Artikel

Jelajahi artikel pilihan Lazismu. Dapatkan panduan praktis seputar ZIS serta kisah-kisah menyentuh tentang dampak kebaikan Anda bagi sesama

Kedermawanan Aktivis Muda Muhammadiyah

Pandemi belum usai. Virus covid-19 masih menghantui. Pemerintah kembali menerapkan PPKM level 3 di berbagai daerah jelang liburan natal dan tahun baru. Ekonomi belum pulih secara penuh.

Di tengah situasi yang serba tidak pasti, masyarakat kelas menengah ke bawah terus dihantui dengan himpitan tuntutan hidup yang tinggi. Ada banyak mulut yang mesti diberi makan, ada banyak kebutuhan yang mesti dipenuhi. 

Belum lagi tingginya curah hujan yang membawa banjir di berbagai tempat. Banjir bandang di Batu, Jawa Timur meminta tumbal korban jiwa. Banjir yang bertahan lebih dari tiga pekan di Sintang, Kalimantan Barat juga meminta korban. Banjir-banjir di tempat lain juga sama. Banjir selalu mendatangkan kesusahan hidup bagi korbannya.

Kendati demikian, apapun yang terjadi, hidup harus terus berlanjut. Harapan akan masa depan yang lebih baik terus dijaga. Manusia bisa bertahan tanpa makan dan minum dalam beberapa hari. Namun, manusia tidak bisa bertahan tanpa harapan, meskipun hanya sedetik saja.

Untuk terus memupuk harapan tersebut, rasa empati dari sesama menjadi kunci. Kepedulian orang lain yang memiliki harta lebih menjadi begitu penting. Ia adalah setitik embun di tengah padang pasir kemiskinan. Menariknya, kendati pendapatan masyarakat turun, namun mereka tetap berderma.

Dalam survei yang dilakukan oleh Lazismu bertajuk Dampak Sosial Ekonomi Covid-19 Terhadap Perilaku Berderma Masyarakat, dijelaskan bahwa perilaku berderma masyarakat tidak mengalami penurunan meskipun pendapatan mereka mengalami penurunan. Maka, tak heran jika survei lain mengganjar Indonesia dengan gelar negara dengan penduduk paling dermawan sedunia.

Contoh semangat berderma itu datang dari beberapa aktivis muda Muhammadiyah. Ali Muthohirin, Ketua Umum DPP IMM 2016-2018 itu rela melelang barang yang ia cintai, vespa, untuk korban banjir di Batu, Jawa Timur. Vespa yang ia beli dengan harga tidak murah tersebut ia maksudkan sebagai koleksi.

Namun, ia terhenyak ketika melihat korban banjir bandang di Batu. Ia ingin membantu korban. Namun, ia tidak sekedar membantu dengan donasi seratus dua ratus ribu. Tak tanggung-tanggung, ia lelang vespa kesayangannya. Ia merasa terpanggil dengan firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 92 yang berbunyi:

لَن تَنَالُوا۟ ٱلْبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُوا۟ مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِن شَىْءٍ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ
Artinya: "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya."

Akhirnya, vespa tersebut terjual dengan harga 41 juta rupiah oleh seorang temannya di Surabaya. Rencananya, ia akan menyerahkan bantuan tersebut bersama dengan pembeli, baik langsung ke lokasi bencana atau melalui Lazismu.

"Sebelum bencana itu sempat ditawar orang dengan harga 45 juta, nggak saya lepas. Vespa itu kan soal selera dan hobi, jadi harganya bisa tinggi," ujar Ali.

Justru itu yang membuatnya melepas vespa untuk membantu orang lain. Vespa adalah barang yang ia cintai. Sedangkan, kata Allah, seseorang tidak sempurna imannya sampai berani menginfakkan barang yang ia cintai.

Contoh lain dari aktivis muda Muhammadiyah adalah adanya seorang tenaga pengajar yang mewakafkan tanahnya untuk SMK Muhammadiyah Pondok Pesantren Imam Syuhodo. Ia adalah Ninin Karlina. Aktivis MDMC Jawa Tengah dan PD Nasyiatul Aisyiyah Sukoharjo,

Ia memiliki tanah dengan luas +-100 meter persegi di samping gedung SMK Muhammadiyah Pontren Imam Syuhodo, Sukoharjo, Jawa Tengah.. Sebagai tenaga pengajar di sana, ia ingin memberikan lebih. Maka, ia merelakan tanahnya tersebut untuk dikelola oleh santri-santri yang ada di sana.

Sejatinya, tanah tersebut berada di tempat yang cukup strategis. Tanah tersebut menjadi rebutan banyak orang untuk memilikinya. Bahkan, ada yang ingin membeli dengan harga 10 kali lipat dari harga normal. Tanah tersebut juga bisa disewakan dengan harga yang tinggi.

