Berita

Ikuti kabar terbaru dari Lazismu. Lihat laporan penyaluran, kisah inspiratif penerima manfaat, dan dampak nyata dari ZIS Anda

Lazismu Salurkan Beasiswa Penyelesaian Studi Untuk Mahasiswa Di Milad ke-23 Universitas Muhammadiyah Buton

SULTRA – Pendidikan sebagai investasi jangka panjang sejatinya dapat diakses dengan komitmen yang kuat. Di perguruan tinggi Muhammadiyah, Buton, Sulawesi Tenggara, komitmen itu diwujudkan dengan pemberian beasiswa bagi mahasiswa di acara Milad ke-23 Universitas Muhammadiyah Buton (UMB).

Dalam milad tersebut, Lazismu Kota Baubau ikut mengukuhkan komitmennya di pilar pendidikan dengan menyerahkan beasiswa penyelesaian studi kepada para mahasiswa. Penyerahan beasiswa ini berlangsung pada, 4 Agustus 2024 di Aula Gedung B Universitas Muhammadiyah Buton, dihadiri oleh pengurus Lazismu Kota Baubau, Ketua Badan Pembina Harian (BPH), Rektor Universitas Muhammadiyah Buton, mahasiswa penerima manfaat dan sejumlah tamu undangan lainnya.

Ketua Lazismu Kota Baubau, Azaludin, dalam sambutannya mengataka tentang pentignya dukungan terhadap pendidikan sebagai investasi jangka panjang. "Kami berharap bantuan beasiswa ini dapat menjadi pendorong semangat bagi para mahasiswa penerima dalam menyelesaikan studi mereka dengan baik,” ungkapnya.

Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang sangat berharga, dan kami di Lazismu Kota Baubau berkomitmen untuk terus mendukung upaya-upaya peningkatan kualitas pendidikan di Kota Baubau, kata Azaludin.

Beasiswa penyelesaian studi ini diberikan sebagai bentuk nyata dukungan Lazismu kepada mahasiswa yang membutuhkan bantuan finansial untuk menyelesaikan studinya. Bantuan ini diharapkan mampu meringankan beban biaya pendidikan dan memotivasi mahasiswa untuk terus berprestasi.

Jumaidin, salah satu penerima beasiswa dari Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Muhammadiyah Buton, mengungkapkan rasa syukur dan terima kasihnya atas bantuan yang diterima.

"Beasiswa ini sangat membantu saya dalam menyelesaikan studi saya, terutama di tengah kesulitan ekonomi yang saya hadapi. Saya berjanji akan memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya dan terus berusaha meraih prestasi akademik," katanya meyakinkan.

Acara penyerahan beasiswa ini merupakan bagian dari program Lazismu Kota Baubau yang bertujuan untuk meningkatkan akses pendidikan tinggi bagi seluruh lapisan masyarakat, terutama yang memiliki keterbatasan ekonomi. Lazismu berharap, dengan adanya bantuan ini, semakin banyak generasi muda yang dapat menyelesaikan pendidikan mereka dan berkontribusi positif bagi pembangunan Kota Baubau.

 

{Kelembagaan dan Humas Lazismu PP Muhammadiyah/Hidayat}

 

SELENGKAPNYA
7 Agustus 2024

Meriahkan Milad Ke-22, Lazismu Kota Madiun Salurkan Santunan Anak Yatim Di Kajian Ahad Pagi

MADIUN --- Kajian rutin Ahad Pagi di Islamic Center Madiun semakin meriah dengan terlaksananya rangkaian Gebyar Milad Lazismu Ke-22. Milad lazismu ke-22 tahun ini diselenggarakan pada Minggu, 4 Agustus 2024. Rangkaian kegiatan ditampilkan antara lain, santunan anak yatim, cek kesehatan gratis, sarapan pecel 1000 porsi dan senam Aisyiyah Bahagia.

Sutomo selaku Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Madiun, mengucapkan terima kasih kepada para hadirin dan donatur, mitra, dan para penggerak Lazismu di Madiun dan sekitarnya.

Milad kali ini merefleksikan apa yang telah dicapai Lazismu Kota Madiun hingga hari ini. “Insyaallah apa yang telah diamanahkan senantiasa disalurkan melalui program-program Lazismu” tandasnya.

