujud kepedulian Lazismu dalam merespons isu SDG`s terutama di lingkungan akademik.
Menyikapi persoalan sampah, Ferdy Rakhmat Dianova selaku Ketua BEM Umsida, mengatakan,
program sedekah sampah ini akan menjadikan kita agen sosial yang peduli sampah. “Dengan berkolaborasi bersama Lazismu, sedekah sampah yang dikumpulkan oleh para relawan akan dikonversi menjadi sedekah rupiah yang hasilnya bisa menolong sesame,” tandasnya.
BEM Umsida mendukung penuh program sampah ini. Di hari pertama masih banyak mahasiswa yang belum paham memilah sampah. Karena itu, beberapa relawan terus mengajak mahasiswa lainnya untuk membuang sampah khusus botol plastik dan gelas plastik yang telah disediakan oleh Lazismu.
Harapan ke depan, tambah Ferdy, mahasiswa yang lainnya bisa ikut serta mendukung program ini dengan membuang sampah botol plastik di tempat yang sudah disediakan. Di hari pertama saja, kata Ferdy, berhasil dikumpulkan 5 karung besar botol plastik, ditaksir bobotnya mencapai 30 kilogram.
Ferdy menilai, dengan pendekatan edukatif ini mahasiswa di Umsida akan tergerak untuk membuang sampah pada tempatnya, sekaligus mengenal program-program Lazismu di Umsida. Program ini juga sebagai pilot project Lazismu berbasis kampus yang menjadi promotor sedekah sampah, paparnya.
Jika sedekah sampah ini berhasil, semua pihak yang berkepentingan (civitas akademik) akan memiliki persepsi yang sama untuk mendorong agar program sedekah sampah dapat terus dikampanyekan utnuk membangun jaringan komunikasi bersama Lazismu. (na)