Kini, tanah tersebut digunakan oleh para santri untuk ternak ikan gurami. SMK Pontren Imam Syuhodo Sukoharjo adalah pesantren SMK berbasis kewirausahaan. Sehingga, santri, selain belajar ilmu agama dan ilmu teknik, juga belajar berwirausaha. Tak heran, tanah tersebut dipilih untuk menjadi wahana latihan ternak ikan.

Dua contoh kedermawanan kader-kader muda Muhammadiyah tersebut layak menjadi teladan bagi kita semua. Bahwa semangat membantu orang lain harus tetap menyala. Di sisi lain, memberikan bantuan juga merupakan wujud dari rasa syukur kita kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya.

Membantu orang lain berarti turut menghidupkan lilin harapan mereka yang hampir padam. Membantu orang lain berarti turut meyakinkan bahwa masa depan akan selalu lebih indah. Membantu orang lain juga berarti bahwa nilai-nilai kemanusiaan yang luhur itu belum luruh dalam arus modernitas. Bahwa masih ada nilai-nilai kebaikan dan kebahagiaan yang lestari.

(Yusuf)

SELENGKAPNYA
24 November 2021

Sang Surya dan Tangis Bu Guru dari Sambas

Ruang Pusat Syiar Digital Muhammadiyah kantor PP Muhammadiyah Jogja, menjelang shalat Jum’at, 22 Oktober 2021. Acara launching beasiswa Mentari dan Sang Surya hampir selesai. Tinggal mendengarkan pesan dan kesan perwakilan penerima mafaat. Sebagian peserta hadir secara offline dan sebagian lainnya hadir online. Terutama penerima beasiswa.

Mereka berasal dari segala penjuru Nusantara. Dari Sumatera sampai Papua. Mereka juga dari ragam pemeluk agama. Sejak semula acara berlangsung ceria. Terutama bagi penerima beasiswa. Pandemi yang belum usai tidak menghalangi kemeriahan acara yang diselenggarakan oleh Lazismu Pusat ini. Tetapi di ujung acara suasana berubah menjadi syahdu. Air mata menggenang di pelupuk mata. Setidaknya di pelupuk mataku. Apa pasal? Inilah kisah tentang bagaimana sebuah program yang mensinergikan banyak pihak telah menemukan sasarannya yang tepat.

Sebagai lembaga filantropi yang menghimpun dana umat Lazismu telah lama mendukung pendidikan bermutu (quality education). Pendidikan bermutu merupakan salah satu dari tujuh belas indikator SDG's (Sustainable Development Goal) yang merupakan suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia. Tujuannya mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan melindungi lingkungan.

Dalam hal ini Lazismu menyalurkan dana melalui beragam program di bawah pilar pendidikan. Di antaranya Save Our School (SOS), Bakti Guru, serta Beasiswa Mentari dan Beasiswa Sang Surya. Dalam penghimpunan dananya Lazismu melibatkan donatur yang turut peduli dalam bidang pendidikan. Salah satunya adalah Bank Mega Syariah (BMS).

Pada periode kedua tahun 2021 ini Lazismu menyalurkan Beasiswa Mentari dan Sang Surya untuk 500 penerima manfaat. Mereka terdiri dari 250 Siswa SD-SMP-SMA dan 250 mahasiswa. Secara khusus SMK Labschool UAD yang berada di Sambas Kalimantan Barat menerima dana Rp. 200 juta untuk 20 siswa mereka. Total dana yang disalurkan Rp. 857 juta.

Di sisi lain, 18 guru dari Labschool UAD ini juga sebagai penerima program Lazismu lainnya yaitu Bakti Guru 2020. Dana yang disalurkan berasal dari zakat dan infak yang dihimpun Lazismu Rp. 381 juta, zakat Bank Permata Syariah Rp. 216 juta, dan zakat BMS Rp. 260 juta. Muhammad Sabeth Abilawa, Dirut Lazismu menyampaikan antusiasme masyarakat untuk Beasiswa Lazismu ini sangat tinggi setiap periodenya. Pada periode ini pemohon yang masuk sebanyak 18.175 orang. Sedangkan kapasitas Lazismu untuk memenuhinya terbatas hanya untuk 500 orang.

Acara launching beasiswa ini dihadiri Lazismu Pusat, pihak Bank Mega Syariah, serta para penerima beasiswa. Dirut Lazismu Sabeth Abilawa mewakili manajemen Lazismu mangucapkan selamat dan berharap penerima memanfaatkan sebaik-baiknya beasiswa ini. Mereka diminta menjaga nama baik dan menjadi duta Islam berkemajuan.