Ketua PDM Kota Madiun lalu menyerahkan santunan untuk anak yatim. Sutomo menyampaikan harapannya untuk Lazismu Kota Madiun agar selalu menyebarkan kebaikan untuk umat yang lebih luas. Salah satu yang disorot adalah capaian Lazismu melalui layanan unggulan berupa ambulans gratis yang telah membantu banyak orang untuk menjangkau fasilitas kesehatan dengan lebih mudah.

Dalam milad tersebut, Mulyadi sebagai Ketua Badan Pengurus Lazismu Kota Madiun mengungkapkan,  Lazismu menggandeng anak-anak dari LKSA Panti Asuhan Muhammadiyah dan siswa-siswi AUM SD, MI dan SMP di Kota Madiun sebagai penerima manfaat santunan. Santunan yang diberikan berupa bingkisan alat tulis sekolah dan uang saku.

“Total ada 85 anak yang menerima santunan anak yatim dan duafa. Penyaluran santunan ini juga terlaksana dalam rangka program Beasiswa Mentari,” paparnya. Di masa yang akan datang, Lazismu Kota Madiun berharap program Beasiswa Mentari tidak hanya menyalurkan bantuan alat tulis sekolah dan uang saku, tapi kata Mulyadi, juga bisa memberikan bantuan pemenuhan seragam sekolah atau biaya pendidikan lainnya yang lebih besar.

Kendati gebyar milad Lazismu ini baru bisa terlaksana, namun tak sedikit pun menghilangkan kekhidmatan gelaran acara itu. “Antusiasme jamaah terlihat dari antrean jamaah yang mengambil sarapan pecel. Lazismu menggandeng 4 vendor warung pecel untuk hadir menyiapkan 1000 porsi pecel pincuk. Gedung ICM tempat para vendor makanan membuka lapaknya penuh dengan jamaah yang mengantri dan makan,” ungkapnya.

Penyelenggaraan gebyar milad Lazismu terlaksana berkat kolaborasi dari banyak pihak. Layanan cek kesehatan dan pengobatan gratis terlaksana atas partisipasi dari Rumah Sakit Islam Aisyah Madiun dan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC). Total ada 120 pasien yang menerima pengobatan gratis terdiri dari orang dewasa dan lansia.

[Kelembagaan dan Humas Lazismu PP Muhammadiyah/Lazismu Kota Madiun)

SELENGKAPNYA
6 Agustus 2024

Berangkat Dari Potensi Lokal, Lazismu dan Madani Berkelanjutan Ajak Masyarakat Kelola Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim

JAKARTA – Manusia sebagai mandataris di muka bumi memiliki tugas untuk memakmurkan bumi. Mengurus dan mengelola bumi dari kerusakan merupakan sikap antisipatoris untuk keberlangsungan generasi selanjutnya. Perubahan iklim sebagai sunatullah adalah takdir yang bisa diubah dengan langkah mitigasi.

Dalam sesi pengantar workshop dampak perubahan iklim dan peran Lazismu, di Jakarta, 3 Agustus 2024, Sofa dari Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah menyampaikan dampak perubahan iklim harus disadari dengan sikap bahwa dalam ajaran islam takdir perlu dipahami dengan ikhtiar penuh.

“Takdir bisa dalam arti suatu hal yang diterima dengan ikhlas dan takdir yang bisa dimaknai dengan ikhtiar untuk bisa mengubah agar manusia tidak kehilangan kreatifitasnya,” jelas Sofa.

Mengenai dampak perubahan iklim, Sofa mengatakan hubungan manusia dengan manusia tidak sekadar manusia dalam makna yang utuh. Tapi di dalam hubungan manusia dengan manusia juga bermakna bagaimana hubungan manusia dengan alam.

“Alam semesta itu untuk manusia. Kerusakan alam yang terjadi juga disebabkan oleh manusia yang berdampak kepada anak cucu kita dan berdampak juga oleh pelakunya,” pungkasnya.          

Jangan sampai anak generasi selanjutnya mengetahui Nyiur Melambai hanya dalam lirik lagu. Faktanya pantai menjadi gersang dan tidak ada tanaman, kondisi itu menyedihkan.  

Kesadaran umat Islam tentang perubahan iklim yang dipahami sebagai takdir harus dilihat lagi maknanya sebagai sesuatu yang bisa diubah dalam arti bisa dimitigasi. Ada proses pencegahan jika sudah diketahui dampaknya, kata Sofa.   

