

LAZISMU.ORG - Di masa pandemi, masyarakat merasakan tidak hanya merasakan dampak dalam hal kesehatan, melainkan juga masalah sosial dan ekonomi. Bulan-bulan krusial (Maret - Juli 2020) telah membuat masyarakat mengalami 'hibernasi ekonomi' karena semakin rendahnya mobilitas ekonomi masyarakat.
Hal ini disampaikan oleh Hilman Latief, Ketua Badan Pengurus Lazismu Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam Webinar Online dengan tema "ZIS untuk Ketangguhan Ekonomi Umat & Pembangunan yang Berkelanjutan". Kegiatan ini diselenggarakan oleh Bank Muamalat bersama dengan Lazismu Wilayah Jawa Timur pada Rabu (23/12).
Sementara itu, masyarakat di Indonesia tidak banyak yang bisa bertahan dalam kondisi hibernasi ekonomi selama beberapa bulan. Tidak banyak masyarakat yang memiliki tabungan untuk bertahan selama masa pandemi.
Maka, menurut Hilman, masyarakat Indonesia sedang mengalami kerentanan. Ia menyebut bahwa jumlah masyarakat kelas menangah rentan sangat tinggi. Ada kelompok aspiring middle class yang tidak miskin namun keamanan ekonominya sangat rentan.
"Tidak dapat income 3 bulan langsung goyang. Mereka ini OTG (orang tanpa gaji). Dan ini jumlahnya banyak sekali. Sementara mereka harus tetap jalan untuk biaya kesehatan, pendidikan, pangan, dan lain-lain. Memang dalam 20 tahun terakhir orang miskin sudah naik derajatnya. Dari miskin menjadi kelas menengah rentan," papar Hilman.
Penulis buku Melayani Umat: Filantropi Islam dan Ideologi Kesejahteraan Kaum Modernis ini menyebut bahwa angkatan kerja Indonesia tahun 2020 sejumlah 138 juta, sedangkan bukan angkatan kerja sejumlah 65 juta. Yang bekerja 128 juta, pekerja penuh ada 82 juta. Maka, banyak sekali masyarakat yang masuk dalam kategori setengah menganggur. Mereka masuk angkatan kerja tetapi tidak punya pekerjaan yang pas.
Dampaknya, sebagian masyarakat memiliki gaji yang tetap, tetapi insentif-insentif berkurang. Sebagian masyarakat yang lain gajinya menurun. Pada musim pandemi, perilaku konsumsi masyarakat juga menurun.
"Hampir 80% yang berpenghasilan di bawah 3 juta mengatakan tidak akan berdonasi. Yang tengah-tengah, 50% akan berdonasi. Sedangkan yang bergaji belasan juta akan tetap berdonasi," imbuhnya.
Menurut Hilman, kelas menengah Indonesia cukup kuat, tetapi kuatnya bukan pada tingkat produksi. Kelas menengah kuat ketika melihat pola konsumsi. Sementara pola produksi tidak banyak yang berubah. Di sisi lain, kelas menengah memiliki beban konsumsi kebutuhan primer seperti sandang, pangan, papan, biaya pendidikan, dan biaya kesehatan.
Ia menyebut ketahanan ekonomi berbasis komunitas memerlukan beberapa hal. Pertama, dana stimulan untuk usaha. Kedua, penguatan mutu dan variasi produk. Ketiga, penguatan model dan jaringan pemasaran. Keempat, peningkatan daya kreativitas.
Dalam hal ini pemerintah berperan untuk melakukan program keluarga harapan (PKH), program sembako non-PKH, dan bansos beras. Sedangkan peran perusahaan swasta adalah dana sosial dan bantuan untuk pegawai, dan CSR untuk masyarakat terdampak.
Sementara peran masyarakat sipil adalah mengelola dana sosial dan dana zakat & sedekah. "Dana ini harus dikelola dan didistribusikan untuk bisa mengakselerasi kebutuhan kelas menengah tadi. Targetnya adalah keluarga, komunitas, pegawai non-formal, dan pegawai honorer," jelasnya.