Tetap menjadi seperti sang surya dan mentari yang senantiasa mencerahkan, menyinari, dan memberi enegri. Penerima hendaknya terus bersemangat dan memberi kemanfaatan kepada umat, bisa membanggakan bagi keluarga, dan bisa berhasil dalam capaian sekolah atau kuliah mereka. Selanjutnya Sabeth mohon doa agar Lazismu bisa berbuat lebih banyak lagi di masa-masa yang akan datang.

Bank Mega Syariah (BMS) diwakili kepala divisi Corporate Secretary Ratna Wahyuni. Beliau berterima kasih pada Lazismu yang telah memfasilitasi kegiatan ini. Beliau juga berharap beasiswa sebagai tanggung jawab sosial perusaahaannya ini dapat memberi manfaat sebaik-baiknya bagi seluruh penerimanya. Selanjutnya Ratna mohon doa semoga BMS dapat terus berkembang dan menjadi lebih besar.

Dengan begitu dapat memberi manfaat lebih banyak bagi seluruh rakyat Indonesia. Khususnya kepada masyarakat muslim. Lazismu diharapkan terus berkoordinasi sehingga BMS dapat bekerjasama dalam setiap kegiatan Lazismu. Menjawab Bu Ratna aku mengucapkan, “Terima kasih Bu Wahyuni dari BMS yang sudah menyalurkan dana yang besar untuk program beasiswa ini. Insya Allaah akan berlanjut dan Lazismu siap menjalankannya. Bahkan dalam jumlah yang lebih besar.”

Sebagai Sekretaris Badan Pengurus Lazismu aku menyampaikan beberapa pesan kepada para siswa dan mahasiswa. Pertama, selamat atas penerimaan beasiswa ini. Ini harus disyukuri dengan belajar lebih fokus dan lebih serius. Dengan bersyukur maka Allaah akan menambah nikmat-Nya sebagaimana ayat lain syakartum laaziidannakum.

Kedua, mengacu pada Q.S. Al-Lail ayat 5-7 barang siapa yang suka berbagi maka dimudahkan Allaah ke jalan yang mudah. Sebaliknya kalau pelit maka dimudahkan ke jalan yang sulit. Adik-adik penerima beasiswa diharapkan suka berbagai dalam bentuk tenaga dan pikiran. Mereka harus ringan tangan dalam membantu orang lain.

Misalnya, menjadi guru mengaji di TPA. Atau menjadi pembimbing belajar anak-anak SD-SMP-SMA. Terakhir saya menegaskan dalam rangka menuntut ilmu jangan pernah menyerah. Jangan pernah putus asa. Selalu ada jalan. Salah satu cara membuka jalan itu adalah dengan suka berbagi.
         
Aku menutup sambutan ini dengan dua pantun. Pertama, “Kalau hendak mendaki gunung Merapi/mari mendaki dengan gembira hati/Selamat kepada para penerima beasiswa ini/jadikan motivasi untuk terus berprestasi.”

Pantun kedua, “Agar-agar dan jadah untuk sarapan/sate klatak dan jus mentimun untuk makan siang/Agar dimudahkan urusan dan semua jalan/jadikan suka berbagi sebagai kebiasaan. Dua pantun ini mendatangkan kegembiraan. Terbukti para peserta menepukkan tangan dengan semangat.

Lalu sampailah pada sambutan terakhir yang diwakili penerima manfaat dari SMK Labschool UAD di Sambas. SMK ini dihadirkan di Sambas oleh UAD yang berada di Jogja setelah sebelumnya mahasiswanya melaksanakan KKN selama empat periode disana. Jadi ini merupakan respon UAD atas permintaan masyarakat sekitar.

Pada kesempatan peresmian sekolah ini Pak Kasiyarno, rektor UAD saat itu (14/05/2018), mengatakan sarana pendidikan ini berkonsep pesantren dan fokus pada jenjang SMP dan SMK. Pembangunan sekolah ini juga selaras dengan program unit sekolah baru (USB) yang dicanangkan Kemendikbud RI. Lahan yang digunakan seluas 15 hektar yang sebagiannya merupakan lahan wakaf. Lebih lanjut beliau menerangkan, “Boarding school ini merupakan laboratorium UAD. Dari Jogja kami memberikan dukungan infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM) untuk Sambas.”

Sambutan atas nama SMK Labschool UAD Sambas disampaikan oleh salah satu gurunya Bu Hesti. Bu guru ini berpidato secara online. Setelah salam, hormat, dan terima kasih Bu Guru mohon maaf karena suaranya terputus-putus. Lalu dia mematikan videonya. Tetapi suara Bu Guru Hesti tanpa video tetap tersendat-sendat. Ternyata Bu Guru mulai terbawa perasaan. Dia bercerita tentang sekolah dan para muridnya. Sekolah mereka berada di daerah 3T (terjauh, termiskin, dan tertinggal). Para orang tua lebih memilih anak bekerja di negeri jiran daripada lanjut sekolah. Anak-anak cukup tamat SD.