Musyawarah nasional Majelis Tarjih tahun 2020 adalah munas terlama sepanjang sejarahnya di persyarikatan Muhammadiyah. Dalam munas itu Sofa bercerita yang diawali dengan pra munas dengan topiknya pengembangan putusan tarjih berkenaan dengan salat Istosqo dan perubahan iklim.

Curah hujan yang tidak pasti dan kemarau yang panjang memicu ikhtiar untuk melakukan salat Istisqo dan doa. Dalam diskusi seputar perubahan iklim tersebut pada akhirnya muncul istilah dosa ekologis. Karena ada istilah dosa ekologis yang berangkat dari kerusakan alam salah satunya akibat dosa manusia.

“Memahami dosa dan maksiat itu hanya seperti apa yang kita pahami. Jadi dikaji kembali maka ada istilah dosa ekologis,” jelasnya. Karena kemarau panjang itu sunatullah maka bisa dipelajari dan bisa dihitung secara saintifik. Kemudian topik itu berkembang dan menghasilkan produk kajian tarjih berupa Fikih Air dan Fikih Kebencanaan.

Rumusan dari dokumen produk tarjih tersebut, sambung Sofa, salah satu intisarinya memberikan dasar teologis yang kuat bagi seorang muslim agar bersikap terhadap perubahan iklim. Selanjutnya, Fikih Kebencanaan menyajikan suatu sikap bagi seorang muslim untuk bersungguh-sungguh merespons perubahan iklim dan dampaknya dengan mitigasi bencana.

“Dari sini sebetulnya bisa menjadi panduan moral dan etik yang melahirkan kerangka dasar yuridis. Prinsip universal sebagai kaidah digunakan untuk tolok ukur menyusun regulasi dan membuat program yang konkret misalnya dalam tata kelola air dan lainnya,” tandasnya.  Maka keterlibatan publik dan penyusunan skala prioritas dalam merespons dampak perubahan iklim adalah signifikan.      

Merespons paparan yang disampaikan Sofa dari Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, dalam kesempatan itu, Deputy Derector Madani Berkelanjutan Giorgio Budi Indrarto, mengatakan, memandang perubahan iklim di kalangan umat Islam saya optimis mitigasi dan adaptasi akan bisa dilakukan.

Karena dalam kajian dampak perubahan iklim untuk mengelola mitigasi dan adaptasinya membutuhkan biaya yang sangat tinggi. “Butuh banyak bantuan, masyarakat Indonesia dikenal dermawan bahkan bisa memberikan bantuan untuk diri kita sendiri,” katanya.

Yang menarik sebagai catatan, ketika ada dana tapi bingung akan melakukan apa. Tanam pohon dan lainnya baru sebatas permukaan dalam merespons dampak perubahan iklim. “Lebih relevan ketika berpikir preventif dalam konteks dampak perubahan iklim. Indonesia sudah banyak target di sektor lahan dan hutan, untuk sektor energi kita mau seperti apa model energinya di Indonesia,” tuturnya.

Dalam Islam seperti disampaikan Majelis Tarjih dan Tajdid, seperti melihat sebuah kode, kata Giorgio. Ada semacam rambu-rambu yang harus dimaknai, misal ketika ingin bicara energi terbarukan, ini penting kita dalami dalam konteks perubahan iklim. Dari sisi halalnya sudah dikaji, tapi dari sisi kebaikannya itu yang perlu digali kembali.

Secara zat sumber – sumber daya alam itu halal, tapi bagaimana cara memperolehnya. Saatnya sekarang umat islam bisa menunjukkan bahwa ini cara kita bertransisi dalam suatu kondisi ke kondisi yang lain. Cara pandangnya harus berbeda dengan negara yang menyajikan suatu kebijakan, katanya. Ketika gagal menuju perubahan yang diinginkan maka akan jadi ujian yang besar.

“Dalam konteks perubahan iklim ada banyak potensi, seperti fikih air, ini yang kita jadikan sebagai sebuah tantangan dan kita tidak dikatakan sebagai kelompok orang yang menepak air tapi mengenai muka sendiri,” terangnya.

Giorgio menuturkan Indonesia harus mengejar capaian itu dalam SDGs dan berangkat dari potensi lokal ini akan ada harapan bahwa Lazismu yang berkolaborasi dengan jaringan Muhammadiyahnya, tadi ada Muhammadiyah Climate Changes (MCC) dan Majelis Lingkungan Hidup (MLH), maka kita harus sering banyak diskusi. “Ada kesempatan untuk bertemu dan berkolaborasi, dan apa yang bisa kita jadikan sebagai suatu inovasi sosial,” pungkasnya menutup sesi pengantarnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Madani Berkelanjutan, dalam kesempatan itu mengatakan, apa yang disampaikan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah dengan kajian dan teorinya secara nyata dari semua yang kita lakukan praktiknya harus memikirkan bagaimana dampaknya bagi kita semua terhadap lingkungan.