Untuk melakukan ketahanan ekonomi berbasis komunitas, Lembaga ZIS juga harus mampu mempertahankan tradisi filantropi di masa pandemi, memproyeksikan dana filantropi untuk ketahanan keluarga, dan menguatkan kolaborasi antar sektor untuk insentif keluarga kurang mampu.
"Tanpa ada kolaborasi, kita hanya akan menjadi seorang Superman. Dan persoalan covid tidak bisa ditangani oleh seorang Superman. Maka perlu kolaborasi dengan perbankan, lembaga filantropi, NGO, yayasan, dan lain-lain. Kita tidak lagi butuh identitas yang terlalu kuat. Tidak butuh ego lagi. Penting untuk kerjasama dengan ormas lain," tutup Guru Besar Politik Islam tersebut. (Yusuf)

LAZISMU.ORG - Dalam rilis yang dikeluarkan pada Sabtu (26/12), Drs. H. Muhammad Agus Samsudin, MM, Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) menyampaikan beberapa kunci kesuksesan MCCC. Pertama, kerjasama lintas majelis dan siapnya organisasi-amal usaha. Ia mengaku bahwa hasil kerja MCCC adalah atas dukungan semua pihak.
"Semua Majelis terlibat, semua level dari tingkat pusat sampai ranting, semua ortom berkontribusi. Komunikasi antar Majelis sesuai dengan fungsinya dijalankan dengan baik, misalnya soal ibadah puasa Ramadhan, solat 'id didiskusikan dengan Majelis Tarjih sebelum diserahkan ke PP untuk pengambilan keputusan," tulisnya.
Majelis Dikdasmen bersama MCCC menyusun Prosedur Operasional Standar Sekolah Muhammadiyah di masa Pandemi Covid-19. Majelis Dikti bersama MCCC melakukan pembahasan untuk pembukaan belajar tatap muka dan wisuda.
Kedua, dukungan personil. Agus menjelaskan bahwa personil kunci di Pimpinan Pusat dimotori oleh Lembaga Penanganan Bencana, Majelis Kesehatan Umum, dan relawan yang sudah terbiasa bergerak dan mempunyai komitmen tinggi dalam menyelesaikan pekerjaan. Sekalipun cara kerja masih semi amatir tetapi menghasilkan kerjasama tim yang terpadu dan kompak.
Ketiga, Lazismu. Lembaga ini terbukti bisa menjadi penopang kegiatan kemanusiaan Muhammadiyah, mengingat seluruh kegiatan penggalangan dana dipusatkan di Lazismu. Mulai dari modal awal, operasional kantor, relawan, serta pengiriman barang dari Jakarta ke seluruh Wilayah.
"Tanpa dukungan dana yang cukup tentu seluruh kegiatan tidak bisa berjalan dengan lancar. Sesekali kas minus dan harus mencari pinjaman adalah hal yang biasa. Lazismu bekerjasama dengan berbagai pihak untuk menggalang dana," imbuhnya.
Agus menyebut bahwa para ahli epidemologi memperkirakan bahwa ini paling cepat bisa diatasi di tahun 2022. Oleh karena itu pekerjaan masih akan berlanjut setidaknya dua tahun sampai Muktamar akan datang. Maka, beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh MCCC kedepan adalah sebagai berikut:
Setidaknya dua tahun lagi MCCC akan menjalankan tugasnya. MCCC harus menjaga agar personil dan relawan tetap sabar dan kuat, konsisten dengan prinsip-prinsip ilmiah, mencari kreatifitas baru dalam mendapatkan dana, dan memastikan ada mitigasi dalam setiap kegiatan organisasi.
Jika berjalan lancar, maka pada bulan Maret 2021 vaksin covid-19 sudah tersedia. Ia berharap agar Muhammadiyah menjadi bagian penting dalam edukasi kepada masyarakat dan berpartisipasi aktif dalam proses distribusi dan vaksinasi.
Anggota Konsil Kedokteran Indonesia 2020-2025 ini menegaskan bahwa Muhammadiyah tidak boleh menunggu agar pandemi reda kemudian kembali ke masa sebelum covid-19.