Sebagian anak sudah berada di Malaysia karena orang tua mereka sudah lama disana. Disana anak-anak mereka tidak bisa mengakses sekolah. Lalu hadirlah sekolah labschool UAD di Sambas. Maka Bu Hesti dan kawan-kawan memberikan pencerahan kepada para orang tua. Agar mereka mengizinkan anak-anak sekolah.

Anak-anak di perbatasan nan jauh itu lalu diusung ke Labschool UAD di Sambas. Untuk itu Bu Hesti dan kawan-kawan menempuh jarak ratusan kilo. Mereka harus menyeberangi banyak sungai dan melewati beberapa gunung. Meski demikian mereka sangat bersyukur telah diberi kesempatan untuk terus berkarya untuk bangsa. Walaupun dengan dengan berbagai keterbatasan.

Bu guru ini juga mengucapkan terima kasih kepada Lazismu Pusat dan kepada BMS selaku donatur Sang Surya. Tiba-tiba Bu Guru Hesti terisak. “Tidak bisa diungkapkan dengan seribu bahkan berpuluh ribu kata …. Terima kasih telah mendukung perjuangan kami. Mendukung perjuangan Muhammadiyah meningkatkan Pendidikan… di pedalaman yang jauh ini.” Tangis haru Bu Hesti dari Sambas menjadi bukti program yang mensinergikan banyak pihak ini telah menemukan sasarannya yang tepat. Alhamdulillaah.

Penulis: Mahli Zainudin Tago (Ketua Badan Pengurus Lazismu PP Muhammadiyah)

SELENGKAPNYA
20 November 2021

Banjir Sintang, Banjir Terbesar Sejak 57 Tahun Silam

"Banjir ini banjir terbesar, mas. Selama 40 tahun saya hidup di Sintang, saya belum pernah mendapati banjir yang sedalam dan selama ini," ujar Endang Kusmiyati, Koordinator Eksekutif Lazismu Sintang.

Ia menyebut bahwa kakek-nenek di Sintang sering bercerita. Dulu, banjir besar pernah terjadi pada tahun 1964. Namun, durasi banjir waktu itu tidak seperti banjir di tahun 2021 ini. Banjir Sintang tahun ini mencapai hampir satu bulan penuh dan belum ada tanda-tanda akan surut. Bahkan, menurut BMKG, hujan sedang hingga lebat masih akan terus berlanjut hingga Februari tahun depan.

Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat adalah daerah yang langganan banjir setiap tahun. Masyarakat sudah terbiasa dengan bencana tahunan tersebut. Namun, tahun ini sungguh berbeda. Banjir tahun ini, di beberapa daerah mencapai kedalam 3 meter. Sedangkan air terus menggenang sejak 3 pekan silam.

Banjir tersebut telah menelan empat korban jiwa. Sementara itu lebih dari 25 ribu jiwa mengungsi. Banjir terbesar sejak 57 tahun itu dirasakan oleh lebih dari 120 ribu jiwa. Banjir diperparah dengan adanya badai La Nina yang menahan air dari sungai yang bermuara ke laut, sehingga air banjir semakin sulit untuk surut.

Jalan Lintas Melawi, salah satu jalan utama di Sintang berubah menjadi sungai. Sehingga yang bisa melewati jalan tersebut hanya perahu. Seluruh transportasi darat lumpuh total. Padahal, jalan tersebut adalah satu-satunya jalan menuju Kabupaten terujung di Kalimantan Barat, yaitu Kabupaten Kapuas Hulu. Banjir di jalan ini kedalamannya mencapai 1 meter.

Selama musibah banjir tersebut, banyak kisah pilu terjadi. Salah satunya dialami oleh Kartini, warga Sintang yang terpaksa melahirkan di atas sampan. Mulanya, ia akan pergi ke salah satu fasilitas kesehatan. Namun, karena jalan menuju faskes tersebut terendam banjir, ia pergi bersama keluarga menggunakan sampan. Sayangnya, ketika masih di atas sampan, bayi yang ia kandung keluar.

Selain itu, Aldo Topan Rivaldi, salah seorang relawan Muhammadiyah Sintang melaporkan bahwa ada 4 keluarga yang mengungsi di hutan, tidur di pondok yang sederhana, dan terpaksa minum air keruh karena tidak ada air bersih.

“Mereka mengungsi di hutan sudah dua hari. Selama dua hari itu, mereka kesulitan air bersih. Jadi, terpaksa minum air banjir yang keruh,” ujar Aldo.

Sebagian masjid yang terendam tidak bisa mendirikan shalat jumat secara berjamaah. Di Kelurahan Alai, beberapa masjid terendam selama berminggu-minggu, sehingga aktivitas ibadah di masjid ditiadakan.