“Ini bukan persoalan main-main, dampak perubahan iklim yang kita rasakan sudah sangat terasa. Dan takdir harus bisa diubah, tidak bisa membiarkan praktik yang mengabaikan kelestarian lingkungan yang dampaknya akan dirasakan anak cucu kita. Kita tidak boleh meninggalkan bumi dan lingkungan yang sulit dihuni oleh anak cucu kita karena dampak perubahan iklim,” tandasnya.

Dampak perubahan iklim, lanjut Nadia Hadad, sudah menjadi misi Madani Berkelanjutan dalam mendorong dan membantu pemerintah untuk dapat melaksanakan kewajiban itu. Negara harus mengeluarkan kebijakan yang melestarikan lingkungan, Namun kebijakan itu belum mengarah ke sana dan belum maksimal.

Yang bisa kita lakukan sekarang ini, sambung Nadia Hadad, mengajak publik bersama masyarakat menyadarkan masyarakat untuk melakukan upaya yang lebih jelas dan berdampak untuk benar-benar menjaga lingkungan. Kita sadar masih ada yang belum bisa melestarikan lingkungan, seperti yang disampaikan Tarjih, tutupnya.  

[Kelembagaan dan Humas Lazismu PP Muhammadiyah]

SELENGKAPNYA
4 Agustus 2024

Pendidihan Global, Kolaborasi Lintas Sektor Bagi Lazismu Langkah Nyata Adaptasi Dampak Perubahan Iklim

JAKARTA – Tantangan perubahan iklim di saat ini nyata di sekitar lingkungan manusia. Seperti dikatakan Sekjen PBB, Antonio Guterres, pemanasan global sudah berakhir, sekarang ini yang terjadi pendidihan global. Dampak perubahan iklim telah tiba di depan mata, suhu yang panas belakangan ini mengkonfirmasi situasi atas fenomena perubahan iklim di era industrialisasi.

Persoalan perubahan iklim yang hangat dikaji Lazismu dan Madani Berkelanjutan selama dua hari, 3-4 Agustus 2024, di Menteng, Jakarta, mendasari alur kegiatan workshop yang fokus pada mitigasi dan adaptasi dari dampak perubahan iklim.

Ketua Badan Pengurus Lazismu, Ahmad Imam Mujadid Rais, yang juga mengikuti acara ini mengatakan dari alur materi yang sistematis dapat dikembangkan dalam suatu framework Lazismu pada pelaksanaan program lingkungan.     

Para peserta dari hari pertama sampai hari kedua telah melakukan eksplorasi. Kata Mujadid Rais, mereka melihat fakta-fakta perubahan iklim di daerah masing – masing. Misal dampak yang mereka rasakan di daerahnya terjadi kesulitan memperoleh air bersih, petani mendapatkan lahannya dalam situasi kering, dan suhu dirasakan panas. Apa yang mereka sampaikan dari kondisi daerahnya adalah sebagian contoh kecil yang dialami.

Dari pemahaman itu dalam workshop, analisa dapat dilakukan sejauh mana adaptasi dan mitigasi penting dan Lazismu sebagai lembaga filantropi dapat turut serta berkontribusi. Kaitan perubahan iklim dan lingkungan bisa dikreasi menjadi saluran program menarik yang sumber dananya dikemas dalam aksi penghimpunan (fundraising).

Kontribusi Lazismu dalam program lingkungan dan perubahan iklim adalah strategis. Alasannya kata Mujadid Rais, Lazismu berpeluang untuk kolaborasi. Ini tidak bisa berjalan sendiri. Di internal persyarikatan bersama majelis, lembaga dan ortom akan ada sinergi yang kuat.

Tak kalah penting, inisiasi membangun aliansi lintas sektor seperti dengan lintas agama untuk membangun kesadaran umat tentang perubahan iklim. Termasuk berkolaborasi dengan pemerintah baik di pusat dan daerah dan media dalam realisasinya nanti.   