"Ada realitas baru sehingga perlu cara kerja baru, cara komunikasi baru, cara belajar baru dan seterusnya. Secara kolektif organisasi harus berinovasi dalam menjalankan program kerja agar tetap jalan dan memberikan kontribusi dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya pembuatan shelter isolasi mandiri di Yogyakarta dikelola oeh RS PKU dan Unisa bersama stakeholder berjalan dengan apik dan bermanfaat. Perlu ide-ide segar yang lebih banyak," tegasnya.
"Akhirnya, saya ingin menyampaikan terima kasih yang sebesa-besarnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi, menjadi pelaku, mendukung dana dan doa sehingga MCCC mampu menjalankan tugasnya dengan baik, dan mohon maaf kalau ada kekurangan. Pandemi belum berakhir, tetap menjaga kesehatan dengan 3M. Memakai masker-menjaga jarak-mencuci tangan. Kepada para tenaga kesehatan tetaplah berjuang menjalankan tugas mulia ini dengan ketaqwaan. Kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah terima kasih atas kepercayaan dan dukungan selama ini," tutupnya.
Reporter: Yusuf

LAZISMU.ORG - Akan berakhirnya tahun 2020 menandakan telah genap 10 bulan pandemi covid-19 melanda Indonesia dan 9 bulan Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) melakukan tugasnya dalam mengkoordinasikan respon Persyarikatan Muhammadiyah terhadap bencana non alam.
Sampai dengan tanggal 23 Desember 2020, masyarakat di seluruh dunia yang sudah terinfeksi lebih dari 7 juta orang dan korban jiwa sebanyak 1.7 juta. Sementara itu, di Indonesia 686 ribu terpapar covid-19, dalam perawatan 106 ribu orang, dan merenggut 20 ribu jiwa.
Melihat tren penularan sekarang ini, kemungkinan besar virus masih akan bertambah. Perkiraan paling optimis, wabah baru akan terkendali di tahun 2022. Atas izin Allah swt, MCCC telah melakukan tugas-bersama-seluruh warga Muhammadiyah dalam rangka mengatasi pandemi.
Agus Samsudin, Ketua MCCC PP Muhammadiyah merilis catatan ringan atas kiprah 10 bulan MCCC. Menurutnya, catatan ini tidak untuk berbangga diri tetapi setidaknya bisa menjadi bahan pembelajaran untuk melangkah kedepan yang lebih baik.
Ia mengaku merasakan spirit al-Ma’uun bergerak dalam tubuh organisasi. Bahwa Persyarikatan Muhammadiyah selalu menolong siapapun yang memerlukan bantuan sebagai pengamalan ajaran Islam. Ketika awal pandemi, tanpa perlu dikomando seluruh eksponen organisasi bergerak dan tiba-tiba semua orang berbagi mulai dari hal paling sederhana yaitu pembagian sembako.
Dalam waktu singkat ada 500 ribu paket sembako sudah terdistribusi secara mandiri. Seluruh komponen mulai dari Ranting, Cabang, Daerah, Wilayah Aisyiyah & Muhammadiyah, Ortom, dan AUM, semua bergerak mengeluarkan dana tenaga dan fikiran membantu sesama. Oleh karena itu, apapun prestasi yang ada adalah milik bersama seluruh warga Persyarikatan.
Secara garis besar kegiatan Muhammadiyah Covid-19 Command Center meliputi hal-hal sebagai berikut:
Agus menjelaskan bahwa bagian pencegahan adalah konseptor dari seluruh aturan dan fatwa terkait covid-19, baik bersifat pemikiran maupun yang tidak dipublikasikan. Sudah ada 18 produk dari bagian ini. Mulai informasi tentang covid-19, pola hidup sehat, tuntunan ibadah, dan lain-lain termasuk survey kepada masyarakat. Masuk dalam kategori ini adalah penyemprotan desinfektan di 49 ribu lokasi.
Dalam rilisnya, Agus menyebut sudah ada 84 rumah sakit yang merawat pasien covid-19. Total pasien 13.813 orang, terdiri dari 3810 ODP, 3393 PDP dan 6510 positif. Persyarikatan juga berduka karena kehilangan dokter dan perawat dalam jihad kemanusiaan. Rumah sakit bekerja keras dengan melakukan penambahan tempat tidur perawatan khusus covid-19, penyediaan tempat isolasi mandiri, dan penyediaan alkes baru.