Melihat kondisi tersebut, Muhammadiyah Sintang bersama seluruh elemen seperti MDMC dan Lazismu mendirikan posko pengungsian di Universitas Muhammadiyah Sintang, SD Muhammadiyah Sintang, SMP Muhammadiyah Sintang, dan SMK Muhammadiyah Sintang.

Dari posko tersebut, Muhammadiyah mendistribusikan ratusan kilogram beras, puluhan dus mie instan, air mineral, dan obat-obatan P3K seperti obat gatal, obat demam, dan obat diare.

Merespon banjir yang tak kunjung surut tersebut, Jokowi menyebut bahwa penyebab utama banjir Sintang lantaran ada kerusakan di bagian hulu pada area penangkapan hujan yang terjadi sejak berpuluh-puluh tahun lalu.

"Banjir, ya itu kan karena kerusakan hulu, area daerah tangkapan hujan yang juga berpuluh-puluh tahun, dan itu harus kita hentikan karena memang masalah utamanya ada disitu," ujar Jokowi.

Bahkan, dalam menghadapi banjir terbesar sejak 57 tahun silam di Sintang ini, Dirjen Sumber Data Air Kementerian PUPR Jarot Widyoko mengaku kewalahan. Pihaknya merasa kesulitan membantu penanganan banjir di Sintang. Ia menyebut bahwa area resapan berubah dan banjir nyaris merata. Hal tersebut menyebabkan alat-alat penanganan banjir menjadi tidak berfungsi.

(Yusuf)

SELENGKAPNYA
16 November 2021

Mengetuk Pintu Surga, Kampanye Zakat Kreatif Lazismu Kebumen

Zakat adalah salah satu Rukun Islam. Umat Islam yang telah mencapai kekayaan tertentu wajib membayarkan zakat. Di Indonesia, salah satu cara terbaik membayar zakat adalah melalui lembaga zakat. Meskipun, bisa juga zakat diberikan secara langsung kepada 8 asnaf, 8 kelompok masyarakat yang berhak menerima.

Hal inilah yang menjadi pesan utama dari film Mengetuk Pintu Surga produksi Lazismu Kebumen. Film pendek yang terbagi menjadi 3 part ini dibagikan melalui kanal YouTube Lazismu Kebumen. Direktur Lazismu Kebumen Hasbilah Rifai menyebut bahwa film ini berangkat dari kegelisahan masyarakat yang tidak banyak mengenal zakat, khususnya zakat profesi.

Film yang disutradari oleh Gempar Pribadi ini bercerita tentang Rahman (Trian Hidayat), anak muda dengan karir yang sukses dan kekayaan yang melimpah, namun merasakan kehidupan yang kering. Problem yang dihadapi oleh Rahman adalah problem masyarakat secara umum, di mana masyarakat semakin maju, namun jiwanya begitu hampa.

Krisis manusia modern ini, menurut banyak pemikir, disebabkan oleh modernitas dan pembangunan yang hanya mengedepankan aspek-aspek materi, sekaligus meninggalkan aspek-aspek rohani. Di film ini, krisis manusia modern digambarkan dengan sifat Rahman yang tidak bersyukur sekaligus merasa banyak kesialan yang selalu ia hadapi.

Meminjam istilah Buya, Rahman mengalami "rancak di labuah” atau “mentereng di luar, remuk di dalam". Ia dilihat masyarakat sebagai anak muda yang kaya dan sukses. Namun, ia memiliki beberapa masalah krusial. Pertama, ia harus bolak-balik ke rumah sakit karena memiliki penyakit yang relatif parah, di usia yang masih sangat muda. Kedua, ia kehilangan beberapa proyek besar. Ketiga, ia selalu gagal masalah jodoh. Padahal, banyak perempuan yang diam-diam kagum dengannya dan ingin menjadi pendamping hidupnya.

Singkat cerita, Rahman mendengar percakapan adiknya dengan teman adiknya tentang zakat. Waktu itu, adiknya yang masih kuliah tengah mengerjakan skripsi tentang zakat. Salah satu kalimat yang didengar secara tidak sengaja oleh Rahman adalah tentang kewajiban zakat. Selama ini, ia hanya tahu tentang zakat fitrah.

Karena tengah dirundung masalah, maka Rahman memutuskan untuk datang ke salah satu lembaga zakat, Lazismu. Di Lazismu, ia mendapatkan pencerahan dari amil bahwa zakat bisa jadi akan mensucikan hartanya. Rahman kemudian berpikir bahwa jangan-jangan, kesialan yang selalu ia hadapi adalah karena ia tidak pernah membayar zakat. Padahal, ia jelas memiliki kewajiban tersebut.

Rahman kemudian berubah. Ia rutin menunaikan zakat. Tidak hanya itu, ia juga menjadi rajin silaturahmi, bahkan dengan karyawan-karyawannya. Kesialan-kesialan yang ia hadapi pun pelan-pelan sirna. Ia kembali mendapatkan proyek-proyek untuk menghidupi perusahaan yang ia pimpin.