Sementara itu, Manajer Reaseacrh and Development Lazismu, Sita Rahmi, mengungkapkan, workshop dampak perubahan iklim yang dilaksanakan Lazismu adalah rangkaian workshop sebelumnya tentang panduan kerangka kerja logis yang diikuti kawan – kawan dari wilayah dan daerah.

“Menyambung rangkaian kegiatan itu, secara khusus pada isu lingkungan. Dengan metode partisipatoris  peserta dirangsang untuk memetakan masalah dan identifikasi potensi lokalnya. Mereka diharapkan dapat memetakan kondisinya,” katanya.

Sebagai contoh, ketika daerah mereka mengalami kekeringan, apa yang bisa dilakukan dengan potensi lokalnya agar bisa beradaptasi dengan musim kering sehingga aktivitas sosial dan perputaran roda ekonomi dapat terus berlanjut meningkatkan nilai bagi masyarakat setempat.   

Bagaimana berkoordinasi dengan aktor lokal dan jaringan Muhammadiyah sehingga rencana aksi bisa lebih konkret untuk berjalannya program perubahan iklim bisa direalisasikan. Workshop ini sebagai bekal dan pintu masuk kawan - kawan Lazismu wilayah dan daerah untuk menjalankan program adaptasi perubahan iklim berdasarkan kebutuhan lokal.

 [Kelembagaan dan Humas Lazismu PP Muhammadiyah]

 

SELENGKAPNYA
4 Agustus 2024

Di Workshop Dampak Perubahan Iklim, Lazismu dan Madani Berkelanjutan Tandatangani Kerjasama

JAKARTA – Umat Islam menyadari tentang arti penting perubahan ikim. Kerisauan tentang dampak perubahan iklim begitu nyata. Dibutuhkan kolaborasi dan apa yang harus dilakukan untuk merespons perubahan iklim. Sosialisasi pemahaman tentang perubahan iklim semakin mendesak karena masih menjadi pekerjaan rumah bersama.

Dampak perubahan iklim menjadi perhatian Lazismu dan Madani Berkelanjutan. Hari ini, kedua lembaga berkolaborasi menyelenggarakan Workshop Dampak Perubahan Iklim dan Peran Lazismu, di Menteng, Jakarta yang berlangsung dari Sabtu – Minggu, 3 – 4 Agustus 2024.

Ketua Badan Pengurus Lazismu, Ahmad Imam Mujadid Rais, dalam pembukaan workshop dampak perubahan iklim mengatakan agenda ini momentum yang tepat bahwa workshop selama dua hari   diinisiasi oleh Lazismu yang bersinergi dengan Madani Berkelanjutan.

“Direncanakan dengan proses yang panjang dan evaluasi program yang bertalian dengan SDGs, Lazismu menilai program lingkungan capaian programnya harus dioptimalkan sehingga terserap dalam suatu aktivitas yang strategis,” jelasnya.             

Lazismu sebagai lembaga filantropi peran strategisnya harus turut serta memberikan solusi (problem solver) dan fasilitator bagi masyarakat dalam menyelamatkan lingkungan. Topik perubahan iklim, kata Mujadid Rais merupakan topik yang hangat. Di Muhammadiyah sendiri kampanye kesadaran lingkungan dan perubahan iklim dibentuk dengan hadirnya Muhammadiyah Climate Changes (MCC).

Peran MCC melibatkan majelis dan lembaga untuk bersama – sama berkontribusi menghadapi dampak perubahan iklim. Sementara itu, kata Mujadid Rais, melalui program lingkungan Lazismu telah berkoordinasi dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) untuk mengkaji dana penghimpunan zakat agar bisa dimanfaatkan untuk penyelamatan lingkungan.

“Beberapa program telah diaktivasi Lazismu di beberapa titik, misalnya di Duren Sawit, Jakarta dalam pemberdayaan komunitas pemulung yang disinergikan dengan program kampung hijau bersama Swara Peduli Indonesia. Program lingkungan lainnya di Bantul, Yogyakarta mengaktivasi rumah produksi pengelolaan sampah,” pungkasnya.     

Bersama Madani Berkelanjutan, kata Mujadid Rais, Lazismu bisa saling mengisi untuk memperkuat program lingkungan dari aspek lain khususnya dampak perubahan iklim. Dan Madani yang lebih intens bergerak di kajian perubahan iklim selama dua hari akan kita dengar dan ikuti sampai akhir untuk mendapatkan informasi penting.