Konsolidasi yang dilakukan berupa pembentukan MCCC di seluruh Wilayah, Daerah, dan Cabang sesuai dengan kekuatan masing-masing. Kebijakan dan sosialisasi Pimpinan Pusat disalurkan melalui rakor bulanan yang dilakukan secara terus-menerus.
Muhammadiyah Covid-19 Command Center bekerja sama dengan mitra lokal dan internasional. Lokal antara lain dengan Kementrian Kesehatan untuk pesantren dan lembaga komersial, utamanya untuk penggalangan dana seperti Wardah, Gojek, Baznas. Dengan lembaga internasional dalam bentuk program edukasi, distribusi APD dan alat kesehatan, serta peningkatan kapasitas rumah sakit.
Lembaga internasional yang bekerja sama dengan MCCC antara lain DFAT (Australia), USAID (Amerika), Temasek Foundation (Singapura), UNICEF, dan WHO. Total besaran berkisar di atas angka 150 milyar. Menurut Agus, agak ironis ketika sampai sekarang MCCC belum pernah menerima bantuan langsung dari Satgas Covid Pemerintah-BNPB. Menurutnya, bisa jadi Muhammadiyah tidak masuk prioritas pemerintah dalam penanganan covid-19.
Ketua MPKU PP Muhammadiyah ini menyebut bahwa salah satu bagian tersibuk adalah program komunikasi kepada masyarakat. Mulai dari program TVMu, radio, webinar, konsultasi psikologi dan agama, sampai kepada publikasi di media mainstream, online, dan media sosial.
"Semua channel komunikasi digunakan secara simultan dan setiap minggu selalu ada kegiatan terkait edukasi dan publikasi terkait covid-19. Salah satu hasilnya adalah MCCC dikenal oleh masyarakat secara luas dan Muhammadiyah mendapatkan penghargaan sebagai salah satu organisasi paling peduli covid-19," tulisnya.
Ia menjelaskan bahwa program jangka pendek untuk ketahanan pangan adalah pembagian sembako. MCCC menyalurkan lebih dari 500 ribu paket di seluruh Indonesia. Dalam hal ini Muhammadiyah Covid-19 Command Center ditopang oleh Gerakan sembako Aisyiyah. Adapun jangka menengahnya adalah dengan melakukan urban farming, pembuatan masker mandiri, program cantelan, dan pelatihan fasilitator.
Total dana yang sudah dikeluarkan, baik mandiri, bantuan berbagai pihak, dan kerjasama internasional adalah 450 milyar rupiah. Dana ini diluar perawatan pasien rumah sakit. Perkiraan penerima manfaat sebanyak 28 juta jiwa. Agus memberikan apresiasi kepada PTM yang berkontribusikan lebih dari 110 milyar rupiah dengan berbagai inovasi programnya. (Yusuf)

SUKOHARJO - Di bawah tanggul Sungai Bengawan Solo saya berdiri di depan pintu rumah berukuran 5 x 20 m. Rumah ini tepat berdiri di bantaran Sungai Bengawan Solo di Grogol, Sukoharjo, terletak tepat di timur tanggul. Sementara sebelah barat tanggul adalah jalan raya Solo Baru yang dipenuhi dengan hotel berbintang dan mall-mall besar. Sebuah pemandangan yang menunjukkan betapa kesenjangan ekonomi adalah nyata adanya.
Beberapa hari yang lalu, tembok rumah yang sebelumnya menggunakan papan dari kayu mulai dibangun dengan semen dan batu bata. Sebagian dinding masih terlihat baru dan belum dihaluskan dengan semen.
Rumah-rumah yang berada di bawah tanggul ini selalu kemasukan air setiap hujan turun dengan curah air yang tinggi. Barang-barang yang ada di lantai, termasuk kasur dan perlengkapan tidur lainnya terpaksa diletakkan di atas lemari atau tempat tinggi lainnya agar tidak basah.
Pada tahun 2007 pernah terjadi banjir besar yang tingginya sampai 1,5 m. Namun, banjir ini hanya dirasakan oleh penduduk di bawah tanggul. Sementara yang berada di luar tanggul aman dari bencana banjir.