Pesan film ini begitu apik dan mendalam. Hal ini adalah wujud kampanye ala anak muda kreatif yang harus mulai dilakukan oleh Lazismu di daerah lain.

Mengetuk Pintu Surga bisa menjadi salah satu referensi bagi pegiat zakat yang akan melakukan kampanye, khususnya melalui film. Film tersebut berperan penting untuk mengenalkan lembaga zakat seperti Lazismu kepada masyarakat luas, khususnya anak-anak muda.

Film tersebut juga layak mendapatkan dukungan dari seluruh warga persyarikatan untuk menyebarkan ke khalayak yang lebih luas. Ketika pertumbuhan teknologi digital begitu pesat, maka Lazismu, mau tak mau, harus mengikuti tren dengan memperbanyak kampanye-kampanye kreatif secara digital pula.

Menurut Hasbilah, ada beberapa dinamika yang dialami dalam produksi Mengetuk Pintu Surga, mulai dari pencarian talent yang tepat, hingga proses set lokasi untuk pembuatan film. Pihaknya juga perlu berhati-hati agar tidak menyalahi aturan-aturan agama, namun tetap relevan dengan perkembangan zaman.

"Selain itu, kami berusaha supaya plot dan alur cerita tidak mainstream seperti sinetron-sinetron di TV, namun tetap bisa diterima masyarakat," ujarnya.

Dalam hal publikasi, imbuhnya, ia perlu bantuan dari berbagai pihak agar film tersebut dapat dinikmati oleh banyak orang.

(Yusuf)

SELENGKAPNYA
12 November 2021

Banjir Datang Tanpa Firasat

Suliamat (53) tampak sedih. Ia baru saja kehilangan anak, cucu, serta rumah, motor, dan hewan ternaknya. Petani di Kota Batu tersebut tengah bersantai bersama anak dan cucunya di rumah. Rumahnya beralamat di Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.

Dilansir dari Malang Times, sore itu ia tengah duduk di ruang tengah bersama anaknya, Mahendra Feri (27), menantunya Marinda Faradhila, serta cucunya Alverta Shenazia Arvisa Vindra (3), Kamis (4/11/2021). Rumahnya terletak di samping sungai yang sudah mati.

Saat itu desanya tengah diguyur hujan deras. Tiba-tiba, pada pukul 15.30 WIB, listrik di desanya mati. Ia kemudian ingin melihat-lihat kondisi di luar rumah, karena di dalam rumah relatif gelap. Namun, sesampainya di depan rumah, tiba-tiba air bah datang dan merangsek masuk ke rumah. Air tersebut datang tidak sendirian, ia bersama kayu, bambu, ranting, pohon, dan lumpur.

Sebelumnya, karena sungai di dekat rumahnya adalah sungai mati, maka ia tidak sedikitpun berpikir akan terjadi banjir. Sayang, asumsinya meleset. Rumahnya runtuh dihantam banjir. Ia tertimpa material rumahnya. Beruntung, ia segera bisa menyelamatkan diri. Sebenarnya tidak terlalu beruntung juga, karena anak, cucu, dan menantunya di dalam rumah tertimpa reruntuhan dan hanyut bersama banjir.

Setelah banjir mulai reda, jenazah anak dan cucunya ditemukan 200 meter dari rumahnya. Feri ditemukan dalam kondisi terjepit di sebuah pohon tertumpuk material. "Saya tidak punya firasat sama sekali," ujar Sulaimat dengan mata berkaca-kaca.

Ia tidak bisa menyembunyikan kesedihan dari raut wajahnya. Matanya memerah, air mukanya begitu lesu. Ia terkena benturan material di kepala dan tangan. Kini tangannya dibebat dengan kain. Saat kejadian, istrinya tengah berada di Malang, sehingga tidak turut menjadi korban banjir bandang di Kota Batu.

Banjir di Batu tersebar di lima titik, yakni di Dusun Sambong, Desa Bulukerto, Dusun Beru, Desa Bulukerto, Desa Sumberbrantas, Jalan Raya Selecta, Desa Tulungrejo, Jalan Raya Dieng, Desa Sidomulyo. Padahal, menurut Sulaimat, setidaknya sejak tahun 1994, tidak pernah terjadi banjir bandang sebesar banjir kali ini. Lantas, apa yang menyebabkan banjir itu terjadi?

Menurut Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Lily Montarcih Limantara, banjir yang terjadi di Batu adalah dampak yang jelas dari perubahan iklim global (global climate change). Dampak dari perubahan iklim global tersebut disinyalir akan berkepanjangan.