“Dengan melibatkan empat puluhan kantor Lazismu wilayah dan daerah yang telah dikaji kerentanan daerahnya diharapkan akan lebih mengena. Karena di beberapa kota yang dulu dikenal sejuk kini karena suhu global yang naik mengalami dampaknya dan tidak sejuk lagi. Termasuk para nelayan di pesisir pantai yang merasakan dampaknya ketika melaut,” paparnya.

Maka dengan Lazismu yang turut berkontribusi dalam perubahan iklim, diharapkan kawan-kawan yang hadir untuk dua hari ini bisa melihat kondisi ini di lokasinya masing-masing dan dapat menyampaikan ke kawan-kawan yang lain untuk menyadarkan dampak perubahan iklim.

Di agenda yang sama, Lazismu dan Madani Berkelanjutan menanda-tangani kesepakatan kerjasama untuk program perubahan iklim yang diwakili oleh kedua pihak yaitu Ahmad Imam Mujadis Rais sebagai Ketua Badan Pengurus Lazismu dan Nadia Hadad sebagai Direktur Eksekutif Madani Berkelanjutan, yang disaksikan oleh Direktur Utama Lazismu Ibnu Tsani, Deputy Director Madani Berkelanjutan Giorgio Budi Indrarto dan Sofa sebagai Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.   

Nadia Hadad, Direktur Eksekutif Madani Berkelanjutan mengatakan kami senang dapat berkolaborasi dengan Lazismu. Apalagi telah disampaikan oleh Bapak Sofa dari Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, bahwa komitmen perubahan iklim di Muhammadiyah sudah dimulai sejak diterbitkannya dokumen Fikih Air dan Fikih Kebencanaan.

Ini merupakan langkah bagus bagaimana merespons perubahan iklim menjadi sesuatu yang bisa dikaji melalui kajian fikih.

Madani Berkelanjutan akan siap berkolaborasi dengan Lazismu melalui kajian dan riset yang mudah-mudahan bisa memberikan kontribusi terhadap lembaga filantropi dalam mengembangkan program-programnya yang strategis. Terima kasih atas dukungannya sehingga kerjasama ini bisa terwujud

[Kelembagaan dan Humas Lazismu PP Muhammadiyah]

SELENGKAPNYA
3 Agustus 2024

Menyelami Kerangka Kerja Logis, 9 Hari Melantai Di Pelatihan Program Kampung Berkemajuan

JAKARTA – Pagi itu, selepas sarapan pagi, di Hotel Cemara (28 Juli 2024), Menteng, Jakarta, peserta Workshop kembali ke ruangan mendiskusikan rangkaian aktivitas sebelumnya tentang praktik asesmen Kampung Berkemajuan. Selama tiga jam peserta dan fasilitator saling bertukar pikiran, wawasan (insight) apa yang diperoleh setelah melakukan praktik asesmen pada hari Sabtu, di Kampung Marunda, Jakarta Utara.

Urusan aktivitas peserta akan melakukan apa disampaikan Adtya Rizki Nugroho bahwa untuk hari minggu peserta akan dibawa ke Kampung Sumur, Klender, Duren Sawit Jakarta Timur. Mereka akan kembali praktik asesmen di komunitas pemulung untuk mencari data sebagai bahan informasi.

Sejak tanggal 25 Juli 2024, pasca materi pengenalan tentang Inovasi Sosial Kampung Berkemajuan Berbasis Kawasan, amil Lazismu yang berasal dari Lazismu Wilayah Jateng, Jatim, Jabar, DIY, dan Lampung, terlibat aktif menyelami Workshop Panduan, Pelatihan LFA dan Asesmen Program Kampung Berkemajuan Inovasi Sosial Berbasis Kawasan.

Materi sharing session disajikan gambit oleh Ardi Lutfi Kautsar, Adityan Reffiyanto dan Muhammad Sholeh Arfarabi. Ketiganya berbagi pengalaman bagaimana merencanakan suatu program ketika Lazismu dan Baznas berkolaborasi dalam jejak kebajikan di kabupaten Maluku, Banggai dan Banten.

Program kebajikan zakat yang mentas di tiga lokasi tersebut, dilakukan oleh tiga orang amil Lazismu memuat unsur yang sama bagaimana kerangka kerja logis program diimplementasikan. “Pendekatan berbasis isu dan pendekatan alur digunakan untuk data awal,” kata Ardi.