Rumah itu tidak memiliki ruang tamu. Bahkan, sekedar tempat tidur saja tidak bisa dimasukkan ke dalam rumah sehingga kasur yang ada langsung diletakkan di lantai. Maka, dalam kunjungan saya di siang itu, saya berdiri di depan pintu utama. Sementara Muslih, amil Lazismu Sukoharjo duduk bersama tuan rumah karena hanya ada dua kursi tanpa meja di sudut ruangan utama.
Nama pemilik rumah tersebut adalah Parno. Pak Parno kami memanggilnya. Ia adalah pria paruh baya yang tinggal bersama istri dan kedua anaknya. Sebelum pandemi, ia bekerja menjadi karyawan di toko kaca di daerah Gading, Solo. Namun, pandemi membuatnya dirumahkan sehingga tidak memiliki pekerjaan hingga sekarang.
Untuk kebutuhan sehari-hari keluarga Pak Parno mengandalkan penghasilan istrinya yang menjadi tukang jahit. Karena sempitnya rumah, tempat menjahit istri Pak Parno adalah di halaman rumah dengan alat seadanya.
Pria yang kedua lengannya penuh dengan tato ini dulunya adalah seorang preman. Bahkan, karena aktivitasnya sebagai seorang preman, ia pernah mendekam di penjara. Karena beberapa hal, ia bertaubat. Ia belajar ke salah seorang Kiai yang ada di Sukoharjo.
Kini, setelah tidak lagi berprofesi sebagai seorang preman, sembari mengisi hari-hari yang kosong, ia mengajar TPA di kampungnya. Meskipun kedua lengannya penuh dengan tato, tapi semangatnya untuk agama cukup tinggi.
Melihat hal tersebut, Pemerintah Daerah memberikan bantuan untuk biaya renovasi rumah senilai Rp. 15.000.000,- yang diwujudkan dalam bentuk material. Pak Parno sangat berbahagia mendapatkan bantuan tersebut.
Namun, ternyata hal tersebut tak seindah yang ia bayangkan. Karena semua bantuan diwujudkan dalam bentuk material, ia tidak mampu untuk membayar jasa tukang bangunan. Sedangkan pemerintah daerah terus mendesak agar segera dilaksanakan pembangunan dan segera dibuat laporan. Pembangunan mangkrak selama satu setengah bulan.
Kabar tersebut terdengar oleh Lazismu Sukoharjo. Setelah melalui beberapa tahapan assesment, saya bersama Muslih mengunjungi Pak Parno sekaligus memberikan bantuan berupa uang tunai untuk menyelesaikan pembangunan tersebut, pada Kamis (24/12).
"Terima kasih banyak Lazismu. InsyaAllah dana yang diberikan akan saya manfaatkan sebaik-baiknya," ujar Pak Parno dengan mata berkaca-kaca. (Yusuf)

GRESIK - Luapan Kali Lamong di Kabupaten Gresik, Jawa Timur kembali menggenangi belasan desa di tiga kecamatan, yakni Balongpanggan, Benjeng, dan Kedamean. Hal ini mengakibatkan ratusan rumah penduduk tergenang, serta sejumlah akses jalan desa tidak bisa dilewati.
Kejadian bermula dari adanya hujan deras pada hari Minggu, (27/12). Sekitar pukul 20.00 WIB terjadi Peningkatan TMA Kali Lamong. Pada pukul 22.30 WIB, Kali Lamong mulai meluap dan menggenangi wilayah Desa Wotansari, Kec. Balongpanggang, dan Desa Lundo, Kec. Benjeng.
Di Kecamatan Balongpanggang, banjir menggenangi sebanyak tujuh desa, masing-masing Desa Ngampel, Dapet, Sekarputih, Wotansari, Banjaragung, Pucung serta Desa Karangsemanding yang menggenangi 535 rumah, serta jalan desa setinggi 70-90 cm sepanjang 15 km.