Sementara itu, dilansir dari Kompas, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas M Rizal mengatakan bahwa intensitas hujan yang tinggi diperparah dengan daerah resapan di hulu sungai yang mulai rusak. Kondisi tersebut membuat arus banjir membawa material lumpur, batu, dan kayu. Erosi akibat kerusakan daerah resapan menimbulkan bendungan alami di aliran sungai di salah satu desa tersumbat saat terjadi banjir, sehingga DAM menjadi jebol dan terjadi banjir bandang.

Sore tadi (7/11), Ketua Badan Pengurus Lazismu Kota Batu Faqih Ruhyanudin mengirimkan gambar melalui aplikasi WhatsApp kepada saya. Gambar yang ia kirim menunjukkan sungai yang tak lagi nampak seperti sungai karena mengalami pendangkalan. Karena tidak terlihat lagi seperti sungai pada umumnya, saya sampai harus memastikan apakah itu benar-benar sungai atau bukan.

"Iya itu sungai tapi udah penuh sama material pasca banjir, udah tertutup sama lumpur, batu, pohon, dan lain-lain," balasnya.

Di sekitar sungai ada beberapa relawan yang menggunakan seragam Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC). Mereka bersama-sama dengan masyarakat tengah melakukan pembersihan sungai dari lumpur dan material lain agar dapat kembali dilalui oleh air. Relawan lengkap dengan seragam, topi, dan sepatu boot itu membawa berbagai peralatan seperti cangkul, linggis, ember, dan lain-lain.

Untuk membantu korban banjir seperti Suliamat dan ratusan penduduk Batu yang terdampak banjir bandang beberapa hari silam, pihaknya juga menyalurkan bantuan air bersih. Salah satu foto yang dikirimkan oleh Faqih juga menunjukkan bagaimana masyarakat begitu antusias untuk menantri air bersih.

Lazismu Kota Batu beserta segenap relawan menyalurkan dua tangki air bersih, menggunakan mobil tangki dari Universitas Muhammadiyah Malang dan satu mobil tangki berlogo AMCF. Rupanya, seluruh aset AMCF di Malang telah dihibahkan untuk Muhammadiyah, sehingga mobil tangki hijau berlogo AMCF tersebut resmi dimiliki oleh Muhammadiyah dan dikelola oleh Lazismu bersama MDMC.

Lazismu juga mendirikan pos koordinasi di gedung Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Batu dan juga di Apple Sun Kota Batu, pendataan kebutuhan logistik, pendataan fasilitas umum terdampak, koordinasi dengan BPBD Kotoa Batu dan Kota Malang, menerjunkan tim asesmen, melakukan pengolahan data, membentuk dapur umum, termasuk distribusi air bersih dan pembersihan lumpur.

Sementara itu, Persyarikatan Muhammadiyah sendiri juga terdampak, karena 8 Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di Kota Batu terdampak banjir dan kekurangan air bersih. Kendati demikian, relawan Muhammadiyah tetap gesit membantu masyarakat. Relawan yang tergabung dalam Persyarikatan Muhammadiyah terdiri dari KOKAM Kota Batu, HW Kota Batu, Maharesigana UMM, IPM Kota Batu, MDMC Kota Batu, MDMC Kab Malang, IMM, KOKAM Kab Malang, AMCF, LEPPAMI, Muhammadiyah Blitar, Nganjuk Probolinggo, PDA Kota Batu, dan Lazismu.

(Yusuf)

SELENGKAPNYA
8 November 2021

Menemukan Jalan Berderma

Bangun tidur pagi tadi, sebagaimana biasa dilakukan oleh anak muda, saya langsung mengambil HP. Setelah cek notifikasi WA, IG, dan FB, saya spontan membuka YouTube. Jadwal saya hari ini agak longgar. Jadi saya bisa mengambil waktu barang 10-20 menit untuk bersantai sambil nonton YouTube.

Sialnya, jempol saya tak mau diajak bersantai. Ia bersekongkol dengan otak saya untuk memikirkan pekerjaan. Sehingga, tiba-tiba ia mengetik kata "Lazismu" di kotak pencarian YouTube.

Sialnya lagi, di hasil pencarian, ada thumbnail perempuan cantik dengan rompi Lazismu tengah tersenyum di tengah sawah. Kali ini jempol saya bisa diajak kompromi. Ia saya perintahkan untuk segera memencet thumbnail tersebut.

Sedetik kemudian, saya sadar bahwa itu adalah video lagu tentang ajakan berderma dari Lazismu DIY. Suara perempuan di video tersebut menjadi suara pertama yang saya dengar setelah bangun tidur.

Ketika mengetahui bahwa lagu tersebut diproduksi oleh sebuah lembaga semacam Lazismu, saya membayangkan bahwa lagu yang muncul adalah dengan suara-suara tinggi dan berat ala mars yang biasa kita dengar. Namun, tebakan itu jauh meleset.