Melengkapi paparan Ardi, Program Kebajikan Zakat Wilayah Maluku 2021 – 2023 yang lalu, bagi Reffiyanto merupakan langkah awal bagaimana menemukan akar masalah. Menggunakan survei indeks desa, dan penilaian lokasi desa secara cepat dan partisipatif (Rapid Rural Appraisal/RRA), terkait kebutuhannya, lanjut dia, juga disiapkan secara bersama-sama cara menyelesaikan masalahnya.

Hal itu dilakukan sekaligus melakukan sosialisasi dan menentukan calon penerima manfaat program yang direncanakan. Hal senada disampaikan Alfarabi, namun yang perlu menjadi pertimbangan, bisa saja diawal perencanaan sudah matang dengan datanya, lalu saat kaji cepat di lapangan berbeda antara yang seharusnya dengan senyatanya.

Misalnya, kata Alfarabi, kita sudah merencanakan untuk memberikan beasiswa, faktanya di lapangan ternyata sekolah gratis. “Hanya saja mereka penerima manfaat tidak memiliki sepatu, seragam, dan jarak rumah ke sekolah jauh. Jadi, ternyata perencanaan terlalu matang tanpa kaji cepat juga ternyata keliru,” bebernya.

Sekelumit pengalaman dari Ardi Lutfi Kautsar, Adityan Reffiyanto dan Muhammad Sholeh Arfarabi, merupakan informasi berharga bagaimana kerangka kerja logis dilakukan dalam suatu program dengan durasi yang cukup panjang. Selain dikaitkan dengan suatu tipologi lokasi yang dituju, metodologi asesmen dalam panduan itu menjadi signifikan sebagai cara pandang membuka jalan mengenal penilaian suatu program.

Mengenal Metodologi Asesmen

Fasilitator pelatihan dan panduan LFA Kampung Berkemajuan Berbasis Kawasan, Barry Aditya, yang memiliki teknik metodologi asesmen, mencatat bahwa metodologi itu berperan dalam proses penggalian informasi yang dikumpulkan lalu dilakukan penilaian informasi tentang suatu informasi tertentu yang ingin diperoleh.

Tidak perlu terkejut, ungkapnya. Alurnya akan disesuaikan dengan kondisi di ruangan ini. Sebelum tiba di metodologi asesmen, kita akan mulai dengan tahapan menemukan akar masalah sosial. “Wilayah dan daerah sudah membawa inovasi sosial apa atau baru mau melakukan apa,” katanya mendampingi peserta.

Gambaran sederhananya, kata dia, inovasi sosial yang dilakukan untuk meningkatkan nilai (value). “Kita akan melihat apakah ada ciri tertentu tidak untuk inovasi sosial ? Apakah ada indikatornya,” kata Barry Aditya.

Dalam asesmen ini, hal yang meliputi data awal, identifikasi, analisis, penilaian, survei, pengumpulan data, verifikasi, validasi, pengumpulan data, refleksi, pendataan, survei lokasi, dan pencarian informasi lainnya, paling tidak ada enam tahapan antara lain: proses mencari solusi dan ide pemecahan masalah, tahapan uji coba, keberlanjutan program, peningkatan skala program dan terciptanya perubahan yang sistematis.

Seperti disampaikan Barry Aditya, kira-kira waktu akan melakukan penilaian apa saja patokannya dari keenam tahapan tersebut. Kita akan membayangkan sesuatu apakah akan terjadi di awal atau sebetulnya saat membayangkan hal itu sudah ada tujuan sebelumnya. “Atau melakukan asesmen belum ada yang dipikirkan, atau sudah ada yang dibutuhkan untuk warga,” pungkasnya.

Mind Mapping, Story Telling yang Bermakna

Dalam kesempatan berbeda, fasilitator lainnya Widyanto Muttaqien mengatakan dengan pendekatan kaji cepat (rapid appraisal) nanti akan ada kerangka kerja logis di dua tempat. “Pertama di kampung nelayan, Marunda, yang menjadi bagian dari dampingan lazismu. Di kampung ini ada nelayan pesisir yang kehidupannya tidak punya sama sekali tempat tinggal, ada sekitar 200 KK yang tinggal sementara. Mereka di bantaran banjir kanal timur, dalam pelatihan ini untuk melihat apa yang dihadapi oleh masyarakat yang kondisinya seperti itu,” katanya.

Di Marunda, awalnya menggunakan teknik kuesioner tapi diganti dengan teknik penggalian informasi dengan tanya jawab secara efektif-kreatif (mind mapping). Penggalian informasi menjadi lebih hidup dan kaya, karena masyarakat bercerita. “Pelatihan 1 hari dengan penggalian data 3 jam akan semakin hidup di banding kuisioner yang kaku dan satu arah,” imbuhnya.