Sementara itu, di Kecamatan Benjeng banjir menggenangi desa Sedapurklagen, Lundo, Deliksumber, Kedungrukem, Munggugianti, Kalipadang, Sirnoboyo, Bulurejo, Klampok, Bulangkulon, dan Dermo. Di Kecamatan Kedamean, banjir menerjang desa Glindah, Tulung, dan Sidoraharjo.
Sebelumnya, banjir yang sama juga melanda Kecamatan Balongpanggang dan Benjeng pada Minggu (13/12). Banjir ini merupakan banjir tahunan sehingga masyarakat terdampak tetap tinggal di rumah masing-masing.
Dalam laporan situasi terkini yang dikeluarkan oleh Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Gresik pada Senin (28/12), warga masih bertahan di rumah masing-masing dan tidak mengungsi.
MDMC beserta segenap relawan Muhammadiyah menurunkan 82 relawan yang dibagi ke tiga kecamatan. Mereka merespon bencana banjir tersebut dengan mendirikan tiga Pos Cabang Respon Muhammadiyah. Di antaranya adalah Pos Cabang Cerme, terletak di SMA Muhammadiyah 8 Gresik; Pos Cabang Benjeng, terletak di Perguruan Muhammadiyah Benjeng; dan Pos Cabang Panggang, terletak di Perguruan Muhammadiyah Balongpanggang.
Selain itu, MDMC juga melakukan aktivasi Layanan Dapur Umum Pos Benjeng dan Balongpanggang, packing logistik, dan distribusi logisitik. Logistik yang sudah dibagikan berupa nasi bungkus. Di Balongpanggang MDMC membagikan 1.100 nasi bungkus, di Benjeng MDMC membagikan 544 nasi bungkus.
Kebutuhan mendesak relawan Muhammadiyah saat ini antara lain masker bedah, kompor, dandang, susu, kopi, gas, air mineral, makanan siap saji, beras, minyak goreng, garam, gula, sayur, buah, telur, mie instan, dan popok bayi.
Reporter: Yusuf

LAZISMU.ORG - Di masa pandemi, masalah ketahanan pangan menjadi bahan perbincangan banyak pihak. Bukan hanya di kalangan pemerintah, tetapi juga akademisi dan organisasi sosial kemasyarakatan. Dampak pandemi di bidang sosial dan ekonomi sejak Maret yang masih berlangsung saat ini, mau tidak mau mendorong banyak pihak untuk merevitalisasi berbagai program pengentasan kemiskinan secara umum dan mengantisipasi dampak sosial ekonomi yang lebih buruk dari pandemik Covid-19 ini.
Dalam hal ini Persyarikatan Muhammadiyah telah merumuskan pandangan umumnya tentang pentingnya membangun kesejahteraan masyarakat melalui berbagai jalur, seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi. Namun demikian, penerjemahan konsep ketahanan pangan yang diusung di masa pandemi ini perlu penerjemahan yang lebih konkret dan operasional, terutama dalam rangka memperkuat ketahanan pangan dan ekonomi berbasis komunitas.
Untuk itu, Lazismu Pimpinan Pusat Muhammadiyah akan menyelenggarakan webinar daring refleksi akhir tahun tentang strategi-strategi pengentasan kemiskinan dan penguatan ekosistem ketahanan pangan Muhammadiyah di bidang peternakan dan pertanian pada Rabu (30/12) siang. Webinar ini akan diikuti oleh Lazismu, Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM), dan Majelis Ekonomi & Kewirausahaan (MEK) beserta keluarga besar Muhammadiyah di seluruh Indonesia.
Lazismu menghadirkan dua pembicara, yaitu Prof. Ali Agus, Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada dan Dr. Ir. Gatot Supangkat, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Ali Agus berbicara tentang ekosistem ketahanan pangan berbasis komunitas di bidang peternakan, sedangkan Gatot Supangkat berbicara tentang ekosistem ketahanan pangan berbasis komunitas di bidang pertanian.
Webinar ini bertujuan untuk merumuskan gagasan strategis konsep pengentasan kemiskinan dan ketahanan pangan dalam Persyarikatan Muhammadiyah dan merumuskan gagasan strategis tentang ekosistem pengelolaan ternak dan pertanian berbasis komunitas dalam Persyarikatan Muhammadiyah.