Saya disuguhi sebuah lagu pop yang layaknya dinyanyikan oleh remaja yang tengah jatuh cinta. Iya, lagu Jalan Berderma produksi Lazismu DIY tersebut sangat milenial. Jika kita mendengar sekilas, mungkin kita akan menyangka bahwa lagu itu dinyanyikan oleh grup band Armada dengan vokalis baru seorang perempuan.

Lagu tidak dibuka dengan biasa. Lagu itu dibuka dengan seorang amil perempuan muda yang duduk di sebelah ibu-ibu yang tengah sakit. "Mari, kami bantu ya ibu," ujar amil tersebut.

Setelah senyum ibu yang sakit itu merekah karena mendengar kabar baik, musik baru disenandungkan. Dimulai dengan instruksi beberapa ketukan drum. Terlihat Kenzie Vallisha Friyadi dan Naura Syauqi Athaya (semoga saya tidak typo) berjoget ringan di tengah hamparan luas sawah. Mereka berdua adalah vokalis yang menyanyikan lagu Jalan Berderma.

Lagu Jalan Berderma tersebut setidaknya memiliki 2 pesan utama. Pertama, setiap manusia tak boleh lupa terhadap Tuhannya, baik ketika senang atau susah, ketika kaya atau miskin, ketika makan di McD atau makan di angkringan, ketika liburan di luar negeri atau liburan di rumah saja sambil nonton TV karna nggak punya duit, ketika nonton film di bioskop atau nonton film di web bajakan yang penuh gangguan iklan.

Biasanya, manusia akan ingat Tuhan waktu dia dikejar-kejar utang, diomongin orang, kepalanya pening, perutnya mual, istrinya marah karna dia nggak bisa cari duit, dan seterusnya. Sebaliknya, manusia relatif lupa kepada Tuhan ketika waktu senggangnya saja bisa ia isi dengan liburan ke Raja Ampat atau lihat-lihat mobil mewah ke showroom.

Manusia relatif lupa kepada Tuhan ketika ia tak lagi mempersoalkan biaya transfer uang ke lain bank yang hanya 6500 itu, ketika ia beli baju tanpa pernah melirik harga yang ada di label, ketika ia bisa cek out barang di marketplace sesuai dengan bisikan modernitas, atau ketika dia lagi jauh dari rumah dan waktu sudah malam, dia bisa cek in kamar hotel bintang 4 tanpa bingung besok pagi mau sarapan apa.

Singkatnya, sasaran tembak lagu ini adalah orang-orang yang punya rezeki berlebih.

Lagu ini mengajak orang-orang yang berada di kelas tersebut untuk tidak lupa, bahwa kesuksesan yang tengah ia nikmati sejatinya berasal dari Tuhan. Di sisi lain, dalam kesuksesan yang ia nikmati, ada hak orang lain yang harus ia tunaikan.

Lagu tersebut seolah berkata: "Jangan sombong. Sukses itu datang dari Tuhan. Hemat dikit lah, masih banyak orang yang nggak bisa makan nih," kira-kira begitu kalau saya terjemahkan. Namun, tentu bait-bait lirik itu disampaikan dengan sopan dan anggun.

Kedua, ajakan untuk berderma. Beda dengan poin pertama di atas, poin kedua ini lebih tegas, terbuka, dan berani. Maklum, ia disampaikan di reff. Reff langsung dibuka dengan kalimat perintah: "Berikan sebagian yang kita punya untuk jalan berderma."

Selanjutnya, mbak-mbak penyanyi melirikkan bait-bait lagu yang menjelaskan bahwa berderma itu tidak membuat harta menjadi berkurang, namun justru sebaliknya.

Memberikan harta kepada orang lain juga tidak perlu menunggu waktu luang. Artinya, di waktu sempit pun, ketika kita pusing karena dompet terasa begitu tipis, kita juga harus tetap berderma. Karena, menurut si penulis lagu, Hasanudin, berderma tidak membuat harta kita berkurang, melainkan bertambah.

Ketika memutar lagu apik tersebut untuk kedua kalinya, tiba-tiba sayup-sayup terdengar suara adzan dari masjid kampung sebelah.

(Yusuf) 

SELENGKAPNYA
5 November 2021
LAZISMU adalah lembaga zakat nasional dengan SK Menag No. 90 Tahun 2022, yang berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan dana zakat, infaq, wakaf dan dana kedermawanan lainnya baik dari perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi lainnya. Lazismu tidak menerima segala bentuk dana yang bersumber dari kejahatan. UU RI No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

Alamat

Jl. Menteng Raya No.62, RT.3/RW.9, Kb. Sirih, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10340
Jl. Jambrut No.5, Kenari, Kec. Senen, Jakarta Pusat 10430
info@lazismu.org
0213150400
0856-1626-222
Copyright © 2025 LAZISMU bagian dari Persekutuan dan Perkumpulan PERSYARIKATAN MUHAMMADIYAH
cross