Lokasi kedua, lanjut Widyanto berada di kompleks Yayasan Swara Peduli Indonesia yang menjadi mitra Lazismu. Yayasan ini memiliki urban farming, melon ditanam di green house dan berjalan cukup lama dan panen beberapa kali. Di sini warganya kebanyakan pemulung, lahannya bukan milik mereka tapi lahan yang diokupasi karena tidak ada tempat tinggal.

Informasi yang digali ceritanya akan banyak bagaimana sejarah orang yang tinggal di lahan ini. Yang ditekankan di sini, Baik Lazismu maupun muhammadiyah, ada dua kegiatannya yaitu pengasuhan anak dengan membuat PAUD, plus pendidikan alternatif di luar pendidikan formal.

Program yang ada di sini adalah dakwah dan lainnya penghijauan kampung kemudian ada juga pada program mengelola sampah dan terkahir membuat bio septik tank dengan hasil produknya berupa biogas.

Dengan teknik yang sama, kata dia, ada pembelajaran bahwa pada lini masa, sejarah dan kronologi waktu apakah ada hubungan relasi yang terjadi di sini dari aspek sosial dan ekonomi. Kita pelajari di sini dan bagaimana dengan relasi kekuasan dalam arti kebijakan publik.

Selanjutnya sejak awal selama 9 hari ini, setiap urutan materi kita rakit yang tujuannya membuat Lazismu di daerah memiliki program Kampung Berkemajuan. Ini harus ada baseline, yang akan digunakan untuk membuat suatu program.

Dengan diperolehnya data secara kuantitatif dan kualitatif, yang dilengkapi cerita dan tuturan warga (story telling), begitu sangat berharga. Karena ada informasi yang belum dan telah dilakukan warga. “Opsi-opsi ini yang akan dihitung risikonya bagaimana jika program ini mengalami kemandegan, dan mitigasinya seperti apa untuk dicari solusinya,” jelasnya.

Dari data ini akan digunakan untuk mitigasi risiko dalam kerangka kerja logis dan akan kita hubungkan dengan asumsi risiko dan kebijakan negara. Misalnya terkait dengan pendanaan program seperti apa. Kondisi yang tidak bisa diintervensi oleh Lazismu misalnya kebijakan publik. Artinya tidak serta merta risiko menjadi hilang tapi jadi tantangan bersama dengan memperhitungkan mitigasi dan risiko.

Mengapa latihan LFA ini menjadi penting dan signifikan, jadi sedari awal disusun berdasarkan tujuan, kemudian ada yang tujuan khusus, yang sebenarnya didapat dari data konkret di lapangan untuk mengenal akar masalah. “Akar masalahnya harus ada solusi yang tidak ke mana mana untuk diselesaikan. Prinsipnya dengan cara program khusus untuk menyelesaikan akar masalahnya,” tegasnya.

Selanjutnya, setelah selesai dalam bentuk tujuan program baru disusun programnya. Jadi LFA, kata dia, tidak berangkat dari hubungan yang tidak ada masalah. Sudah relevan atau tidak dengan tujuan tersebut, baru menyusul tujuan lain dari yang umum. Amil Lazismu dari pelatihan ini lalu dapat merumuskan urutannya jika aktivitasnya sudah jelas baru diturunkan dengan anggaran dan agenda waktu (timeline). Risiko ini akan dihitung dengan LFA, tutupnya.

[Komunikasi dan Digitalisasi Lazismu PP Muhammadiyah]

SELENGKAPNYA
31 Juli 2024
LAZISMU adalah lembaga zakat nasional dengan SK Menag No. 90 Tahun 2022, yang berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan dana zakat, infaq, wakaf dan dana kedermawanan lainnya baik dari perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi lainnya. Lazismu tidak menerima segala bentuk dana yang bersumber dari kejahatan. UU RI No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

Alamat

Jl. Menteng Raya No.62, RT.3/RW.9, Kb. Sirih, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10340
Jl. Jambrut No.5, Kenari, Kec. Senen, Jakarta Pusat 10430
info@lazismu.org
0213150400
0856-1626-222
Copyright © 2025 LAZISMU bagian dari Persekutuan dan Perkumpulan PERSYARIKATAN MUHAMMADIYAH
cross